Masyarakat diminta gunakan masker dan vaksinasi untuk cegah varian baru COVID-19

id Covid19

Masyarakat diminta gunakan masker dan vaksinasi untuk cegah varian baru COVID-19

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr. Reisa Broto Asmoro. (Antaralampung.com/Humas KPCPEN)

Sekitar 70 juta untuk dosis pertama, atau mencakup 36,2 persen dari populasi target, ujar Nadia

Metro (ANTARA) - Pemerintah terus mengingatkan masyarakat untuk disiplin mengenakan masker dan mengikuti program vaksinasi sebagai upaya hidup sehat dan proteksi diri meski berdampingan dengan COVID-19. Sebab, perkembangan virus yang dinamis selalu menuntut kewaspadaan, termasuk munculnya ancaman varian baru.

Saat ini, penerapan level Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara nasional berada di tingkat asesmen situasi level 2. Pemerintah telah membuka secara bertahap aktivitas masyarakat, dengan tetap meminimalkan penularan COVID-19.

Dalam siaran pers PPKM dari Media Center KPCPEN, Rabu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro menyatakan, ada tiga hal yang dapat dipelajari dari wilayah level 2 yang masih konsisten menjaga tingkat pengendalian COVID-19.

Pertama, mengenakan masker serta menggalakkan protokol kesehatan (Prokes) lainnya. Masker, selain mencegah terpapar droplet, juga menjadi alat perlindungan dari polusi, dengan memperhatikan tingkat filtrasi dan efektivitas masker. Kedua, mensukseskan vaksinasi. Percepatan vaksinasi lansia dan penyandang disabilitas sangat perlu dilakukan. Begitu pula vaksinasi tenaga kependidikan dalam mendukung Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang telah mulai dilakukan terbatas, agar dapat berlangsung lebih aman.

“Dua langkah mudah ini, bapak ibu sekalian. Pakai masker dan segera divaksin” ajak Reisa.

Baca juga: Wamenkes sebut capaian vaksinasi nasional 32,1 persen

Ketiga, membatasi dan menyeleksi mobilitas, dengan cara menggunakan aplikasi PeduliLindungi untuk masuk ke fasilitas umum. Aplikasi ini berhasil menyeleksi ratusan ribu orang yang seharusnya beristirahat di rumah karena tidak sehat, dan tidak sebaiknya melakukan aktivitas diruang publik. Dengan aplikasi sebagai alat bantu deteksi, diharapkan perlindungan kesehatan masyarakat makin optimal.

Terkait vaksinasi, Jubir Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, hingga 7 September 2021 tercatat lebih dari 100 juta dosis vaksin telah diberikan kepada masyarakat sejak 13 Januari 2021.

"Sekitar 70 juta untuk dosis pertama, atau mencakup 36,2 persen dari populasi target,” ujar Nadia.

Ia berpesan agar masyarakat tidak menunda untuk mengikuti vaksinasi jika ada kesempatan vaksin di daerah masing-masing. Sebab, vaksin COVID-19 adalah hak seluruh masyarakat Indonesia dan diberikan secara gratis.

Pemerintah, kata dia, juga memberikan perhatian khusus bagi vaksinasi populasi rentan seperti penduduk lanjut usia, yang saat ini cakupannya masih sekitar 28,2 persen untuk dosis pertama dan 18,1 persen untuk dosis kedua.

Baca juga: Varian Mu belum terdeteksi di Indonesia

Pemerintah pusat berharap, pemerintah daerah juga dapat menyusun strategi untuk menjangkau populasi ini, karena masing-masing daerah memiliki keunikan dan permasalahan yang berbeda.

Menyikapi munculnya varian baru virus corona yang memiliki kemampuan penularan lebih tinggi, Nadia mengatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus melakukan pemantauan dan pemeriksaan genom sequencing terhadap kasus baru yang masuk Indonesia atau melalui penularan lokal. Dari sekitar 5.835 hasil sequencing yang dilaporkan, sebanyak 2300 merupakan varian Delta di 34 provinsi di Indonesia.

"Kemenkes melakukan pemantauan terhadap semua varian yang muncul, apakah itu Variant of Concern maupun Variant of Interest seperti Eta, Iota, Kappa, Lambda dan sebagainya, juga varian lokal yang muncul di Indonesia,” jelas dr Nadia.

Pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap varian Mu yang saat ini menyebar ke 46 negara.
Koordinasi dengan petugas-petugas di pintu masuk juga ditingkatkan.

“Serta menyusun kebijakan untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya varian yang dikatakan memiliki kekebalan terhadap vaksin,” ujar Nadia seraya mencontohkan upaya melalui pengetatan kebijakan karantina internasional serta persyaratan vaksin, serta terus berkonsultasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Baik dr. Reisa maupun dr. Nadia mengingatkan, gelombang serangan varian baru sangat mungkin terjadi, terutama bila masyarakat lengah. Masker adalah langkah pencegahan agar virus, varian apapun tidak dapat masuk ke dalam tubuh. Sedangkan vaksinasi, menjadi perlindungan supaya terhindar dari terjadinya kasus berat yang memerlukan perawatan rumah sakit.

“Bersama kita bisa akhiri pandemi ini,” pungkas dr. Reisa.