Memutus Mata Rantai Penularan Penyakit Demam Berdarah

id Lipsus, Memutus Mata Rantai, Penularan Penyakit Demam Berdarah

Demam berdarah kembali menjadi ancaman dan mewabah di Provinsi Lampung. Setidaknya hampir seribu pasien dinyatakan positif terserang penyakit DBD, dan lima di antaranya meninggal dunia.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Penyakit demam berdarah dengue selalu menjadi ancaman dan cenderung mewabah hampir di semua daerah di Indonesia termasuk Provinsi Lampung setiap musim hujan tiba.

Penyakit DBD yang virus dengue-nya ditularkan melalui "vektor" (perantara) gigitan nyamuk Aedes aegypti, menelan korban jiwa di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Lampung.

Demam berdarah kembali menjadi ancaman dan mewabah di Provinsi Lampung. Setidaknya hampir seribu pasien dinyatakan positif terserang penyakit DBD, dan lima di antaranya meninggal dunia.

Beberapa pasien DBD di Bandarlampung sampai ada yang oleh keluarganya harus dibawa untuk dirawat lebih intensif di RS di Jakarta, meskipun ada yang tetap dirawat di ibu kota Provinsi Lampung ini, namun dengan pertolongan transfusi darah untuk menormalkan kembali kondisi hemoglobin (Hb) dalam darah. Padahal ketersediaan darah yang diperlukan pasien DBD itu di PMI Bandarlampung tidak selalu mencukupi.

Informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyebutkan pasien yang dinyatakan positif terjangkit DBD terus mengalami peningkatan hingga Februari 2016.

Namun Dinas Kesehatan di Kabupaten Lampung Timur menyatakan warga di wilayah kabupaten ini masih relatif aman dari penyakit DBD.

"Pantauan kami, DBD di wilayah Lampung Timur masih bisa diatasi, artinya masih aman atau masih jauh dari meresahkan," ujar Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Lampung Timur Seriyadi Haspriyono.

Menurut dia, setiap terjadi kasus DBD di daerah ini, pihaknya segera melakukan penanganan pada kasus tersebut. "Sistem kewaspadaan dini berjalan, ketika ada kasus pasti terlaporkan dan segera kami sikapi, kalau positif DBD segera direspons, kami lakukan investigasi standar epidemiologi, seperti dengan penanganan pengasapan terfokus atau fogging focus," ujar Seriyadi.

Dia menyebutkan di Lampung Timur dari indikator Incidence Rate atau jumlah penderita DBD yang meninggal dari seluruh penderita DBD di suatu wilayah yang ditetapkan sebesar 51 per 100.000, pada tahun 2014 incidence ratenya hanya 18 per 100.000 dengan jumlah kasus DBD 187 dan angka kematian 0.

Pada 2015, incidence ratenya 26 per 100.000 dengan jumlah kasus 264, angka kematian 0 dan pada Januari 2016 kasusnya hanya 33 dengan angka kematian 0.

"Artinya dari indikator incidence rate itu, wilayah Lampung Timur masih aman, tapi meski aman kami tetap waspada," ujarnya.

Seriyadi merincikan persebaran wilayah endimis DBD di Lampung Timur di antaranya, Kecamatan Sekampung Udik, Batanghari, Sekampung, Melinting, Purbolinggo, Pekalongan dan Kecamatan Way Jepara.

Meskipun terbilang aman, langkah pencegahan DBD terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Lampung Timur. Pencegahan itu antara lain melalui sosialisasi kepada masyarakat agar berpola hidup sehat dan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan sosialisasi "3M Plus" yaitu menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi sarang nyamuk plus menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air itu.

Kondisi berbeda menunjukkan ancaman serius penularan DBD di Kabupaten Tulangbawang, Lampung. Pada Januari hingga awal Februari 2016 tercatat 61 pasien penderita DBD yang dirawat di Puskesmas Tulangbawang I di Kampung Dwitunggal Warga Kecamatan Banjaragung Kabupaten Tulangbawang. Sedangkan di RSUD Menggala pada bulan Januari lalu tercatat terdapat 18 pasien penderita DBD.

Kepala Puskesmas Tulangbawang I, Arnan Jaya menyatakan sebanyak 61 pasien DBD yang sempat dirawat di puskesmas setempat sebagian ada yang dirujuk ke beberapa rumah sakit swasta di Bandarlampung.

Semua pasien DBD yang ditangani Puskesmas Tulangbawang I dapat sembuh, dan belum ada penderita DBD yang meninggal dunia, kata Arnan.



Lingkungan Kurang Sehat

Menurut Arnan Jaya, penyebab mewabah penyakit yang virusnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti itu, yakni tingginya curah hujan dan lingkungan yang kurang sehat.

Pasien DBD yang dirawat di Puskesmas Tulangbawang I didominasi anak-anak dan balita.

Salah satu pasien balita yang dirawat yakni Tegar Aprilio (3). Menurut Yanti, ibunya Tegar, anaknya itu telah dirawat di Puskesmas Tulangbawang I.

Kondisi anaknya sudah demam tinggi sejak sepekan lalu. Ia sudah dibawa ke bidan tiga kali, tapi tidak ada perubahan. Kondisinya panas tinggi. Setelah dibawa ke puskesmas dan dicek darahnya di laboratorium ternyata positif DBD, ujar Yanti lagi.

Guna mencegah penyebaran wabah DBD, Kepala Puskesmas Tulangbawang I, Arnan Jaya mengajak masyarakat untuk melaksanakan "3M Plus" dengan cara menguras bak mandi dan penampungan air serta membersihkannya. Kemudian menutup bak-bak penampungan air, sehingga nyamuk tidak masuk ke sana untuk bertelur masih relevan dan digunakan.

Berikutnya, lanjut Arnan, mengubur bahan-bahan yang tidak mudah terurai seperti sampah plastik untuk mengurangi kemungkinan sarang nyamuk muncul karena genangan air hujan.

Ia juga menyebutkan tergantung kreativitas warga untuk mencegah wabah DBD itu dan sebenarnya sudah dijalankan sejak dulu.

Langkah pencegahan penyakit DBD itu, menurut dia, adalah pemberdayaan setiap individu dalam menggunakan daya upayanya mencegah gigitan nyamuk penyebar virus dengue, seperti menggunakan repelan, racun nyamuk atau kelambu saat tidur.

Kecenderungan merebak penularan penyakit DBD itu, membuat Dinas Kesehatan Lampung meminta masyarakat diminta mewaspadainya, sehubungan musim hujan masih terjadi di daerah ini.

"Frekuensi hujan tinggi menyebabkan risiko peningkatan kasus DBD semakin meningkat. Hal itu karena makin banyak genangan air bersih yang merupakan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti, vektor pembawa Virus Dengue," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana.

Ia menjelaskan, pola maksimum-minimum kasus DBD di Provinsi Lampung sejak 2010 sampai 2015 menunjukkan kecenderungan kasus tertinggi terjadi pada Januari atau pada saat puncak musim hujan berlangsung. Karena itu, masyarakat diminta untuk mewaspadai penyakit DBD.

Penyakit DBD dapat didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, seperti demam tinggi dan muncul ruam di kulit tubuh. Namun, karena gejala penyakit ini terkadang sulit dibedakan dengan penyakit malaria, leptospirosis, maupun demam tifoid, sehingga biasanya tenaga medis atau dokter akan terlebih dulu mengecek sejarah kesehatan dan perjalanan pasien untuk mencari informasi kemungkinan pasien tergigit nyamuk.

Selain itu untuk mendapatkan ketepatan diagnosis yang lebih tinggi umumnya dilakukan berbagai uji laboratorium.

"Hingga kini belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa Virus Dengue yang jadi penyebabnya," kata Reihana lagi.

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk lewat Gerakan 3M Plus.

Selain itu, secara biologis, vektor nyamuk pembawa Virus Dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Kemudian pemberian larvasida seperti bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air, untuk membunuh jentik nyamuk serta pengasapan (fogging) untuk membunuh nyamuk dewasa atau yang sudah bisa terbang berpindah.

Pemerintah Kota Bandarlampung melakukan sejumlah upaya untuk mencegah penularan dan wabah virus penyebab DBD, salah satunya dengan melakukan fogging focus atau pengasapan terfokus di sejumlah tempat di Bandarlampung ini.

"Kami melakukan fogging atau pengasapan di sejumlah wilayah di Kota Bandarlampung," kata Kepala Dinas Kesehatan Bandarlampung, Edwin Rusli.

Wilayah yang dilakukan fogging itu adalah lingkungan sekolah, kantor pemerintahan, dan beberapa lingkungan yang diduga menjadi tempat berkembangbiak nyamuk Aedes aegypti.

Fogging focus yang dilakukan itu bertujuan untuk memberantas nyamuk dewasa yang bersembunyi pada genangan air maupun pepohonan dan lingkungan sekitarnya.

"Sebelum fogging, kami lebih dulu membagikann bubuk abate. Namun bubuk abate ini hanya mematikan jentik nyamuknya, sedangkan nyamuk dewasa masih hidup dan tumbuh berkembang, sehingga kemudian kami lakukan fogging," katanya.

Pelaksanaan fogging atau pengasapan untuk memberantas nyamuk dewasa itu di kelurahan dilakukan oleh pihak puskesmas dibantu kecamatan setempat.

"Di kelurahan atau kecamatan, fogging dapat dilakukan tersendiri, tinggal mengambil obatnya yang tersedia di puskesmas," ujarnya.

Di Bandarlampung terdapat 30 puskesmas dan masing-masing setidaknya memiliki satu peralatan untuk melakukan fogging. "Di puskesmas ada alat foging satu dan ada yang dua unit, sedangkan di kecamatan juga ada," katanya lagi.

Menurutnya, fogging itu dilakukan sampai selesai terutama di lokasi yang banyak terdapat pepohonan dan air yang menggenang.

Sebelumnya, Pemkot Bandarlampung melalui Dinas Kesehatan membagikan bubuk abate secara gratis kepada masyarakat untuk membasmi jentik nyamuk pembawa virus DBD. "Pembagian bubuk abate ini dilakukan di seluruh kelurahan dan juga dibagikan melalui puskesmas masing-masing," kata Edwin Rusli pula.

Bubuk abate itu dibagikan ke rumah-rumah warga melalui juru pemantau jentik (jumantik) dalam Pekan Abate Bandarlampung, agar daerah ini masuk dalam kawasan kejadian luar biasa (KLB) DBD.

Edwin juga mengingatkan cara pencegahan penyakit DBD yang paling penting adalah menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta perilaku masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Ia mengimbau warga untuk menerapkan "3M Plus" untuk menghalau penyakit DBD, yaitu: Menutup Tempat Penampungan Air (tangki air, drum, dan lainnya agar nyamuk tidak masuk dan menjadikan genangan air itu tempat berbiak), Menguras Tempat Penampungan Air (bak mandi, ember, dan tempat lain yang bisa jadi tempat berbiak jentik nyamuk), dan Mengubur dan mendaur ulang barang bekas atau sampah yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Lalu, Plus-nya: Menaburkan bubuk larvasida atau abate di tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, hindari gigitan nyamuk, tidur pakai kelambu, memakai obat nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk (cupang, dan sejenisnya) di tempat penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk (lavender, rosemary, serai, dan tanaman sejenis) dengan aroma yang tidak disukai nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah karena nyamuk suka tempat yang gelap dan pengap, serta mengangkat baju-baju yang digantung dalam kamar agar tidak dihinggapi nyamuk.

Penyakit DBD selalu saja menjadi ancaman setiap kali datang musim penghujan, sehingga siklus penularannya melalui penyebaran Virus Dengue melalui nyamuk Aedes aegypti harus diputuskan.

Namun upaya memutus mata rantai penularan penyakit DBD ini perlu gerakan bersama seluruh masyarakat, tak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan Dinas Kesehatan semata.

Semua orang dan semua pihak harus bergerak bersama memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD itu agar tidak terus mewabah.(Ant)