IDI minta penanganan COVID-19 transparan

id COVID-19,Wuhan,Dinkes,Lampung,IDI

IDI minta penanganan COVID-19 transparan

Personel gabungan TNI dan Kepolisian memeriksa pengendara yang melintasi daerah perbatasan Lampung dengan Palembang di Mesuji, Lampung, Minggu (26/4/2020). Penyekatan atau pembatasan mobilitas jalan pintu masuk menuju Lampung itu untuk mencegah gelombang arus mudik lebaran di tengah pandemi COVID-19. (ANTARA FOTO/Ardiansyah/20)

Bandarlampung (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bandarlampung menyebutkan bahwa penanganan COVID-19 harus lebih terencana dan terukur serta transparan.

Ketua IDI Cabang Bandarlampung dr Aditya M Biomed, di Bandarlampung, Senin, mengatakan bahwa 3T dalam penangan COVID-19 sudah cukup bagus apabila itu dilaksanakan sesuai prosedur, namun ditambah 2T lagi, yaitu terencana (terukur) dan transparan, hal itu tentunya akan lebih baik.

"Kalau bisa saya usul 3T itu ditambah 2T jadi sehingga dalam penangan COVID-19 juga 5T (tracing, testing, treatment terencana serta transparan)," kata dia.

Menurutnya, dengan penambahan 2T tersebut pemerintah memiliki alur yang jelas dalam hal menangani pandemi COVID-19, sehingga semua data yang tersaji bukan hanya asumsi belaka.

"Jadi terencana ya benar-benar terukur, tidak bisa COVID-19 ini pakai asumsi, harus ada data pastinya,” kata dia.

Kemudian, pemerintah juga harus transparan, baik dalam tindakan maupun anggaran yang digunakan kemana saja, kalau semua ini dijalankan pemerintah dengan 5T dan masyarakat dengan 5M, sehingga data yang tersaji angkanya pasti.

Aditya melihat sejauh ini penanganan COVID-19 masih belum maksimal khususnya di Lampung, baik pemerintah dalam melakukan 3T maupun masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan terutama dalam menghindari kerumunan.

"Kita ini kan cocok yang 3T-nya belum maksimal terutama di bagian tracing dan testingnya begitu pula 5M-nya. Saya ini mantan pasien COVID-19, jadi penanganannya di puskesmas terdekat hanya ditanya-tanya saja, seharusnya saat positif corona 20 sampai 30 orang yang kontak dengan saya harus ditesting," kata dia.

Namun, perawat di puskesmas itu tidak menanyakan dalam dua hari terakhir kemana saja, kontak dengan siapa saja serta lainnya, padahal aktivitas cukup tinggi.

"Istri saya juga yang positif COVID-19. Saya tanya juga penanganannya sama saja seperti itu, jadi memang tracing kita kurang maksimal, begitu pula dengan testingnya, ujarnya.

Sehingga, lanjut dia, selain tracing, treatment, testing nya harus dioptimalkan, tindakan terukur, terencana, serta transparan harus dilakukan dalam penanganan pandemi COVID-19.