Petani lada Maringgai kini melirik komoditas lain

id Petani, Lada,Desa Maringgai,Lampung Timur,Komoditas

Petani lada Maringgai kini melirik komoditas lain

Hasil panen biji lada basah petani lada Desa Maringgai, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Rabu (31/07/2019). ANTARA/Ruth Intan

Lampung Timur (ANTARA) - Petani Desa Maringgai, Lampung Timur yang dikenal sebagai penghasil lada terbaik, kini mulai beralih ke komoditas lain, dikarenakan harga lada yang tidak stabil.

"Petani lada di Maringgai yang aktif menanam lada dalam jumlah banyak dan masih memiliki ladang lada sebanyak dua hektare hanya saya seorang, petani lainnya sudah tidak mau lagi menanam lada", ujar Rogayah petani lada setempat, Rabu.

Berkurangnya minat petani Desa Maringgai untuk menanam lada terjadi karena harga lada tidak stabil dan memerlukan perawatan ekstra.

"Dulu empat tahun yang lalu harga biji lada dari petani lumayan tinggi sempat Rp100.000 per kilogram, lalu semakin tahun semakin turun sampai sekarang harga lada kering dari petani hanya Rp27.000 hingga Rp40.000 per kilogram," katanya.

Harga lada yang cenderung menurun mengakibatkan banyak petani lada melirik komoditas lain, dengan harga jual lebih menjanjikan dan tidak memerlukan perawatan yang sulit.

Menurutnya, tanaman lada membutuhkan perawatan ekstra, sejak awal menanam petani harus memisahkan terlebih dahulu batang yang sudah berakar ke tanah yang subur, lalu petani harus menjalarkan ke pohon yang kokoh dan terkena sinar matahari setiap saat.

Saat sudah matang biji dijemur hingga mengering selama seminggu, bila menginginkan hasil yang lebih baik lagi lada harus disimpan hingga satu tahun. Lamanya proses pengolahan lada dan jatuhnya harga lada mengakibatkan banyak petani lada memilih menanam komoditas lain seperti jengkol,duku, dan mangga.

"Saya masih memiliki pohon lada di ladang, tetapi sudah tidak terurus lagi karena harga jual yang tidak stabil. Bagi saya lebih baik saya menanam jengkol ataupun mangga yang berbuah setiap dua tahun sekali dengan perawatan mudah. Karena lada basah sekarang tidak laku, yang laku hanya lada kering dengan harga Rp27.000-Rp40.000 sedangkan di pasaran harga lada sebesar Rp80.000 per kilogram", ujar Saparudin, petani lada setempat.

Menurut Saparudin, dahulu rata-rata petani Maringgai menanami ladangnya khusus untuk lada, karena lada Maringgai terkenal enak, sebab tidak menggunakan pupuk kimia semua alami dari alam.

"Tetapi karena perawatan sulit dan harga tidak bagus kita ganti semua jadi jengkol, duku, mangga,durian", katanya.

Meskipun banyak petani yang melirik komoditas lain untuk mengganti lada, tetap ada petani yang bertahan menanam lada untuk memenuhi permintaan lada hitam dari konsumen.

Baca juga: Petani lada bersyukur atas musim kemarau