Sambal dan batik jadi sarana promosi merajut jejaring bisnis Dubes Wahid

id kbri moskow

Sambal dan batik jadi sarana promosi merajut jejaring bisnis Dubes Wahid

Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi (berkacamata dan berdasi merah) saat melakukan kunjungan kerja ke Republik Dagestan . (dok.KBRI Moskow)

Bandarlampung (ANTARA) - Ada cerita menarik selama kunjungan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, ke Republik Dagestan pada minggu keempat Maret 2019. Di suatu acara makan malam yang dijamu oleh Menteri Kebijakan Nasional dan Agama Republik Dagestan, Enrik Muslimov, Dubes Wahid mengeluarkan 5 saset sambal merek terkenal Indonesia dan ditawarkan kepada beberapa pejabat Dagestan yang menemani makan, seraya mengingatkan bahwa sambal itu sangat pedas dan agar mencicipi sedikit saja.

Tanpa diduga, Kepala Badan Investasi dan Kewirausahaan, Gadji Gasanov, yang turut hadir, mengambil satu saset dan langsung mengeluarkan isi seluruh saset ke salad kesukaannya. “Saya suka sambal dan saya tahu itu pedas, tapi enak sekali”, kata Gasanov sambil tertawa. Pejabat yang lainnya pun ikut mencoba dan menyatakan hal yang sama. Sebelum pulang, Dubes RI yang selalu membawa sambal kemana pun dia pergi, menghadiahkan sisa sambalnya kepada Gasanov.

Cerita lainnya adalah saat selesai memberikan sambutan di Sekolah Tinggi Humaniter dan Pedagogi Dagestan (semacam SPG) di Makhachkala, Dubes Wahid menghadiahkan sebuah syal batik dari sutera kepada Kepala Sekolah, Dzhennet Temurkaeva, sebagai kenang-kenangan. Tanpa diduga, Kepala Sekolah tanpa canggung langsung mengenakan syal tersebut sebagai pengganti jilbab dan meminta foto bersama dengan Dubes RI.

 Cerita-cerita tersebut sebagai sekelumit contoh pengalaman betapa barang-barang produk Indonesia sangat didambakan di Dagestan. Sayangnya, setelah sempat melakukan blusukan ke  pasar tradisional setempat, tidak ditemukan satu pun produk Indonesia seperti mi instan, sambal, kecap, kopi maupun yang lainnya.

“Saya melihat produk makanan halal, kopi dan baju muslim sangat potensial dipasarkan di Dagestan. Melalui Dagestan, produk-produk tersebut dapat masuk ke wilayah Kaukasia Rusia lainnya seperti Chechnya dan bahkan ke negara tetangga, seperti Azerbaijan, Kazakhstan, Uzbekistan, Kyrgystan maupun lainnya” ujar Dubes Wahid.

Dubes RI pun menghubungi beberapa pengusaha ternama di Indonesia dan mereka menyatakan minatnya untuk menjajaki bisnis di Dagestan. Tahap awal akan dimulai dengan keterlibatan 11 pengusaha Indonesia pada acara Kazan Summit, di Republik Tatarstan yang mayoritas penduduknya juga beragama Islam pada tanggal 24-26 April 2019, dimana delegasi dari Dagestan juga akan hadir dan dipimpin oleh Menteri Ekonomi dan Pembangunan Wilayah Republik Dagestan, Osman Khasbulatov.

Selama berada di tanah kelahiran Khabib Nurmagomedov, juara dunia kelas ringan Ultimate Fighter Championship (UFC) ini, Dubes Wahid juga bertemu dengan Kepala Pemerintahan Dagestan, Artyom Zdunov beserta jajarannya, Presiden Kamar Dagang dan Industri Republik Dagestan, Badrutin Magomedov, serta lebih dari 66 orang pelaku bisnis setempat. Pengembangan kerja sama ekonomi, perdagangan dan pariwisata menjadi fokus utama pembicaraan.

Kedua belah pihak mencatat bahwa hubungan dan kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan Indonesia dengan Dagestan secara umum belum tergarap. Potensi yang dimiliki kedua pihak sangat besar dan diperlukan upaya-upaya pengembangan kerja sama yang tidak hanya dapat meningkatkan nilai perdagangan Indonesia dengan Dagestan, tetapi juga Indonesia dengan Rusia secara keseluruhan.

Nilai perdagangan Indonesia-Dagestan tahun 2017 tercatat hanya sebesar USD 267 ribu yang mayoritas adalah ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia. Sementara itu, nilai perdagangan Indonesia dengan Rusia tahun 2017 secara keseluruhan sebesar USD 3,2 milyar.

Artyom Zdunov berharap rencana pembangunan Koridor Utara-Selatan Rusia dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai hub perdagangan Rusia-Indonesia. Bahkan dengan infrastruktur sekarang, pengiriman barang (shipping) dari Indonesia dapat menjangkau pelabuhan di kota Makhachkala hanya dalam waktu 25 hari termasuk proses pelabuhan. Waktu tempuh ini jauh lebih cepat dibanding melalui pelabuhan Saint Petersburg yang mencapai 45 hari.

Kurangnya informasi mengenai peluang dan potensi kerja sama menjadi salah satu tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu kedua pihak memandang penting adanya diseminasi informasi untuk saling mengenal dan mengetahui satu sama lainnya. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah merajut kontak dan jejaring (networking) antar pelaku bisnis, media dan masyarakat, seperti pertemuan dan saling kunjung. Dubes Wahid juga memberikan beberapa contoh produk Indonesia, seperti berbagai bumbu masak, seasoning, mie instant, kopi, dan teh kepada KADIN setempat.

Republik Dagestan adalah salah satu negara bagian Federasi Rusia di kawasan Kaukasia Utara yang berbatasan dengan Chechnya (Rusia), Azerbaijan dan Georgia. Republik Dagestan dengan ibukotanya Makhachkala, memiliki kontur wilayah yang berbukit dan pegunungan serta kawasan pantai menghadap Laut Kaspia, dengan total luas wilayah sekitar 50.270 km persegi. Republik Dagestan dengan populasi penduduk sekitar 3 juta orang merupakan salah satu wilayah di Federasi Rusia yang memiliki tingkat keberagaman etnis dan budaya yang sangat tinggi. Sekitar 95 persen masyarakat Dagestan beragama Islam. Pertama kalinya Islam masuk ke Rusia adalah melalui kota Derbent di Dagestan yang berjarak sekitar 170 kilometer dari Makhachkala, pada tahun 642 atau 10 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Demikian rilis  berita yang diterima Antara di   Bandarlampung dari KBRI Moskow.