"Provinsi Lampung ini memang menjadi salah satu daerah yang menghasilkan produk kakao, akan tetapi memang masih kalah dibandingkan dengan Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Elvira Umihanni di Bandarlampung, Rabu.
Ia mengatakan untuk meningkatkan kualitas produk kakao, pihaknya akan memfasilitasi IKM kakao untuk melakukan pengembangan produk melalui pelatihan.
"IKM kakao di sini memang untuk produknya dari citarasa dan pengolahan masih membutuhkan pembelajaran karena belum digarap secara serius. Kemarin kami sudah berkoordinasi dengan salah satu produsen kakao asal Lampung Krakatoa untuk membagikan ilmu pengolahan cokelat agar citarasa serta kualitasnya lebih baik," katanya.
Dia menjelaskan upaya memfasilitasi pertemuan antara IKM kakao dengan perusahaan produsen kakao dilakukan untuk meningkatkan hilirisasi produk kakao Lampung.
"Lampung memiliki satu perusahaan pengelola produk kakao dengan kualitas premium, dan sudah melakukan ekspor ke Malaysia dan Singapura. Saat ini mereka tengah fokus menangani permintaan domestik yang sangat tinggi. Dengan mempertemukan mereka dengan IKM harapannya akan ada transfer ilmu dan teknologi pengelolaan kakao," ucapnya.
Menurut dia, dengan memfasilitasi pertemuan antara IKM dengan produsen yang telah mampu masuk pasar ekspor, produk kakao milik IKM akan memiliki kualitas yang baik sekaligus meningkatkan kapasitas dan pemasaran lebih luas.
"Di Kabupaten Pesawaran sudah ada BUMD pengolahan kakao menjadi cokelat, dan sudah mendapatkan bantuan dari Kementerian Perindustrian melalui dana alokasi khusus untuk alat pengolahan dan rumah promosi. Akan tetapi citarasanya belum cukup baik, jadi nanti juga akan dibantu untuk mengembangkan agar memiliki rasa lebih baik lagi," tambahnya.
Kementerian Perindustrian juga akan melatih seluruh daerah untuk melakukan penanaman kakao sekaligus mengolahnya menjadi produk jadi dan setengah jadi untuk mendukung program hilirisasi industri kakao.
Potensi Indonesia untuk produk kakao cukup besar di mana total produksi sebanyak 739.483 ton, dan pada 2020 nilai ekspor produk kakao olahan nasional memiliki nilai 1,12 miliar dolar Amerika Serikat.
Untuk Provinsi Lampung produksi kakao pada 2022 sebesar 53.991 ton, dengan sentra produksi di Kabupaten Pesawaran dengan produksi 26.192 ton, Lampung Selatan ada 8.676 ton, Tanggamus 7.167 ton, Lampung Tengah 3.235 ton, Lampung Tengah ada 3.029 ton dan Lampung Timur sebanyak 3.235 ton.
Ia mengatakan untuk meningkatkan kualitas produk kakao, pihaknya akan memfasilitasi IKM kakao untuk melakukan pengembangan produk melalui pelatihan.
"IKM kakao di sini memang untuk produknya dari citarasa dan pengolahan masih membutuhkan pembelajaran karena belum digarap secara serius. Kemarin kami sudah berkoordinasi dengan salah satu produsen kakao asal Lampung Krakatoa untuk membagikan ilmu pengolahan cokelat agar citarasa serta kualitasnya lebih baik," katanya.
Dia menjelaskan upaya memfasilitasi pertemuan antara IKM kakao dengan perusahaan produsen kakao dilakukan untuk meningkatkan hilirisasi produk kakao Lampung.
"Lampung memiliki satu perusahaan pengelola produk kakao dengan kualitas premium, dan sudah melakukan ekspor ke Malaysia dan Singapura. Saat ini mereka tengah fokus menangani permintaan domestik yang sangat tinggi. Dengan mempertemukan mereka dengan IKM harapannya akan ada transfer ilmu dan teknologi pengelolaan kakao," ucapnya.
Menurut dia, dengan memfasilitasi pertemuan antara IKM dengan produsen yang telah mampu masuk pasar ekspor, produk kakao milik IKM akan memiliki kualitas yang baik sekaligus meningkatkan kapasitas dan pemasaran lebih luas.
"Di Kabupaten Pesawaran sudah ada BUMD pengolahan kakao menjadi cokelat, dan sudah mendapatkan bantuan dari Kementerian Perindustrian melalui dana alokasi khusus untuk alat pengolahan dan rumah promosi. Akan tetapi citarasanya belum cukup baik, jadi nanti juga akan dibantu untuk mengembangkan agar memiliki rasa lebih baik lagi," tambahnya.
Kementerian Perindustrian juga akan melatih seluruh daerah untuk melakukan penanaman kakao sekaligus mengolahnya menjadi produk jadi dan setengah jadi untuk mendukung program hilirisasi industri kakao.
Potensi Indonesia untuk produk kakao cukup besar di mana total produksi sebanyak 739.483 ton, dan pada 2020 nilai ekspor produk kakao olahan nasional memiliki nilai 1,12 miliar dolar Amerika Serikat.
Untuk Provinsi Lampung produksi kakao pada 2022 sebesar 53.991 ton, dengan sentra produksi di Kabupaten Pesawaran dengan produksi 26.192 ton, Lampung Selatan ada 8.676 ton, Tanggamus 7.167 ton, Lampung Tengah 3.235 ton, Lampung Tengah ada 3.029 ton dan Lampung Timur sebanyak 3.235 ton.