Bandarlampung (ANTARA) - Sekolah Seni Tulangbawang Barat (Tubaba) akan menggelar resital (pentas/pameran akhir) pada hari Sabtu (4/5), di Ulluan Nughik, Panaragan, Tubaba.
Program yang bertujuan sebagai pelatihan pendidikan karakter/pengembangan sumber daya manusia (SDM) digagas oleh Pemerintah Kabupaten Tubaba dan sejumlah seniman dari berbagai kota di Indonesia.
Pada tahun ini didukung oleh Dinas Pendidikan dan Dana Indonesiana, sebuah platform kerja sama Kemendikbudristek dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Sejak bulan Februari, program tahun ini telah melibatkan dua ratus orang peserta, terbagi ke dalam empat kelas utama: Musik, Seni Rupa, Teater, dan Tari.
Pada resital nanti, kelas musik yang akan menampilkan pertunjukan gitar dan vokal ensemble, pameran karya drawing dan karya lukis dari kelas seni rupa, pementasan teater anak dan remaja dari kelas teater, dan pertunjukan tari dari kelas tari anak dan remaja.
Melewati sekitar 17 kali pertemuan, peserta dengan rata-rata usia 6 hingga 17 tahun, belajar berbagai materi kesenian yang titik tekannya bukan semata pada aspek teknis, melainkan pembatinan dan pemaknaan pada setiap proses penciptaannya.
Setiap peserta didik diajak untuk mampu mengembangkan diri menjadi pribadi yang unggul dan lebih berkualitas dalam menatap fase kehidupan selanjutnya, sesuai dengan tema program tahun ini “Seni Untuk Masa Depan”.
Kurikulum dari program pelatihan kesenian dirancang sedemikian rupa dengan koridor utama pengenalan diri dan lingkungan sekitar. Setiap peserta diajak melihat kisah, peristiwa, menafsirkannya, dan mewujudkannya ke dalam karya presentasi akhir di kelasnya masing-masing.
Selain itu, kurikulum tahun ini juga dirancang agar peserta didik memiliki rasa empati, solidaritas, kesetaraan, kerja keras, dan pemahaman tentang lingkungan.
Secara berurutan tim kerja Sekolah Seni Tubaba 2024; Konseptor program Semi Ikra Anggara, fasilitator: Widuri, Anggi Prayoga, Jhon Heryanto, Alexander Gebe (Teater), Mustofa, Suvi Wahyudianto (Seni Rupa), Kiki Windarti, Naya Isnaini, Khusnul, Ahmad Susantri (Tari), Chandra Purwakanti, Edythia Rio W, dan Yoyon Gideon (Musik).
Dengan Direktur Program Jhon Heryanto, Khoirul Hartoko, dan Ezed Qyoko bekerja sebagai humas, sementara Novi Muryanti mengelola managemen program.
Dalam kurun waktu delapan tahun, program yang digagas secara kolaboratif oleh Pemkab Tubaba dan sejumlah seniman ini, kini dijalankan secara independen oleh Yayasan Pendidikan Seni dan Ekologi.
Tidak bertujuan menjadikan peserta didik menjadi seniman, tapi melalui setiap tahapan proses kesenian peserta didik bisa mendapatkan manfaat bagi keseharian dan masa depan mereka.
Telah melahirkan kurang lebih 3.500 alumni yang kini bekerja di berbagai medan profesi. Pola pendidikan karakter dengan metode pelatihan kesenian yang intensif, sistematis dan berkelanjutan yang digagas oleh sebuah pemerintah daerah mungkin hanya satu-satunya di Indonesia.
Baca juga: Firsada tegaskan pentingnya peran perempuan sebagai agen perubahan
Resital sekolah seni tubaba 2024
Program yang bertujuan sebagai pelatihan pendidikan karakter/pengembangan sumber daya manusia (SDM)....