Mendag minta hilirisasi lada jadi oleoresin dikembangkan

id Oleoresin lada hitam,lada Lampung, minyak lada, mendag, kemendag

Mendag minta hilirisasi lada jadi oleoresin dikembangkan

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat menghadiri rakor Kementerian Perdagangan. Bandarlampung, Rabu (1/3/2023). ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Bandarlampung (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa pengembangan hilirisasi lada hitam Lampung menjadi oleoresin sebagai bahan utama minyak lada dapat dilakukan.

"Untuk komoditas seperti lada, kopi dan lainnya memang harus dikembangkan untuk mendapatkan nilai tambah," ujar Zulkifli Hasan saat rapat kerja Kementerian Perdagangan, di Bandarlampung, Rabu.

Ia mengatakan pengembangan hilirisasi komoditas itu juga dapat dilakukan untuk komoditas lada yang menjadi salah satu komoditas unggulan Lampung.

"Jadi lada ini bisa diolah menjadi produk yang lebih baik, seperti oleoresin dan kita bisa selangkah lagi mengembangkan ini dengan menggunakan teknologi sederhana," katanya.

Dia menjelaskan langkah pengembangan hilirisasi lada itu, dilakukan dengan menjalin kerja sama antar lembaga dan pemerintah.

"Pengembangan lada ini menjadi tugas kita bersama Kementerian Perindustrian, dan pemerintah daerah. Seperti yang sudah dikembangkan ialah hilirisasi produk cabai menjadi bubuk cabai kering yang dilakukan dengan teknologi sederhana, ini bisa diterapkan pula di Lampung," tambahnya.

Menurut dia, adanya pengelolaan lada menjadi produk turunan tersebut dapat menambah nilai jual lada hitam Lampung.

"Untuk keterjaminan harga lada di pasaran, memang saat ini baru ada tiga komoditas yang dijamin oleh pemerintah yaitu beras, jagung serta kedelai untuk lada belum. Akan tetapi akan di coba untuk terus mengembangkan ini," tambahnya.

Diketahui Provinsi Lampung sebagai produsen lada hitam, kini produktivitas lada hitam Lampung mengalami penurunan cukup signifikan dengan hanya mampu menghasilkan 0,7 kuintal per hektare.

Sedangkan luasan lahan lada di Lampung seluas 46.847 haktare, dan produksinya 15.229 ton pada 2022, sehingga pemerintah daerah setempat terus berupaya untuk meningkatkan produksi komoditi unggul tersebut.