Kemitraan perajin tapis dan UMKM strategi bertahan di masa pandemi

id Ekonomi Lampung, perajin tapis Lampung, UMKM lampung

Kemitraan perajin tapis dan UMKM strategi bertahan di masa pandemi

Ilustrasi- Perajin kain tapis Lampung tengah menapis. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Dengan bermitra bersama UMKM kita tidak perlu memikirkan harus menjual kemana karena pasar sudah pasti, ucapnya
Bandarlampung (ANTARA) - Perajin kain tapis asal Lampung bermitra bersama pelaku UMKM dalam mendistribusikan produk sebagai salah satu strategi bertahan di masa pandemi COVID-19.

Kegiatan ini saya lakukan sejak saya muda sekitar 20 tahun lebih, dan dua tahun terakhir saya bermitra dengan pelaku UMKM untuk menampung hasil produksi tapis," ujar salah seorang perajin tapis Lampung, Tries di Bandarlampung, Selasa.

Ia menjelaskan dengan bermitra bersama pelaku UMKM dirinya mampu terus memproduksi kain tapis meski sempat mengalami kendala akibat pandemi COVID-19 yang kini berlangsung.

Baca juga: Volume ekspor perikanan Lampung naik 2,3 persen dalam lima bulan terakhir

"Tetap produksi karena kita buat kain tapis sesuai pesanan dari pelaku UMKM. Selain itu kain serta benang sebagai bahan utama tapis Lampung langsung disuplai oleh pelaku UMKM, sehingga saya hanya fokus produksi tapis saja," katanya.

Menurutnya, meski mengalami sedikit penurunan jumlah pesanan pembuatan kain tapis selama pandemi COVID-19, karena adanya jalinan kemitraan bersama pelaku UMKM dirinya mampu  bertahan dan membantu perekonomian keluarga.

"Pengerjaan kain tapis ini paling cepat satu pekan, dan proses tapis biasa dikerjakan setelah selesai mengurus keluarga. Dengan bermitra bersama UMKM kita tidak perlu memikirkan harus menjual kemana karena pasar sudah pasti," ucapnya.

Baca juga: Karantina Pertanian dorong ekspor sarang burung walet langsung dari Lampung

Adanya kemitraan tersebut juga dikatakan oleh salah satu pelaku UMKM kerajinan tangan dari kain tapis Lampung, Novi.

"Perajin kain tapis yang bermitra sudah cukup banyak ada yang dari Kota Bandarlampung dan adapula yang dari beberapa kabupaten seperti di Tanggamus, dan Pringsewu," ujar pelaku UMKM, Novi.

Ia mengatakan kain tapis hasil produksi perajin harganya berkisar Rp80.000 hingga Rp5 juta per lembar, sesuai dengan kesulitan pengerjaan dan motif tapis.

Baca juga: Petani lada Lampung harapkan harga biji lada stabil

"Harga dan lama pengerjaan beragam, namun dalam satu bulan kita bisa menampung 40 lembar kain tapis milik perajin," katanya.

Novi menjelaskan dengan adanya jalinan kemitraan tersebut selain mempermudah dirinya dalam memperoleh pasokan kain tapis untuk dimodifikasi juga dapat membantu para perajin untuk terus berproduksi.

"Rata-rata perajin tapis ini adalah ibu rumah tangga jadi dengan adanya kemitraan ini dapat pula membantu mereka terus produktif membantu perekonomian keluarga," ujarnya.