Tiongkok lakukan uji rudal balistik baru

id Tiongkok lakukan uji peluru kendali jarak jauh

Tiongkok lakukan uji rudal balistik baru

Foto dari internet ini menunjukkan kemungkinan misil balistik Tiongkok DF-41. (china.org.cn)

Beijing  (Antara/Reuters) - Kementerian Pertahanan China pada Kamis secara tidak langsung memastikan laporan bahwa negara itu melakukan uji peluru kendali antarbenua baru.
        
Washington Free Beacon pada Selasa melaporkan bahwa China pada 12 April menguji peluru kendali jauh baru, yang disebut DF-41.
        
Laporan tersebut tidak menyebutkan tempat uji tersebut namun menuliskan bahwa itu dilakukan sebelum kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ash Carter ke kapal induk USS Stennis di Laut China Selatan.
        
Kementerian Pertahanan China dalam pernyataan di laman resminya, dalam tanggapan terhadap laporan itu, mengatakan bahwa uji penelitian berkala di wilayah China tersebut lazim.
        
"Uji itu tidak diarahkan ke negara atau sasaran apa pun," kata pernyataan tersebut.
        
Washington Free Beacon mengatakan tidak mengetahui tempat uji itu, meskipun Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa laporan tersebut menyebutkan Laut China Selatan sebagai tempat uji senjata itu.
        
"Sejumlah laporan media terait lkasi uji coba itu hanyalah spekulasi semata," ujarnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
        
Kementerian itu memastikan bahwa pada Desember, China melakukan uji peluru kendali. Washington Free Beacon mengatakan bahwa lembaga intelijen Amerika Serikat belakangan ini memantau sebuah uji coba misil DF-41, sebuah misil yang dapat dipasang di kereta api.
        
Presiden China, Xi Jinping, memantau sebuah program modernisasi militer yang ambisius, termasuk mengembangkan pesawat jet tempur siluman dan mengembangkan kapal induk mereka sendiri.
        
Kebijakan itu menuai tanggapan dari sejumlah negara tetangga Beijing, yang beberapa di antaranya terlibat dalam sengketa wilayah dengan China, begitu pula dengan Washington.
        
China mengatakan bahwa mereka tidak memiliki niatan buruk dan bahwa mereka membutuhkan sebuah kekuatan militer yang modern untuk melindungi kebutuhan keamanan mereka sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.