Dosen Unila lakukan biofortifikasi untuk tingkatkan kandungan gizi jagung
Bofortifikasi agronomi menjadi salah satu cara yang cepat dan instan dalam meningkatkan kandungan gizi dalam tanaman
Bandarlampung (ANTARA) - Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung (Unila) Dr Agustiansyah melakukan inovasi biofortifikasi agronomi terhadap tanaman jagung guna meningkatkan kandungan gizi.
"Bofortifikasi agronomi menjadi salah satu cara yang cepat dan instan dalam meningkatkan kandungan gizi dalam tanaman," kata Agustiansyah, di Bandarlampung, Rabu.
Dia mengatakan penelitian yang dilakukannya berkaitan dengan isu stunting yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, terlebih tanaman pangan di negeri tidak banyak yang memiliki nilai gizi tinggi.
"Tanaman yang memiliki gizi tinggi untuk mencegah stunting masih sangat sedikit. Hal ini menjadi salah satu alasan saya melakukan penelitian biofortifikasi agronomi lebih lanjut," katanya.
Menurutnya, untuk mendapatkan nilai gizi lebih tinggi pada sebuah tanaman pangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya lewat biofortifikasi agronomi.
Tanaman jagung dipilih dalam penelitian biofortifikasi agronomi karena sangat responsif terhadap perlakukan yang diberikan. Selain itu tanaman jagung dipilih karena menjadi pangan alternatif dalam mengurangi konsumsi beras nasional.
"Adapun nutrisi yang dapat ditingkatkan nilai kandungannya dalam tanaman jagung melalui biofortifikasi agronomi tersebut antara lain zat Besi (Fe), Zinc (Zn), dan Boron (B)," kata Agustiansyah.
Dia pun mengatakan bahwa tanaman jagung yang telah melalui proses biofortifikasi agronomi dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan pangan, tanpa mengurangi nilai kandungan gizinya.
“Sebagai contoh nilai kandungan Zinc (Zn) dalam tanaman jagung biasanya ± 22 mg/kg. Melalui proses biofortifikasi agronomi nilai kandungan zinc dalam jagung dapat ditingkatkan hingga 58 mg/kg bahan," katanya.
Proses biofortifikasi agronomi yang dilakukan Dr Agustiansyah membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan sesuai dengan umur tanaman jagung. Mulai dari tahap penanaman, pemupukan, aplikasi Zn, Fe, Zn, dan B, pemanenan, proses analisis nilai kandungan gizi dalam tanaman pangan jagungnya, setelah itu, siap untuk dikonsumsi masyarakat.
Dia mengatakan aplikasi Zn, Fe, dan B, pada jagung juga harus memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut. Biasanya pada fase sebelum berbunga dan setelah berbunga.
"Aplikasi dilakukan 2-3 kali selama fase hidup tanaman jagung. Harapannya setelah penelitian ini berhasil dilakukan, proses biofortifikasi agronomi dapat terus dikembangkan dan bermanfaat sebagai inovasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tanaman pangan alternatf," kata dia.
Biofortifikasi agronomi merupakan proses peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman dengan tujuan memperbaiki pertumbuhan, produktivitas, dan nilai gizi tertentu pada tanaman.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dosen Unila lakukan biofortifikasi, dongkrak kandungan gizi jagung
"Bofortifikasi agronomi menjadi salah satu cara yang cepat dan instan dalam meningkatkan kandungan gizi dalam tanaman," kata Agustiansyah, di Bandarlampung, Rabu.
Dia mengatakan penelitian yang dilakukannya berkaitan dengan isu stunting yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, terlebih tanaman pangan di negeri tidak banyak yang memiliki nilai gizi tinggi.
"Tanaman yang memiliki gizi tinggi untuk mencegah stunting masih sangat sedikit. Hal ini menjadi salah satu alasan saya melakukan penelitian biofortifikasi agronomi lebih lanjut," katanya.
Menurutnya, untuk mendapatkan nilai gizi lebih tinggi pada sebuah tanaman pangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya lewat biofortifikasi agronomi.
Tanaman jagung dipilih dalam penelitian biofortifikasi agronomi karena sangat responsif terhadap perlakukan yang diberikan. Selain itu tanaman jagung dipilih karena menjadi pangan alternatif dalam mengurangi konsumsi beras nasional.
"Adapun nutrisi yang dapat ditingkatkan nilai kandungannya dalam tanaman jagung melalui biofortifikasi agronomi tersebut antara lain zat Besi (Fe), Zinc (Zn), dan Boron (B)," kata Agustiansyah.
Dia pun mengatakan bahwa tanaman jagung yang telah melalui proses biofortifikasi agronomi dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan pangan, tanpa mengurangi nilai kandungan gizinya.
“Sebagai contoh nilai kandungan Zinc (Zn) dalam tanaman jagung biasanya ± 22 mg/kg. Melalui proses biofortifikasi agronomi nilai kandungan zinc dalam jagung dapat ditingkatkan hingga 58 mg/kg bahan," katanya.
Proses biofortifikasi agronomi yang dilakukan Dr Agustiansyah membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan sesuai dengan umur tanaman jagung. Mulai dari tahap penanaman, pemupukan, aplikasi Zn, Fe, Zn, dan B, pemanenan, proses analisis nilai kandungan gizi dalam tanaman pangan jagungnya, setelah itu, siap untuk dikonsumsi masyarakat.
Dia mengatakan aplikasi Zn, Fe, dan B, pada jagung juga harus memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut. Biasanya pada fase sebelum berbunga dan setelah berbunga.
"Aplikasi dilakukan 2-3 kali selama fase hidup tanaman jagung. Harapannya setelah penelitian ini berhasil dilakukan, proses biofortifikasi agronomi dapat terus dikembangkan dan bermanfaat sebagai inovasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tanaman pangan alternatf," kata dia.
Biofortifikasi agronomi merupakan proses peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman dengan tujuan memperbaiki pertumbuhan, produktivitas, dan nilai gizi tertentu pada tanaman.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dosen Unila lakukan biofortifikasi, dongkrak kandungan gizi jagung