Solidaritas Tumbuh Dari Tsunami Selat Sunda (bagian ii)

id Posko pengungsi kantor gubernur

Solidaritas Tumbuh Dari Tsunami Selat Sunda (bagian ii)

Kerusakan yang disebabkan gelombang tsunami Selat Sunda yang menghantam pesisir pantai Lampung (Muklasin/Antaranews Lampung)

Bandarlampung (ANTARA News) - Tsunami Selat Sunda pada sabtu (22/12) malam itu telah pula menorehkan duka mendalam bagi Repan (8), bocah kelas 2 sekolah dasar di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa kini telah menjadi yatmim piatu.

Repan kehilangan ibu kandungnya Lenawati yang meninggal akibat dihempas ganasnya gelombang tsunami Selat Sunda. Dua tahun sebelumnya, ayah kandung bocah malang itu juga telah lebih dulu meninggal dunia.

Tsunami malam itu meratakan dua desa di pesisir Lampung Selatan, yakni Desa Kunjir dan Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Kondisi kedua desa itu, baik permukiman warga, fasilitas umum dan gedung-gedung yang ada di tepi pantai, sebagian besar hancur dan rusak. Hanya beberapa bangunan tersisa. Itu pun masih membekas jelas terjangan gelombang laut di sekitarnya.

Akibatnya, sejumlah permukiman warga beserta sejumlah objek wisata yang terkenal hancur berantakan dihantam gelombang laut tinggi.

Hingga Jumat (4/1), sebagian rumah warga persis di bibir pantai Desa Way Muli Timur maupun Way Muli Induk, serta Kunjir masih ditinggalkan kosong oleh penghuninya. Beberapa rumah warga korban tsunami itu pun dijadikan posko relawan dan posko pengungsian maupun penanganan bantuan bagi para korban.

Desa Kunjir dan Way Muli, Kecamatan Rajabasa terlihat hampir semua rumah di tepi pantainya telah rata dengan tanah dan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Kedua desa ini memang tercatat paling parah terkena dampak tsunami.

Selain itu, bangunan-bangunan sekolah yang berada di sana juga rusak berantakan akibat tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12) malam lalu.

Diperkirakan pula puluhan bahkan hingga ratusan kapal/perahu nelayan dan kendaraan roda dua maupun roda empat rusak tersapu gelombang laut hingga beberapa ratus meter ke arah laut.



Empati-Simpati Mengalir

Namun, di tengah dampak pascatsunami Selat Sunda ini, selain rasa empati dan simpati, dukungan nyata solidaritas berupa pemberitan bantuan mengalir deras.

Banyak bantuan berdatangan dari para relawan dari unsur instansi pemerintah maupun elemen masyarakat lainnya yang membantu mengevakuasi barang-barang yang masih bisa diselamatkan dan berguna dari reruntuhan rumah warga itu.

Sejumlah personel TNI/Polri dan Polisi Pamong Praja juga ikut membantu warga setempat. Basarnas dan instansi gabungan juga terus berupaya mencari dan mengevakuasi para korban, menolong korban terluka untuk dibawa ke rumah sakit, maupun membawa korban meninggal untuk dimakamkan oleh keluarga maupun pemakaman massal.

Korban jiwa akibat tsunami Selat Sunda ini mencapai ratusan orang, dengan ribuan warga masih harus mengungsi hingga sekarang, termasuk warga Pulau Sebesi, sebagian besar telah diungsikan ke Kalianda, Lampung Selatan.

Hingga Jumat (4/1) petang, menjelang berakhir masa tanggap darurat sebelumnya sudah diperpanjang sepekan, 5 Januari 2019 ini, bantuan logistik berupa makanan dan minuman, pakaian baru maupun bekas, obat-obatan serta dukungan personel tenaga medis maupun para relawan bahu membahu membantu korban dan pendukung di daerah bencana lainnya, seperti bantuan pangan, pengobatan, keperluan rumah tangga, dan keperluan pribadi terutama untuk bayi, anak-anak dan kaum perempuan.

Menurut para relawan itu, mereka bekerja siang dan malam, dan dipastikan akan mengakhiri masa tanggap darurat pada Sabtu (5/1) ini.

Selanjutnya penanganan diserahkan kepada Pemkab Lampung Selatan, termasuk para pengungsi yang belum kembali ke rumah mereka.

Hari ketujuh pascatsunami Selat Sunda yang melanda wilayah pesisir Provinsi Lampung dan Banten, para relawan dan bantuan masih terus mengalir ke lokasi bencana.

Pemerintah pusat dan daerah bersama elemen organisasi kemanusiaan, ormas, LSM dan berbagai pihak pun cepat tanggap membantu para korban, dengan mendirikan posko-posko serta memberikan bantuan kepada para korban.

Semakin hari semakin banyak pula posko-posko didirikan oleh pemerintah setempat serta berbagai organisasi kemanusiaan itu, antara lain untuk menampung relawan serta mengatur distribusi bantuan untuk para korban terdampak tsunami.

Relawan-relawan yang datang ke lokasi terdampak tsunami itu, umumnya mengaku tidak pernah merasa takut dengan isu tsunami susulan yang berembus. Mereka dengam bersemangat membantu sebisa mungkin, disertai senyuman di wajahnya.

Relawan-relawan tersebut tergolong masih segar dan berusia muda, meski juga ada yang sudah berusia lanjut, namun tidak menghalangi mereka untuk berjuang membantu saudara-saudara mereka yang sedang dirundung musibah.

Terlihat pula mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Lampung ikut turun ke lapangan untuk membantu satu sama lain, memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk menolong para korban.

Setiap hari pascatsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam lalu, banyak masyarakat dari berbagai elemen langsung datang ke lokasi-lokasi terdampak bencana tersebut, untuk memberikan bantuan yang dititipkan di posko-posko di sana.

Bantuan yang diberikan pun bermacam-macam bentuk, seperti bahan pangan pokok (sembako), mi instan, air mineral, tenda-tenda, obat-obatan, pakaian, kasus, terpal, pakaian, seragam sekolah, dan lainnya yang memang dibutuhkan oleh warga korban tsunami itu.

Dapur-dapur umum dibuat pada posko-posko tersebut untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi warga yang mengungsi, agar mereka tidak kelaparan dan terhindar dari penyakit.

Dokter-dokter maupun perawat serta pihak keamanan bekerja satu sama lain untuk mendatangi warga di lokasi pengungsian yang berada di beberapa titik pengungsian perbukitan Gunung Rajabasa untuk memeriksa kesehatan para warga.
 
Seorang relawan sedang membagi makanan di posko pengungsian Kantor Gubernur Lampung (Antaranews Lampung/HO)

Relawan-relawan terlihat selalu sibuk hilir mudik seperti tanpa henti untuk membawa makanan dari dapur-dapur umum, membawa makanan yang akan diberikan ke warga di pengungsian yang mengelilingi kawasan perbukitan sekitarnya.

Seperti tiada rasa lelah di wajah mereka para relawan itu, meski keringat bercucuran, langkah kaki mereka sudah berat akibat jalan yang menanjak, namun senyum dan rasa puas terlihat ketika mereka kembali ke posko-posko, untuk kembali lagi naik ke atas perbukitan membagikan makanan kembali untuk para korban tsunami Selat Sunda ini.

Sejumlah relawan dari berbagai unsur, termasuk beberapa LSM/NGO, orsos/ormas, perhimpunan profesi, perusahaan, dan perguruan tinggi, membaur bersama personel TNI/Polri, aparat BPBD dan instansi pemerintah terus bahu membahu bekerja siang dan malam membantu para korban tsunami di Lampung Selatan ini.



Jokowi Datang

Korban bencana tsunami di Lampung Selatan ini pun antusias menyambut, saat kedatangan Presiden Joko Widodo di Desa Kunjir, Way Muli Induk, dan Way Muli Timur, di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Rabu (2/1).

Ratusan korban pengungsi bencana tsunami yaitu orang tua dan anak-anak tampak senang menyambut kedatangan Presiden Jokowi. "Senang, ingin melihat Presiden," kata salah satu pengungsi, Yahya.
 
Presiden Joko Widodo menyalami pengungsi korban tsunami dari Pulau Sebesi dan Sebuku di Lapangan Tenis Indoor Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Rabu (2/1/2019). (Antaranews Lampung/Muklasin) (Antaranews Lampung/Muklasin/)

Ia berharap dengan kedatangan Presiden ini dapat membantu membangun rumahnya yang telah hancur dihantam gelombang tsunami. "Yang nggak punya rumah tempat tinggal sama sekali agar bisa dibangun lagi," kata dia pula.

Kedatangan Jimmy yang mewakili Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Lamsel Nanang Ermanto, juga sebagai bentuk dan kepedulian dan perhatian Pemkab Lamsel

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 31 Desember, bencana itu sudah menyebabkan 437 orang meninggal dunia, 16 orang hilang, 14.059 orang terluka, dan 33.721 orang mengungsi.

Badan usaha milik negara (BUMN) termasuk Perum LKBN ANTARA juga memberikan bantuan melalui Posko BUMN Peduli Bencana Tsunami Selat Sunda, termasuk menyalurkan berbagai bantuan untuk korban berupa beras, susu, mi instan, selimut, popok, dan pembalut. Bantuan lain berupa terpal, peralatan sekolah, kasur, dan lain-lainnya.

Sudah ada 39 BUMN yang telah bergabung dan memberikan bantuannya lewat posko dengan koordinator PTPN 7 dan PT Bukit Asam (BA), dan dengan bergabung Perum LKBN ANTARA menjadi 40 BUMN yang tergabung di posko BUMN ini. Nilai bantuan itu mencapai hampir Rp2 miliar.

LKBN ANTARA memberikan bantuan langsung ke posko pengungsian di Desa Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan bersama Koordinator Posko BUMN Peduli Bencana Tsunami Selat Sunda.
 
Kepala Biro Antara Lampung Hisar Sitanggang dan perwakilan dari PTPN VII menyerahkan secara simbolis bantuan untuk korban tsunami di Kabupaten Lampung Selatan, Jumat, (4/1/2019) (Antaranews Lampung/Dian Hadiyatna)

Semua bentuk bantuan yang diberikan ini, termasuk bantuan dana/uang tunai, merupakan kepedulian para pelaku BUMN yang ada di Provinsi Lampung. Karena bukan hanya satu atau dua perusahaan saja, tetapi semua bergabung bersama-sama untuk membantu para korban tsunami Selat Sunda.

Mengenai bantuan lanjutan, ke depan perlu berkoordinasi dengan pimpinan BUMN di Provinsi Lampung, apakah ada bantuan rekonstruksi rumah korban tsunami tersebut.



Perlu Relokasi

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan menegaskan tetap akan membantu warga korban tsunami Selat Sunda walaupun memilih tetap bertahan di lokasi desa semula.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto didampingi Sekretaris Daerah Fredy SM, saat mengunjungi warga Desa Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa yang berada di posko pengungsian, Jumat (4/1), sempat berdiskusi dan menampung keluhan dan harapan warganya. Salah satunya terkait usulan dari pemerintah untuk merelokasi para korban tsunami yang tak memiliki rumah lagi.

Muksin, salah seorang pengungsi mengungkapkan, banyak hal yang harus dipertaruhkan jika dirinya harus pindah dari Desa Way Muli, mengingat banyak penduduk desa itu yang mencari nafkah sebagai nelayan.

"Intinya, kami ingin tetap bertahan di sini. Mohon diberikan tempat dimana di desa ini, yang penting kami aman dari tsunami," ujar Muksin di hadapan Plt. Bupati Lamsel itu pula

Menanggapi hal itu, bupati merespons dengan baik keinginan warganya. Nanang mengatakan, pemerintah siap memfasilitasi dan membantu warga Desa Way Muli yang ingin tetap bertahan.

Sebelumnya, pemerintah menyatakan sudah menyiapkan tanah seluas 6 hektare di Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda, kemudian akan membelikan tanah di Desa Way Muli, namun dengan standar keamanan yang telah ditentukan.

"Nanti kita carikan dulu lahan yang cocok dan tidak rawan longsor. Saat ini kami bangun dulu hunian sementara, setelah itu baru hunian tetap. Tapi hunian berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2015 bahwa daerah kita ini rawan longsor dan tsunami, jadi kita tidak gegabah," ujar Nanang lagi.

Nanang mengungkapkan, niat pemerintah untuk merelokasi para korban tsunami bukan tanpa alasan. Selain Kecamatan Rajabasa masuk ke dalam kawasan rawan longsor, juga untuk meminimalkan korban jiwa apabila terjadi bencana.

"Kita berbicara membangun hari ini untuk 5 atau 10 tahun ke depan, kalau terjadi lagi longsor atau bencana, sama saja kita melakukan kesalahan kedua kalinya. Jika warga ingin tetap di sini kita bantu, tapi kalau memang mau ke Kalianda pemerintah siap memfasilitasi," kata Nanang.pula.

Solidaritas dan bantuan diprioritaskan bagi korban yang benar-benar terdampak parah akibat tsunami, seperti rumah hancur, korban yang meninggal dunia, dan terdampak serius lainnya, kemudian baru kepada warga sekitar yang mengungsi karena faktor ketakutan saja.

Bantuan itu juga harus tepat sasaran, sehingga walaupun tetap dibantu tapi yang diutamakan mereka yang terdampak parah.

Kepala LKBN ANTARA Biro Lampung Hisar Sitanggang saat menyerahkan bantuan bagi korban tsunami di Desa Way Muli Timur, Jumat (4/1), mengatakan bantuan yang diberikan tersebut tidaklah banyak, namun diharapkan sangat berguna untuk masyarakat yang terkena bencana tsunami khususnya bagi anak-anak.

"Semoga saja apa yang kami berikan dapat bermanfaat untuk kalian di sini," katanya lagi.

Pascatsunami Selat Sunda, saat masa tanggap darurat penanganan bencana alam ini dinyatakan selesai, selanjutnya solidaritas, empati, dan simpati boleh jadi akan tetap terus mengalir.

Simpati, empati, dan kepedulian berbagai pihak untuk membantu sesama korban tsunami Selat Sunda di Lampung dan Banten ini, hendaknya terus terjaga dan memotivasi semua pihak untuk dapat merancang program pemulihan kembali (recovery) dan mengatasi trauma masih melekat dan membekas pada diri korban.