Tokyo (ANTARA) - Iran berkomitmen terhadap kewajibannya dalam perjanjian nuklir internasional meskipun Amerika Serikat mundur dari kesepakatan bersejarah tersebut, kata menteri luar negeri, Kamis dengan menyebutkan pemberlakuan kembali sanksi oleh Washington "tak dapat diterima".
Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif membuat pernyataan tersebut dalam pertemuannya dengan mitra Jepang di Tokyo di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, memicu kekhawatiran bahwa bakal terjadi konflik antara AS dan Irak.
Iran "sangat menahan diri meskipun AS mundur dari JCPOA pada Mei lalu," kata Zarif mengawali pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono.
Zarif mengacu kepada Joint Comprehensive Plan of Action yang diteken pada 2015 oleh Amerika Serikat, Iran dan sejumlah negara lainnya. Iran diminta untuk mengekang kapasitas pengayaan uranium, yang digunakan untuk membuat bom nuklir, dengan imbalan pelonggaran sanksi terhadapnya.
Presiden Donald Trump tahun lalu menarik Washington dari kesepakatan nuklir. Pihaknya kini sedang menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran guna mencekik perekonomian mereka dengan mengakhiri penjualan internasional minyak mentah miliknya.
Jepang merupakan pengimpor utama minyak Iran selama beberapa dekade sebelum dijatuhi sanksi.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Iran tuding Israel sabotase fasilitas nuklir Natanz
Selasa, 13 April 2021 17:08 Wib
Menlu Iran sebut Joe Biden dapat cabut sanksi dengan "tiga perintah eksekutif"
Rabu, 18 November 2020 9:07 Wib
Menlu Iran sebut menghina Muslim adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara
Selasa, 27 Oktober 2020 10:37 Wib
AS tidak akan cabut sanksi terhadap Iran, bahkan tolak negosiasi
Senin, 27 Januari 2020 6:04 Wib
Iran tak yakin akan "kesepakatan Trump" soal isu nuklir
Kamis, 16 Januari 2020 14:04 Wib
AS tolak visa Menlu Iran
Rabu, 8 Januari 2020 5:16 Wib
Sentimen anti-AS semakin mendunia menyusul jenderal Iran dibunuh
Selasa, 7 Januari 2020 8:32 Wib
AS jatuhkan sanksi pada menteri informasi Iran
Sabtu, 23 November 2019 13:00 Wib