Puluhan warga Alor kabur ke hutan karena takut divaksin

id Alor, NTT, vaksin COVID-19

Puluhan warga Alor kabur ke hutan karena takut divaksin

Seorang dokter sedang mengambil cairan vaksin untuk disuntikan kepada tenaga kesehatan di RSUD SK Lerik Kota Kupang, NTT, Jumat,(15/01/2021). Sebanyak 2000 tenaga kesehatan di Kota Kupang akan disuntik vaksin COVID-19 tahap pertama. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.

Mereka kabur karena panik dan takut setelah membaca informasi hoaks seputar vaksin COVID-19 yang beredar luas di media sosial, katanya
Kupang (ANTARA) - Akibat kurang sosialisasi, puluhan warga di Dusun II Batu Putih, Desa Alila, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, NTT, Kamis (18/2) siang kabur ke hutan karena takut divaksin Sinovac oleh petugas kesehatan di daerah tersebut.

Kapolres Alor AKBP Agustinus Christmas dihubungi dari Kupang, Jumat, mengatakan warga satu dusun yang belum diketahui pasti berapa jumlahnya itu memilih kabur karena takut divaksinasi akibat kurang sosialisasi soal manfaat dari vaksin itu

"Mereka kabur karena panik dan takut setelah membaca informasi hoaks seputar vaksin COVID-19 yang beredar luas di media sosial," katanya.

Baca juga: 28.763 nakes Lampung telah divaksinasi COVID-19 selama lima minggu terakhir

Agustinus mengatakan informasi kaburnya warga satu dusun itu ke hutan setelah pihaknya mendapatkan laporan dari Bhabinkamtibmas Aipda Dominggus Bole Dede ketika dirinya berkunjung ke dusun itu.

Aipda Dominggus yang wilayah kerjanya sampai di dusun itu seketika langsung berangkat ke hutan untuk mencari puluhan warga tersebut.

"Mereka pun langsung diberikan pemahaman oleh Bhabinkamtibmas yang kebetulan pada saat itu ditemani oleh Kepala Desa Alila dan tokoh masyarakat setempat," ujar dia.

Mereka mencoba memberikan pemahaman kepada warga yang sebagian ditemui di hutan itu untuk tidak percaya dengan pemberitaan bohong yang disebar di media sosial.

Baca juga: Jokowi keluarkan aturan penerapan denda bagi penolak vaksinasi

Hasilnya beberapa warga di dusun itu akhirnya kembali ke rumahnya di dusun tersebut, tetapi sebagian lagi tetap bertahan di hutan dan di pegunungan karena masih menunggu musim panen jagung.

"Kita berharap warga menyaring lagi informasi yang masuk, jangan ditangkap begitu saja, karena banyak berita hoaks yang menyebar di media sosial," kata dia.

Untuk mengedukasi warga di daerah pedalaman, ia mengharapkan bantuan dari para kepala desa tokoh masyarakat, petugas kesehatan dinas kesehatan serta Bhabinkamtibmas di daerah itu.