Akhir April, Jepang serahkan studi KA Jakarta - Surabaya

id KA Jakarta-Surabaya, kereta api cepat, ka

Akhir April, Jepang serahkan studi KA Jakarta - Surabaya

Pengunjung mengamati miniatur kereta cepat dalam Pameran Kereta Cepat Dari Tiongkok di Jakarta, Kamis (13/8/15). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Bogor (Antaranews Lampung) - Pemerintah Jepang, dalam hal ini Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) baru akan menyerahkan hasil studi Kereta Cepat Jakarta-Surabaya pada akhir April 2018 atau mundur dari yang seharusnya akhir Maret 2018.


"Studi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan JICA sedang difinalisasi, kita berharap Maret ini sudah bisa ditetapkan studi dari kita akhir April Jica menyerahkan studinya ke kita," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri saat ditemui di Bogor, Selasa.


Zulfikri mengatakan, pihaknya akan mensinkronkan hasil kedua studi tersebut terutama terkait besaran investasi yang dinilai masih tinggi.


"Sekarang masih bergerak terus besarannya karena biayanya yang tidak sedikit," katanya.


Adapun, rencana masuknya swasta asing, dalam hal ini Bank Jepang untuk Kerja Sama Internasional (JBIC), Zulfikri mengatakan masih mengkaji skema yang akan ditawarkan.


"Skema mana yang bisa ditawarkan ke swasta, apakah konstruksinya, perawatan atau investasi sarana dan pengoperasiannya, kita masih memilah-milah," katanya.


Meskipun nantinya jika memang JBIC masuk, dia menilai skema kerja sama masih akan dalam bentuk antarpemerintah (Government to Government), tidak berubah menjadi antarbadan usaha (Business to Business).


"Karena ini `kan inisiasinya Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, jadi awalnya memang G to G, pemerintah masuk," katanya.


Pemerintah Jepang dari awal bersikeras skema antarpemerintah karena agar ada jaminan dari pemerintah terkait proyek yang dikerjasamakan.


Total investasi KA Cepat Jakarta Surabaya, yaitu Rp60 triliun, termasuk Rp20 triliun untuk 900 lintas sebidang kereta api Jakarta-Surabaya.


Baik pemerintah Jepang maupun Pemerintah Indonesia telah menyetujui untuk menggunakan rel sempit (gauge 1.067 mm) bukan rel standar (gauge 1.431 mm) karena menyesuaikan karakteristik lahan di wilayah Jawa yang padat dan sudah banyak jaringan.


Kehadiran Kereta Cepat Jakarta-Surabaya diharapkan bisa memangkas waktu tempuh menjadi 5,0 sampai 5,5 jam.