Kasus COVID-19 di Indonesia jadi 450

id virus corona,covid-19

Kasus COVID-19 di Indonesia jadi 450

Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (kanan) memberikan keterangan terkait penanganan virus corona di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Yuri mengatakan pemerintah kedepannya akan menerapkan tes cepat (rapid test) COVID-19 melalui darah yang hasilnya dapat keluar lebih cepat, dapat dilakukan oleh seluruh rumah sakit di Indonesia dan akan efektif dilakukan kepada pasien yang telah terjangkit virus corona selama satu minggu. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

Jakarta (ANTARA) - Kasus positif COVID-19 di Indonesia bertambah 81 kasus menjadi 450 kasus dan angka kematian bertambah 6 orang menjadi 30 orang per Sabtu (21/3), kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto.

"Seluruh data ini sudah kami berikan kepada semua kepala dinas provinsi dan kepala dinas provinsi sudah memberikan juga kepada rumah sakit tempat pasien dirawat," kata Yurianto dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB pada Sabtu.

Menurut catatan pemerintah, penambahan paling banyak terjadi di DKI Jakarta dengan 44 kasus menjadi 267 kasus, kemudian ada Jawa Barat dengan 14 kasus menjadi 55 kasus, 11 kasus di Jawa Timur menjadi 26 kasus, Banten empat kasus menjadi 43 kasus, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan masing-masing bertambah dua orang

Sementara kasus meninggal terbaru akibat penyakit yang disebabkan virus corona baru itu terjadi di DKI Jakarta dengan lima kematian dan satu meninggal dunia di Banten.

Menurut pria yang menjabat sebagai Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu, pasien positif COVID-19 di Tanah Air berhasil pulih adalah sebanyak empat orang sehingga sampai dengan Sabtu sudah ada 20 orang..

Sebelumnya, pemerintah mencanangkan akan melakukan pemeriksaan cepat COVID-19 secara besar-besaran, khususnya di daerah yang paling rawan menghadapi penyakit.

Menurut Yurianto, pemerintah akan menyiapkan sekitar 1 juta kit atau perangkat tes cepat untuk memeriksa sekitar 700.000 ribu populasi yang berisiko tertular COVID-19