Aliran listrik nyalakan kincir tambak, eskalasi produktivitas udang Lampung

id pengembangan tambak, tambak lampung, listrik tambak,bumi dipasena

Aliran listrik nyalakan kincir tambak, eskalasi produktivitas udang Lampung

Penggunaan teknologi yang ditopang oleh energi listrik di tambak modern bundar di Kabupaten Lampung Timur. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi

Bumi Dipasena ini masih berpotensi berproduksi dengan hasil yang luar biasa.

BANDARLAMPUNG (ANTARA) - Berlimpahnya hasil perikanan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang mampu mempertahankan eksistensinya sebagai negara eksportir utama produk perikanan dunia di tengah pandemi COVID-19 yang masih terus melanda.

Tak hanya bagi Indonesia sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang menjadi andalan setiap daerah yang memiliki wilayah perairan yang cukup luas tak terkecuali Provinsi Lampung. Tak hanya di perairan laut, potensi-potensi maritim pun terdapat pada perairan darat dengan beragam potensi ikan endemik serta perikanan budidaya.

Dengan luas perairan 24.820 kilometer persegi dan daerah pesisir seluas 440.010 hektare dengan garis pantai sepanjang 950 kilometer, menjadikan Lampung sebagai salah satu provinsi yang menggantungkan hidupnya pada hasil kelautan dan perikanan.

Dengan jumlah nilai ekspor yang cukup besar yakni senilai Rp 1,7 triliun hingga Agustus 2021 dengan volume ekspor hingga 12,2 juta ton, membuat Lampung terus mengembangkan sektor ini untuk membentuk akselerasi ekonomi kerakyatan di daerahnya.

Ragam cara dilakukan untuk pembentukan akselerasi ekonomi berbasis kerakyatan, salah satunya dengan pengembangan tambak-tambak udang modern yang syarat akan penggunaan teknologi serta lebih efisien dalam pemanfaatan lahan sempit.

Tambak udang modern tersebut kini telah banyak berkembang di sejumlah kabupaten, salah satunya di Kabupaten Lampung Timur yang tak asing lagi dengan pengembangan sektor akuakultur.

Jajaran kolam bundar tertata rapi dengan diameter beragam menghiasi panorama di tengah-tengah lanskap kolam persegi yang membentang teratur membaur dengan birunya pemandangan pesisir laut desa Bandar Negeri, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur membuat mata setiap orang menikmatinya dengan takjub.

Kolam bundar yang berjajar rapih tersebut tak berjalan sendiri tanpa adanya pemanfaatan teknologi budidaya, yang tentunya memanfaatkan aliran listrik sebagai roda penggerak kincir serta ragam peralatan canggih untuk menunjang eskalasi produktivitas udang.

Dengan kepadatan udang yang cukup tinggi dalam satu kolam bundar, ternyata membutuhkan beragam peralatan yang tentunya berkaitan erat dengan energi listrik layaknya jet bubble, blower, pompa laut, pompa submersible parit, hingga kincir tambak. Semua di bangkitkan oleh aliran listrik guna menjaga stabilitas oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) dalam kolam.

Dengan diameter kolam sebesar 10 hingga 18 meter dan kepadatan 717 ekor per meter dan hasil panen mencapai 2 ton dalam satu kolam menjadikan listrik sebagai komponen utama untuk mendukung berjalannya operasional tambak modern.

“Listrik ini jadi salah satu bagian yang peting agar operasional tambak modern ini bisa terus berlangsung, sebab dari memberi pakan menjaga salinitas air dan menjaga stabilitas oksigen tergantung dengan peralatan yang tersambung ke listrik,” ujar salah seorang teknisi tambak modern Ipei.

Menurutnya, listrik bagaikan jiwa bagi tambak modern yang menjaga ribuan benih udang vaname untuk tetap hidup dan berkembang guna mendukung perekonomian masyarakat yang bergantung pada budidaya akuakultur yang syarat akan penggunaan teknologi.

“Listrik ini jadi jiwa bagi tambak modern, jadi kemarin pun kita tambah lagi aliran listrik masuk ke  tambak agar udang bisa hidup. Harapannya listrik ini jangan sering padam karena hidup kita bahkan udang bergantung pada aliran listrik yang stabil,” katanya.

Keberadaan listrik sebagai salah satu motor penggerak kehidupan bagi Litopenaeus vannamei serta pembudidaya tidak hanya di tambak modern yang syarat akan penggunaan teknologi canggih, juga berpengaruh pada keberlangsungan kehidupan di tambak rakyat bahkan kawasan sentra udang Lampung Dipasena.

Kawasan tambak terbesar di Lampung Bumi Dipasena yang terletak di Rawa Jitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang  yang telah lama tertidur kini mulai bangun dan mengulang kejayaan di masa lampau menjadi sentra udang dengan produktivitas terbesar.

Bangkitnya kawasan sentra udang terbesar di Lampung seluas 16.250 hektare dengan jumlah tambak 17.139 petak itu diawali dengan masuknya jaringan listrik ke pusat-pusat tambak pada Maret tahun lalu, yang selama ini memanfaatkan kinerja genset sebagai sumber energi pembangkit kincir tambak.

Tepat satu tahun lalu aliran listrik bertegangan 150 kilo volt yang membentang di 73,6 kilo meter sirkuit, serta gardu induk saluran udara tegangan tinggi yang berkapasitas 60 mega volt ampere telah hadir untuk mewujudkan eskalasi produktivitas di lumbung undang.

Kembalikan Harapan Petambak

Hadirnya aliran listrik yang kembali menghidupkan kincir di petak-petak tambak udang telah mengembalikan harapan dari setiap pembudidaya udang di sentra udang Dipasena untuk kembali bangkit dari keterpurukan.

“Bumi Dipasena ini masih berpotensi berproduksi dengan hasil yang luar biasa, revitalisasi telah mulai berjalan terlebih lagi listrik telah masuk ini jadi memberikan semangat karena sarana infrastruktur termasuk listrik penting bagi operasional tambak,” ujar Ketua Perhimpunan Petambak Pembudidaya Udang Wilayah Lampung (P3UW), Suratman.

Aliran listrik tersebut bukan hanya untuk menghidupkan kembali kicir serta pompa air tambak, namun juga ikut membantu menjaga kualitas udang pasca panen di dalam ruang pendingin, serta membantu warga sekitar dalam melaksanakan aktivitas keseharian yang telah berpuluh tahun terbalut dalam cahaya ranum.

Upaya membantu mewujudkan asa para petambak dan masyarakat dalam mewujudkan eskalasi produktivitas tambak untuk akselerasi ekonomi kerakyatan melalui program electrifying marine terus digencarkan oleh Perusahaan Listrik Negara wilayah Lampung, dan telah menunjukkan tren positif dimana animo pemasangan listrik baru yang cukup tinggi di lingkungan pembudidaya dan petambak.

Asisten manager komunikasi dan manajemen stakeholder PLN UID Lampung, Darma Saputra mengatakan bahwa telah lebih dari 50 persen kawasan tambak Dipasena telah menikmati aliran listrik, serta animo pasang listrik baru pun tinggi salah satunya di daerah pertambakan di Lampung, sehingga komitmen untuk menjaga pasokan listrik dan penyediaan listrik bagi pertumbuhan sektor perikanan akan terus dijaga.

Pihaknya pun akan berusaha memberi kemudahan bagi pelaku usaha bidang pertanian, perikanan, dan pembudidaya dalam memperoleh akses listrik bagi pengembangan sektor unggulan Lampung itu.

“Terus diupayakan untuk membantu sektor perikanan dan kelautan Lampung agar dapat terus bertumbuh melalui penyediaan listrik. Sebab energi listrik menjadi salah satu energi yang lebih murah, ramah lingkungan serta lebih mudah diaplikasikan dibanding dengan tenaga disel yang membutuhkan pengeluaran cukup banyak setiap operasionalnya,” ujarnya pula.

Menurutnya, dengan adanya sumbangsih dalam mempermudah mengakses listrik bagi petani, pembudidaya perikanan diharapkan akan menumbuhkan geliat perekonomian di sektor agricultural dan akuakultur Lampung.

Perputaran kincir tambak yang tak pernah berhenti atas dorongan aliran listrik yang terus stabil dan ramah secara ekonomi bagi pembudidaya dan petambak menjadi salah satu bagian penting bagi terwujudnya sentra-sentra perikanan dan budidaya modern yang berproduktivitas tinggi serta menopang perekonomian daerah. Hingga menumbuhkan akselerasi ekonomi kerakyatan dan perekonomian yang stabil di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Baca juga: Menteri KKP kunjungi kawasan tambak bumi Dipasena