Pupuk Indonesia alokasikan 10.646 ton pupuk subsidi NPK kakao untuk Lampung

id pupuk npk pelangi, formula khusus pelangi, lampung, desa kecapi, lampung selatan

Pupuk Indonesia alokasikan 10.646 ton pupuk subsidi NPK kakao untuk Lampung

SVP PSO Wilayah Barat Pupuk Indonesia Fickry Martawisuda, tengah melakukan pemupukan perdana pupuk kakao NPK Pelangi

Bandarlampung (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (PI) telah mengalokasikan 10.646 ton pupuk subsidi NPK Pelangi formula khusus tanaman kakao untuk Provinsi Lampung.

"Stok untuk pertengahan bulan Mei disiapkan 200 ton untuk uji coba dan ternyata serapannya bagus. Sudah dikirim juga 2.300 ton saat ini di Pelabuhan Panjang dan sedang menuju Gudang Pupuk Padi Mas, Bandarlampung," kata SVP PSO Wilayah Barat Pupuk Indonesia Fickry Martawisuda, di Lampung Selatan, Rabu.

Ia menyebutkan alokasi pupuk kakao NPK Pelangi itu untuk 10 kabupaten di Provinsi Lampung. Stok 2.500 ton tersebut dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani kakao selama tiga bulan mendatang.

Menurutnya, untuk wilayah barat mendapatkan alokasi pupuk NPK Pelangi sebesar 25.920 ton, sedangkan secara nasional sebesar 114.033.ton. Khusus Lampung mendapatkan alokasi sebesar 10.646 ton untuk 10 kabupaten di Lampung. Saat ini untuk Lampung Selatan alokasinya 1.390 ton.

Menurutnya, alokasi pupuk NPK Pelangi untuk Lampung itu hampir separuh alokasi pupuk wilayah barat dan Provinsi Lampung merupakan yang pertama di Sumatera menggunakan pupuk NPK Pelangi untuk tanaman kakao.

"Kemudian rencananya menyusul Aceh dan Sumatera Utara," ujarnya.

Fickry menambahkan pupuk kakao NPK Pelangi ini dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao mengingat pupuk menggunakan fomulasi khusus untuk tanaman kakao.

"Untuk harga berdasarkan harga eceran tertinggi yakni Rp3.300 per penebusan di kios bagi petani yang sudah masuk alokasi,” katanya.

Pada pemupukan perdana pupuk kakao NPK Pelangi didatangkan langsung dari PT Pupuk Kaltim, Bontang.

Menurut Lutfi Widodo, bagian Produksi PT Pupuk Kaltim, NPK Pelangi menggunakan formula 14-12-16-4.

"NPK Pelangi ini, sudah dirancang enam tahun lalu melalui proses pengujian yang panjang. Sempat sih pada pengujian di tahun pertama formulanya salah. Guna mendapatkan izin produksi dan edar butuh empat tahun prosesnya,” katanya.

Lutfie yang telah mengabdi di PT Pupuk Kaltim, Bontang, selama 36 tahun itu menjelaskan setelah diproduksi, pemupukan pertama dilakukan pada tanaman kakao petani di Sulawesi Selatan.

“Hasilnya sekarang sangat produktif sekali,” ujarnya.

Pemupukan perdana sendiri berlangsung di di Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, Lampung, pada Rabu (14/6).

Selanjutnya, puluhan petani kakao di Desa Kecapi mendatangi acara pemupukan dan sosialisasi yang digelar PI untuk mendapatkan ilmu dan teknis pemupukan menggunakan NPK Pelangi.

Petani kakao di Desa Kecapi Ilyas mengatakan, adanya pupuk NPK Pelangi yang disubsidi pemerintah sangat membantu para petani, yang selama ini kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.

Ia berharap stok pupuk NPK Kakao merek Pelangi selalu tersedia di kios dengan harga sesuai HET.

“Selama ini kalau pupuk subsidi selalu kosong stoknya. Kami tidak tahu kosongnya ke mana. Kami harap stok pupuk NPK kakao ini tersedia di kios sesuai dengan alokasi,” kata Ilyas.

Zaelani, petani kakao lainnya, mengeluhkan dengan harga jual kakao di desanya yang selalu anjlok.

“Sekarang ini yang jadi masalah harga jual kakao kami ini masih kisaran Rp20 ribu per kilogram, untuk kualitas asalan, harga tertinggi sempat Rp30.000 per kilogram,” kata Zaelani.

Ia berharap pemerintah dapat memerhatikan harga kakao di pasaran yang selalu jatuh, agar nasib petani kakao ini semakin baik ke depannya. “Kalau buah kakao kami sudah baik, harga hendaknya juga tinggi,” ujarnya.

Kabid Sapras Dinas Pertanian dan Perkebunan Lampung Selatan Yennie mengatakan, mengenai harga buah kakao yang dijual petani bergantung dengan kualitas kakaonya sendiri.

“Kalau harga itu fluktuatif, tergantung dari kualitas kadar airnya, kondisi produksinya, dan juga faktor lainnya,” kata Yennie.

Ia mengatakan area perkebunan tanaman keras di Lampung Selatan seluas 2.760 hektare dengan produktivitas sekitar 900 kg atau masih di bawah 1,3 ton per ha. Sedangkan untuk areal di Desa Kecapi, Kalianda hanya seluas 68 ha, dengan jumlah petani kakao 58 orang.