CeDPPIS apresiasi WHO undang Menkes dan Menlu berbagi ilmu

id who, covid-19, undangan who, menkes, menlu,covid indonesia

CeDPPIS apresiasi WHO undang Menkes dan Menlu berbagi ilmu

Ketua Badan Pekerja Center for Democracy and Participative Policy Initiatives Studies (CeDPPIS), Muzzamil. (ANTARA/HO)

Pertama, secara internal ini penyala. Suluh bagi negeri
Bandarlampung (ANTARA) - Ketua Badan Pekerja Center for Democracy and Participative Policy Initiatives Studies (CeDPPIS) Muzzamil mengapresiasi undangan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, dan delegasi Indonesia untuk PBB.

"Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengundang mereka, Jumat (6/11) pukul 11.00 Central European Time atau 17.00 Waktu Indonesia Barat, bersama Menkes untuk berbagi pengalaman terbaik penyelenggaraan tindakan dalam penanganan COVID-19," kata Muzzamil, dalam keterangannya, di Bandarlampung, Kamis.

Indonesia, merujuk surat yang diteken Asisten Dirjen Kesiapan Darurat WHO Jaouad Mahjour, 30 Oktober 2020 itu, dinilai sukses dalam tinjauan intra-aksi tindakan (intra-action review/IAR).

Pada 23 Juli 2020 lalu, WHO telah menerbitkan pedoman dan alat WHO dengan melakukan Country COVID-19 IAR, dengan spirit pembelajaran dan peningkatan berkelanjutan. Terobosan Indonesia diekspektasi bisa dijadikan salah satu role model kisah sukses dan praktik baik guna meningkatkan respons global terhadap COVID-19.

Menurut Muzzamil, upaya WHO ingin mendengar langsung sudut lain pengalaman Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dalam perang semesta melawan pandemi, tercakup di dalamnya kawin campur penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi ini, bakal mengandung dua konsekuensi.

"Pertama, secara internal ini penyala. Suluh bagi negeri. Betapa pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia secara persisten akan terus mengafirmasi seluruh kinerja terbaik penanganan. Baik oleh garda terdepan pencegahan, yakni elemen nonmedis dengan 3M maupun garda terdepan penanganan pasien dengan 3T-nya," kata dia pula.

Kasus Indonesia, ujar dia lagi, Kemenkes merilis telah menemukenali seribu klaster penularan potensial, juga sejatinya punya 1.001 cara pencegahan dan pengendalian serta pemutusan rantai penularan.

"Tanpa sadar, berbagai upaya yang kita sendiri di dalam negeri dianggap biasa, justru dinilai sesuatu yang luar biasa di mata dunia. Buktinya, mari tanya siapa pun warga negara yang merasakan sendiri inovasinya dalam turut cegah kendali dan mitigasi risiko COVID-19 ternyata diizinkan Allah jadi bagian dari solusi," katanya pula.

Kedua, secara eksternal. Muzzamil menyatakan, jelas hal ini bukan hanya bentuk pengakuan dunia, atau penghargaan dan penghormatan khusus bagi NKRI.

"Lebih jauh, secara multilateral ini bisa jadi entry point Indonesia berikutnya dalam kinerja peneguhan diplomasi kemanusiaan, kepeloporan inisiatif, bahkan pemercayaan global kepada Indonesia sebagai sekutu strategis yang eksekusional dalam perang total melawan pandemi masa mendatang," kata Muzzamil lagi.

Mengutip surat WHO, 31 Juli 2020 lalu, pertemuan keempat Komite Darurat International Health Regulations/IHR (2005) tentang COVID-19, memberi rekomendasi sementara para negara untuk berbagi praktik terbaik dengan WHO, termasuk tinjauan intra-aksi, dan menerapkan pembelajaran negara itu.

Semua negara lepas level pendapatan atau perkembangannya terus hadapi risiko sistemik, seperti risiko terkait wabah penyakit yang muncul dan muncul kembali, yang berpotensi menghasilkan dampak kesehatan dan sosial ekonomi signifikan.

"Sebab itu, selama pandemi penting bagi negara-negara terus merefleksi strategi respons mereka yang sedang berlangsung, menyesuaikan pendekatan mereka sesuai kebutuhan untuk memperkuat kesiapsiagaan dan kapasitas respons," kata WHO.

Menurut WHO, dengan terus meninjau dan mengadaptasi strategi respons saat ini, mengidentifikasi apa yang bekerja dengan baik dan tidak begitu baik, dan menerapkan pelajaran yang diperoleh, "Negara-negara mungkin memiliki kesempatan untuk mengubah lintasan wabah COVID-19,” kata WHO lagi.

"Sejauh ini, amatan kami tak melihat ini bakal dijadikan sejenis ajang dikte atas nama komunitas global atau selubung kepentingan tertentu. Sebaliknya, kami berharap semoga ini kesempatan baik Indonesia untuk bisa ambil peran lebih dalam pengarusutamaan kerja global melawan pandemi global. Kabar baik macam ini ya kita apresiasi baik lah," kata Muzzamil pula. 
Baca juga: Indonesia sebut vaksinasi COVID-19 dimulai pada minggu ketiga Desember
Baca juga: Pandemi, staycation saat libur panjang dan sandyakala pariwisata Indonesia
Baca juga: Doni Monardo sebut masih ada 17 persen masyarakat tak percaya COVID-19