Antisipasi Teror ISIS, TNI Gelar Latihan Gultor

id TNI

Antisipasi Teror ISIS, TNI Gelar Latihan Gultor

Beberapa prajurit antiteror melakukan penyergapan teroris dan pembebasan sandera dalam simulasi gabungan Kopassus-SAS Australia dalam penanggulangan terorisme di Bandara Ngurah Rai, Bali, Selasa (28/9). (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)

Jakarta (Antara Lampung) - TNI kembali menggelar Latihan Gabungan Penanggulangan Teror (Gultor) Tri Matra IX 2014 dalam mengantisipasi berbagai ancaman teror, salah satunya ancaman dari organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
         
"ISIS adalah ancaman potensial bagi kita karena secara riil kita belum menghadapi tindakan-tindakan nyata dari ISIS di lapangan. Tapi, kalau tidak disiapkan dan tidak diantisipasi dengan baik maka ancaman potensial itu akan menjadi ancaman aktual," kata Panglima Jenderal TNI Moeldoko usai membuka latihan itu di Batalyon 461 Paskhas, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin.
         
Panglima TNI mengatakan dalam mendefinisikan ancaman ada tiga macam, yakni ancaman faktual, ancaman potensial dan ancaman residual.
         
"Untuk ancaman faktual adalah ancaman yang betul-betul kita hadapi saat ini. Ancaman potensial kalau tidak ditangani dengan baik akan muncul menjadi faktual. Kemudian ancaman residual yakni persoalan-persoalan yang belum bisa diselesaikan," tuturnya.
         
Moeldoko mengatakan ISIS telah menjadi keprihatinan international bahkan berbagai masyarakat di berbagai negara dengan mudah bergabung dengan ISIS.
         
Indonesia negara yang sudah disusupi oleh ISIS memiliki tanggung jawab untuk mencegah agar organisasi ini tidak berkembang semakin luas. "Indonesia sebuah negara ikut memiliki tanggung jawab keamanan yang sama apalagi di kawasan Asia, memiliki komunitas bersama menghadapi persoalan yg muncul di kawasan Asia," katanya.
         
Ia menambahkan model perjuangan terorisme mengalami perubahan. TNI harus statis dan menyesuaikan pola kerja terorisme, oleh karena itu perbaikan ke depan sangat perlu.
         
"Pasukan khusus harus mampu bermain pada area risiko tertinggi. Guna menghadapi ancaman yang nyata. Kalian dilatih untuk keadaan paling kritis. Untuk itu faktor keamanan menjadi atensi yang serius," ujarnya.
         
Latihan dengan tema 'Sat Passus TNI melaksanakan penanggulangan teror untuk memelihara stabilitas keamanan dan menegakkan kedaulatan NKRI dalam rangka Operasi Militer Selain Perang (OMSP)' ini melibatkan 627 personel TNI. Mereka terdiri dari Komando Latihan (Kolat) 50 orag, pelaku 250 personel dari Sat 81 Gultor Kopassus, Denjaka TNI AL, dan Satbravo'90 Paskhas TNI AU. Untuk pendukung Detasemen Komunikasi dan Elektronika (Denkomlek) berjumlah 48 orang, protokol 15 orang, Detasemen Markas Latihan (Denmalat) 237 personel dan crew 27 personel.
         
Saat meninjau Posko Latihan, Panglima TNI dikatakan bahwa TNI akan meningkatkan 'grade' pasukan khususnya agar setara dengan pasukan khusus dunia.