Ekspor kakao Lampung 152 ton

id pohon kakao, petani kakao lampung timur, harga kakao, bertahan tinggi

Ekspor kakao Lampung 152 ton

Ilustrasi Petani sedang menjemur kakao (FOTO: ANTARA Lampung/istimewa)

...Meski panen tak terlalu banyak, tapi ekspor kakao masih terus berlangsung, kata Ferynia...
Bandarlampung  (ANTARA Lampungntara) - Ekspor kakao Provinsi Lampung pada Mei 2016 sebanyak 152,4 ton dengan nilai 379.372 dolar Amerika Serikat.

"Meski panen tak terlalu banyak, tapi ekspor kakao masih terus berlangsung," kata Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Lampung Ferynia di Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan bahwa komoditas kakao merupakan salah satu penyumbang devisa cukup besar bagi daerah ini. Sentra perkebunan kakao di Lampung panennya cukup bagus dan kakao masih merupakan komoditas unggulan Lampung disamping hasil perkebunan lainnya seperti kopi, sawit, lada, dan kopra.

Menurut dia, sentra perkebunan kakao di Lampung seperti Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Timur, Pesisir Barat, dan Waykanan masih menjadi andalan ekspor komoditas tersebut.

Sementara harga jual kakao masih tetap bertahan tinggi jika dibanding dengan harga biji kopi, harga biji kakao di tingkat petani masih berkisaran Rp25-35 ribu per kilogram.

Petani di Kabupaten Lampung Timur berharap harga kakao tetap tinggi agar mereka kembali bergairah membudidayakan tanaman tersebut.

"Saya berharap harga kakao tetap tinggi seperti saat ini," kata Joko, petani kakao di Desa Pakuan Aji Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

Menurutnya, dengan harga komoditas itu yang bertahan tinggi, menambah gairah mempertahankan tanaman kakaonya.

Joko menyebutkan, harga kakao saat ini berkisar Rp25.000-Rp35.000 per kilogram.

"Kakao basah dengan kadar 20 persen atau jemur sehari dihargai Rp25 ribu sedangkan kakao kering bisa mencapai Rp35 ribu," ujarnya lagi.

Dia menyebutkan, pada lahan kakaonya seluas 1 hektare itu dalam satu kali periode musim panen mampu menghasilkan satu ton kakao.

Ia menjelaskan, dalam merawat tanaman kakao membutuhkan biaya tinggi, seperti biaya penyemprotan, pemangkasan dan pemupukan.

"Kalau harga rendah bisa merugi, jadi petani berharap harga kakao bisa tetap tinggi," katanya menambahkan. (Ant)