IDEAS: Pandemi COVID-19 membuat kelas menengah semakin rentan jatuh ke jurang kemiskinan

id Dompet dhuafa, IDEAS: Pandemi COVID-19 membuat kelas menengah semakin rentan jatuh ke jurang kemiskinan

IDEAS: Pandemi COVID-19 membuat kelas menengah semakin rentan jatuh ke jurang kemiskinan

IDEAS: Pandemi COVID-19 membuat kelas menengah semakin rentan jatuh ke jurang kemiskinan. ANTARA/HO-Dompet Dhuafa

...angka kemiskinan melonjak menjadi 34,37 persen.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono mengungkapkan bahwa pandemi tidak hanya membuat kelas bawah terjebak pada drajat kemiskinan yang semakin dalam, namun juga telah membuat banyak kelas menengah semakin rentan jatuh ke jurang kemiskinan.  

Dia menjelaskan pada Maret 2019, sebelum pandemi, tingkat kemiskinan 9,40 persen dengan 3,07 persen diantaranya adalah kemiskinan ekstrem, dibawah 0,8 kali garis kemiskinan. 

“Bila kita lipat gandakan garis kemiskinan ekstrem, yaitu 1,6 kali garis kemiskinan, angka kemiskinan melonjak menjadi 34,37 persen,” kata Yusuf Wibisono dalam pemaparannya pada acara Sosial and Humanity Outlook 2022, di SMESCO, Jakarta, pada Rabu (5/1). 

Sedangkan pada masa pandemi, September 2020, kecenderungan ini menguat, dimana angka kemiskinan kini 10,19 persen, dengan 3,75 persen diantaranya kemiskinan ekstrem, dan angka rentan kemiskinan mencapai 35,74 persen.  

“Dengan sekitar 25 persen penduduk berada di dekat garis kemiskinan, maka penduduk rentan miskin adalah sangat besar, yaitu sekitar 66,6 juta orang pada Maret 2019 dan menembus 69 juta orang pada September 2020,” ujar Yusuf.

Pandemi telah merubah komposisi kelas menengah menjadi lebih rawan secara ekonomi. Kelas menengah-atas dengan ketahanan ekonomi yang tinggi mengalami kemerosotan ke kelas menengah-bawah yang rawan terjatuh ke kelas bawah (kelas miskin dan rentan/hampir miskin).

Dunia Usaha dan Lapangan Pekerjaan Mengalami disrupsi yang ekstrim akibat pandemi.

Kebijakan containment dan jatuhnya mobilitas masyarakat, membuat dunia usaha mengalami kejatuhan yang dalam. 

Pandemi memukul keras usaha formal-modern terutama pariwisata, industri pengolahan, dan konstruksi.

Langkanya lapangan kerja, telah memaksa penduduk melakukan apapun untuk bertahan hidup, terutama di sektor informal. Usaha informal-tradisional mampu bertahan dan menjadi tumpuan terutama pertanian dan perdagangan.

Pandemi telah memperburuk sumber penghidupan keluarga miskin secara signifikan. 

Usaha yang dijalankan keluarga miskin menjadi sepi pembeli, mengalami kerugian hingga harus ditutup, pasar/tempat usaha mengalami penutupan hingga jalan/portal yang ditutup;

Pekerja dari keluarga miskin jam/hari kerjanya dikurangi, sulit mencari pekerjaan baru sehingga terpaksa terus menganggur, mengalami pemotongan gaji hingga mengalami PHK baik dengan pesangon maupun tanpa pesangon. 

Usaha rakyat miskin membutuhkan dukungan permodalan untuk mengakses pasar dan pelanggan dalam jumlah yang memadai secara berkelanjutan.

Profesi utama keluarga miskin yang terdampak pandemi paling besar
Buruh pabrik (berkurang 52,2 persen); sopir (berkurang 38,3 persen); penjaga toko / warung (berkurang 28,0 persen)

Petugas Keamanan (berkurang 22,2 persen);
karyawan swasta (berkurang 21,7 persen); asisten rumah tangga (berkurang 17,2 persen);
Petugas Kebersihan (berkurang 15,4 persen)
Buruh Bangunan (Berkurang 8,3 persen)

Survei IDEAS, Januari-Februari 2021

Pandemi tidak hanya menciptakan gelombang penularan virus, namun juga krisis kesehatan kainnya yang  berpotensi meledak di masa depan

Pandemi telah menciptakan krisis kesehatan dengan kecepatan penularan virus dan banyaknya orang yang terinfeksi sehingga menumbangkan sistem kesehatan nasional dan korban jiwa yang besar. 

Namun selain krisis kesehatan terkait COVID-19, pandemi juga menimbulkan krisis kesehatan lain yang implikasinya berpotensi meledak di masa depan: 

memburuknya asupan gizi masyarakat di satu sisi serta terhentinya berbagai layanan kesehatan esensial di sisi lainnya.

Merasa khawatir tertular virus menjadi perilaku yang mempengaruhi kesehatan di masa pandemi, seperti membatalkan rencana berobat ke fasilitas kesehatan dan enggan mendapat perawatan meski memiliki keluhan kesehatan. 

Sebagian masyarakat terutama di perkotaan, terdampak oleh lumpuhnya sistem kesehatan akibat pandemi seperti kesulitan mendapatkan layanan kesehatan karena dokter tidak ada/rumah sakit tidak beroperasi normal dan gagal mendapat layanan kesehatan karena RS penuh dengan pasien COVID-19.

Kerawanan pangan menjadi krisis paling serius yang dihadapi keluarga miskin di masa pandemi

Pandemi telah membuat sebagian besar keluarga miskin menjadi semakin miskin. Jatuhnya penghasilan keluarga miskin ini diikuti dengan jatuhnya pengeluaran mereka. 

Jatuhnya penghasilan dan daya beli keluarga miskin telah menciptakan krisis yang serius di keluarga miskin, bahkan mulai menyentuh aspek paling mendasar: kebutuhan pangan.

Dampak Pandemi yang Paling Dirasakan Terhadap Kebutuhan Pangan 
Tidak Mampu / Sulit Beli Daging (78,9 persen)
Tidak Mampu / Sulit Beli Ikan (64,0 persen)
Tidak Mampu / Sulit Beli Susu (38,6 persen)
Tidak Mampu / Sulit Beli Telur (40,0 persen)
Tidak Mampu / Sulit Beli Beras / Makanan Pokok (51,8 persen)

Dibutuhkan reformasi bansos dan penguatan perlindungan sosial yang lebih luas selama pandemi belum berakhir

Bantuan sosial (bansos) berperan penting dalam ketahanan keluarga miskin yang terdampak keras oleh pandemi, mulai dari turunnya penghasilan, terganggunya kebutuhan pangan, hilangnya pekerjaan, menurunnya tingkat kesehatan hingga terlantarnya pendidikan anak.

Terdapat indikasi kuat bahwa program bansos pemerintah belum menjangkau semua keluarga miskin yang berhak, exclusion error yang tinggi di masa pandemi adalah tidak dapat ditoleransi. 

Menjadi krusial mereformasi bansos secepatnya dan mempertahankannya selama pandemi belum berakhir.

Prospek Penanggulangan Kemiskinan Ditengah Pemulihan Pasca Pandemi

Faktor-faktor yang potensial berdampak negatif pada kinerja penanggulangan kemiskinan 2022:

-Kenaikan harga LPG non subsidi 
-Kenaikan harga BBM seiring rencana penghapusan premium dan pertalite
-Kenaikan TDL pelanggan non subsidi  
-Kenaikan tarif cukai hasil tembakau
-Rencana jumlah kepesertaan PBI-JKN yang berkurang 9 juta jiwa

Faktor-faktor makro ekonomi yang harus mendapat perhatian serius dalam upaya penanggulangan kemiskinan 2022:

Perbaikan proses pemulihan ekonomi pasca pandemi yang memperlihatkan kecenderungan lebih berpihak pada kelompok atas (pola K-shape)
Kecenderungan anggaran PEN Perlinsos yang semakin menurun


TENTANG DOMPET DHUAFA
Dompet Dhuafa adalah lembaga Filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welasasih) dan wirausaha sosial. Selama 28 tahun lebih, Dompet Dhuafa telah memberikan kontribusi layanan bagi perkembangan umat dalam bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan serta CSR.
Baca juga: DD Tekno inovasi ekosistem society 5.0 aplikasi Masjed.id untuk keumatan dan kerakyatan
Baca juga: Dompet Dhuafa dukung pendidikan penyintas bencana Gunung Semeru