Desa Melati perkenalkan nilai ekonomi lipan atau kelabang di Wonderfull Nias Expo

id sail nias,nilai lipan,wonderfull nias

Desa Melati perkenalkan nilai ekonomi lipan atau kelabang di Wonderfull Nias Expo

Tim Pelaksanan Kegiatan Kemitraan (TPKK) Desa Melati II, Rizal. (Antara Sumut/Septianda)

Di Desa Melati II dalam sebulan bisa terkumpul sekitar 400 ribu ekor kelabang yang diekspor ke China dan Vietnam.
Nias Selatan (ANTARA) - Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, memperkenalkan manfaat dan nilai ekonomi hewan lipan atau kelabang kepada masyarakat Nias melalui Wonderful Nias Expo yang merupakan bagian acara Sail Nias 2019.

Saat mengikuti pameran di Wonderful Nias Expo,  Tim Pelaksana Kegiatan Kemitraan (TPKK) Desa Melati II, Rizal di Nias Selatan, Jumat, mengatakan lipan atau kelabang yang merupakan salah satu hewan berbisa, memiliki nilai ekonomi karena bisa menjadi komoditas ekspor seperti ke China.

Masyarakat Desa Melati II biasanya memanfaatkan waktu senggang untuk mencari kelabang dari berbagai tempat terutama di perkebunan sawit. Di China kelabang diolah untuk obat.

"Di Desa Melati II dalam sebulan bisa terkumpul sekitar 400 ribu ekor kelabang yang diekspor ke China dan Vietnam. Lipan itu tidak bisa dibudidayakan, jadi masyarakat mencarinya dari daerah-daerah yang banyak terdapat lipan seperti di perkebunan sawit," katanya.

Direktur Pengembangan Usaha Ekonomi Desa Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nugroho Setijo Nagoro mengatakan pihaknya terus mendorong masyarakat pedesaan untuk terus mengembangkan potensi yang ada di desanya masing-masing.

BUMdes juga didorong untuk terus berkembang dengan menjalin kemitraan dengan koorporasi atau pelaku bisnis, karena memang pelaku bisnis lah yang tahu situasi pasar dan punya akses yang lebih luas seperti misalnya terkait akses pembiayaan.

"BUMdes kami dorong menjalin kerjasama dengan pelaku bisnis profesional. Itu semua dalam upaya peningkatan masyarakat desa," katanya.

Terkait lipan atau kelabang tersebut, ia mengatakan, kementerian saat ini sedang melakukan komunikasi dengan berbagai pihak terutama BPOM bagaimana meningkatkan nilai tambah dari olahan lipan atau kelabang tersebut.

"Saya kira kalau bisa kita tingkatkan nilai tambahnya kenapa harus dijual mentah. Ini akan kita cari tahu teknologinya, apakah sudah ada studi atau kajian tentang pengolahan serta manfaat dari lipan itu," katanya.