Ketua ATP ragu kompetisi dapat dilanjutkan pada Agustus

id Tenis,ATP,olahraga terdampak corona

Ketua ATP ragu kompetisi dapat dilanjutkan pada Agustus

Petenis Spanyol Rafael Nadal beraksi pada babak perempat finalĀ ATP 500 Mexican Open 2020 melawan petenis Korsel Soon Woo Kwon diĀ Princess Acapulco Stadium, Meksiko, Kamis (27/2/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Romero/aww.

Jakarta (ANTARA) - Ketua ATP Andrea Gaudenzi mengaku ragu kompetisi tenis musim ini dapat dilanjutkan pada Agustus, setelah ditangguhkan sejak pertengahan Maret akibat pandemi COVID-19.

"Tidak seorang pun tahu kapan kami dapat kembali bermain dalam kondisi aman sepenuhnya. Berbicara mengenai Agustus, September, November semua itu hipotesis, kita tidak dapat membenturkan kepala ke tembok untuk sesuatu yang mungkin tidak akan terjadi karena kami bisa saja baru bisa memulai kembali (kompetisi) pada tahun depan," ucap Gaudenzi seperti dikutip AFP.

Baca juga: PFA anggap pemerintah Inggris demonisasi pesepakbola saat pandemi

Secara pribadi, Gaudenzi cukup optimistis musim kompetisi dapat kembali dilanjutkan pada Agustus.

"Saya sedikit optimistis mengenai (kompetisi dimulai kembali pada) musim gugur, dan bahkan agak yakin pada musim panas," ucap pria 43 tahun itu.

Menurutnya jika kompetisi tenis dapat kembali digelar pada Agustus, maka mereka dapat "menyelamatkan" tiga ajang Grand Slam dan enam kompetisi Masters 1000.

Saat ini semua turnamen ATP dan WTA ditangguhkan sampai 13 Juli. Setelah sebelumnya salah satu Grand Slam yakni Wimbledon harus dibatalkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.

Keputusan untuk membatalkan Grand Slam paling tua itu disusul dengan digesernya jadwal French Open, yang biasanya dimainkan pada Mei sampai Juni menjadi September sampai Oktober.


Baca juga: APPI: FIFPro kaget PSSI persilakan klub memotong 75 persen gaji pemain

Gaudenzi menuturkan bahwa idealnya ATP akan memainkan empat turnamen di lapangan tanah liat pada musim gugur setelah berlangsungnya US Open, yakni dengan memainkan turnamen di Madrid, Roma, dan French Open.

Digesernya jadwal French Open tanpa konsultasi dengan pemangku kepentingan tenis lainnya sempat membuat gusar banyak pihak. Meski demikian, Gaundezi mengatakan ATP tidak akan menjatuhkan sanksi terhadap French Open.

"Tenis memerlukan persatuan, Paris bertindak seperti itu karena ketakutan, mereka melakukan kesalahan. Namun mereka telah menyadarinya," yakin Gaundezi.

Gaundezi juga menyatakan pihaknya tidak mengabaikan para petenis dan turnamen ATP dengan peringkat lebih rendah, dan menegaskan pihaknya juga mempelajari pendekatan finansial yang dapat diaplikasikan.

"Sistem kami solid. Ini bisa menjadi satu tahun tanpa tenis, tapi tidak lebih dari itu," yakinnya.
Baca juga: Sekjen PBB nyatakan dukungannya bagi WHO di tengah pandemi COVID-19