Terpajan Medan Magnet Berisiko Terserang Asma

id studi

Terpajan Medan Magnet Berisiko Terserang Asma

SISTEM PERNAPASAN (www.infoasma.org)

Anak-anak yang ibu mereka sangat terpajan pada medan magnet sewaktu hamil, menghadapi risiko yang meningkat untuk terserang asma, kata beberapa peneliti pada Senin (1/8), di dalam studi yang menambah perdebatan yang ada saat ini.

Banyak studi sebelumnya telah gagal untuk secara terus-menerus memperlihatkan pajanan kronis terhadap medan elektromagnetik --dari arus listrik dan peralatan seperti oven mikrowaves, pengering rambut dan vacuum cleaner-- berbahaya bagi kesehatan manusia.

Tapi banyak studi itu mengharuskan orang memperkirakan tingkat pajanan mereka selama beberapa tahun, kata Dr. De-Kun Li, ilmuwan peneliti senior di Kaiser Permanents, Oakland, California, yang studinya disiarkan di Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine.
        
Untuk memperoleh jawaban yang lebih meyakinkan, Li merancang apa yang disebut studi prospektif. Dalam studi tersebut, 801 perempuan hamil memakai pemantau yang mengukur pajanan mereka terhadap medan magnet selama 24 jam.
        
Pemantau itu mengukur pajanan mereka pada medan magnet berfrekuensi rendah dari alak elektronik seperti mocrowaves, pengering rambut, penggiling biji kopi dan lampu pijar, kabel listrik dan gardu trafo.
        
Pemantau tersebut tak mengukur pajanan terhadap medan elektromagnetik dengan frekuensi yang lebih tinggi yang dihasilkan oleh telepon genggam atau menara telefon seluler.
        
Tim tersebut menggunakan catatan medis untuk mengikuti perkembangan anak semua perempuan itu selama 13 tahun. Selama pemantauan lanjutan, 130 anak, atau 20,8 persen peserta studi, terserang asma, demikian laporan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa (2/8). Sebagian besar kasus itu didianosis sebelum anak-anak tersebut berusia lima tahun.
        
Mereka kemudian membandingkan tingkat pajanan selama kehamilan dengan angka asma dan mendapati anak yang ibu mereka menghadapi tingkat pajanan paling tinggi --dalam 10 persen teratas perempuan dalam studi itu-- ialah 3,5 kali lebih mungkin untuk terserang asma dibandingkan mereka yang berada di dasar 10 persen.
        
Risiko bagi anak-anak yang pajanan mereka berada di tengah --antara 10 dan 90 persen-- ialah 75 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berada pada kelompok pajanan paling rendah.
        
Buat rata-rata penduduk, Li mengatakan anak dari perempuan yang tingkat pajanan berkisar di dasar 10 persen di dalam studi tersebut akan memiliki risiko pasti 13,6 persen untuk terserang asma. Perempuan yang pajanan mereka berada pada jajaran paling tinggi akan memiliki risiko 33 persen untuk mempunyai anak yang terserang asma selama 13 tahun masa studi itu.
        
Sebanyak 13 persen anak yang berusia di bawah 18 tahun terserang asma, yang disebabkan oleh tak berfungsinya organ pernafasan dan sistem kekebalan.
        
Li mengatakan tidak jelas mengapa pajanan terhadap kabel listrik mungkin meningkatkan risiko asma, tapi ia mengatakan ada beberapa kemungkinan.
        
Ia menyatakan satu studi sebelumnya oleh timnya mendapati pajanan tinggi terhadap medan elektromagnetik meningkatkan risiko keguguran. Dan sebagian studi pada hewan telah menunjukkan pajanan medan elektromagnetik dapat mempengaruhi reaksi kekebalan, yang dapat  meningkatkan resiko asma.
        
Pajanan terhadap saluran listrik telah menjadi umpan bagi perdebatan sengit. Dan meskipun banyak studi mendapatkan dampak --mulai dari gangguan kekebalan sampai kualitas sperma yang buruk dan jenis kanker tertentu-- Li mengatakan studinya menawarkan alasan lebih kuat bahwa keprihatinan mengenai medan magnet mungkin mempengaruhi kesehatan manusia.
        
"Ini benar-benar perlu dikaji," kata Li. Ia menyatakan ada banyak sikap menolak tentang dampak kesehatan mengenai pajanan terhadap medan magnet, dan ia berharap studinya --yang mengukur tingkat pajanan-- akan mendorong orang lain untuk melakukan kajian lebih jauh.
        
Meskipun begitu, ia mengakui temuannya perlu ditiru oleh ilmuwan lain.
        
Li mengatakan jika temuannya dikonfirmasi, itu mungkin menawarkan strategi baru bagi pencegahan penyakit kronis pada anak-anak. (Reuters/Antara)