Menkes sebut Molnuvirapir cegah penderita COVID-19 masuk rumah sakit

id Molnuvirapir, obat COVID-19

Menkes sebut Molnuvirapir cegah penderita COVID-19 masuk rumah sakit

Pil antivirus COVID-19 eksperimental, molnupiravir, yang sedang dikembangkan oleh Merck & Co Inc dan Ridgeback Biotherapeutics LP terlihat dalam foto selebaran tak bertanggal yang dirilis oleh Merck & Co Inc dan diperoleh Reuters pada 17 Mei 2021. (ANTARA/Merck & Co Inc/HO via Reuters/as).

Strategi obat-obatannya kita sudah diskusi sama Merck kemarin saya ke Amerika untuk Molnuvirapir ini obat untuk orang yang bergejala ringan bukan orang yang sudah masuk rumah sakit, katanya
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat antivirus Molnuvirapir buatan Merck Amerika Serikat dapat mencegah 50 persen kemungkinan seorang penderita COVID-19 masuk rumah sakit.

"Obat ini diberikan ke orang yang saturasinya masih di atas 95 persen, tujuannya mencegah 50 persen dia masuk rumah sakit," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers yang diikuti dari YouTube Perekonomian RI di Jakarta, Selasa.

Budi mengatakan obat tersebut berdosis 2 x 800 mg berjumlah 40 tablet untuk diminum oleh pasien 2 x 4 tablet per hari.

Baca juga: Menkes: Belanja vaksin COVID-19 sudah terpakai Rp28,2 triliun

Menurut Budi obat tersebut hanya diperuntukkan bagi pasien COVID-19 bergejala ringan dan tidak dipakai di rumah sakit.

"Strategi obat-obatannya kita sudah diskusi sama Merck kemarin saya ke Amerika untuk Molnuvirapir ini obat untuk orang yang bergejala ringan bukan orang yang sudah masuk rumah sakit," katanya.

Ia mengatakan pemerintah sudah melakukan pendekatan dengan Merck untuk kepentingan pengadaan Molnuvirapir di Indonesia.

Budi bersama pihak terkait juga sudah mendatangi beberapa pabrik farmasi di dunia yang sudah diberikan lisensi oleh Merck untuk membeli Molnuvirapir.

Baca juga: Menkes sebut varian AY.4.2 berpotensi mengkhawatirkan

"Diperkirakan mudah-mudahan Desember nanti bisa datang (Molnuvirapir)," katanya.

Selain melobi kedatangan obat ke Indonesia, Budi juga sedang berdiskusi dengan Merck terkait tawaran membuka produksi di Indonesia.

"Kalau bisa kita bikin di dalam negeri, sehingga kita memiliki ketahanan kesehatan yang lebih baik," katanya.