Universitas Bandarlampung Inisiasi Riset Partisipatif "BLUE"

id UBL Riset Partisipatif BLUE, Riset Partisipatif FT UBL, Riset Partisipatif UBL

Universitas Bandarlampung Inisiasi Riset Partisipatif "BLUE"

Anggota komunitas riset partisipatif BLUE yang didominasi para mahasiswa Himpunan Mahasiswa Teknik Arsitektur UBL tengah menelusuri beberapa ruas jalan di Kota Bandarlampung, Minggu (31/7).(FOTO: ANTARA Lampung/Ist-Dok. FT UBL)

"Selama ini pendekatan perencanaan kota terlalu terpaku pada teori, tidak kontekstual dan akhirnya tidak aplikatif. Tapi dengan BLUE ini nantinya setiap warga bisa berkontribusi dalam perencanaan kota," ujarnya pula.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bandarlampung (UBL) di Provinsi Lampung gerakan positif, masif dan massal antara lain berupa riset partisipatif Bandarlampung Urban Experiment (BLUE).

Dekan Fakultas Teknik UBL Dr Eng Fritz Akhmad Nuzir ST MA, di Bandarlampung, Rabu, menyatakan bahwa riset tersebut bersifat lokal domestik tetapi outputnya bisa dirasakan hingga nasional.

Gerakan pertama yang langsung dikoordinir Dekan alumnus program doktoral dari Universitas of Kitakyushu Jepang itu adalah riset partisipatif dengan tajuk Bandarlampung Urban Experiment (BLUE).

Menurut Fritz, kegiatan BLUE itu berupa project riset partisipatif sebagai upaya awal untuk melakukan pengumpulan data primer yang dapat digunakan sebagai dasar utama dalam perencanaan dan pembangunan kota.

"Selama ini pendekatan perencanaan kota terlalu terpaku pada teori, tidak kontekstual dan akhirnya tidak aplikatif. Tapi dengan BLUE ini nantinya setiap warga bisa berkontribusi dalam perencanaan kota," ujarnya pula.

Dia menjelaskan, edisi BLUE kali ini sekaligus menginisiasi gerakan di bawahnya yang dinamakan #GEBETAN (Gerakan Bersih Tepi Jalan) sebagai upaya menggalakkan kebersihan di jalan raya dan lingkungan sekitar dengan memungut sampah, merapikan dan membersihkan tempat yang kurang tertata kebersihannya.

Ia mengungkapkan, sebenarnya kegiatan itu tidak hanya difokuskan di Kota Bandarlampung, tapi juga di Metro dengan tajuk "Metro Urban Sustainability Experiment" atau MUSE.

"Insya Allah kalau pengikutnya berkembang, program ini bisa dijalankan di wilayah lain," katanya pula.

Meskipun program tersebut diinisiasi berdasarkan salah satu program kerja (progja) Fakultas Teknik UBL melalui para mahasiswa Program Studi Teknik Arsitektur UBL yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Arsitektur (HMTA) UBL, tapi Fritz juga mengklaim kegiatan ini mengakomodir pula masyarakat luas untuk berperan serta dan berkontribusi di dalamnya.

Fritz yang juga dosen Program Studi Teknik Arsitektur UBL itu juga turut mengundang komunitas-komunitas lain untuk bergabung dalam gerakan ini.

Dia menjelaskan, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggabungkan berbagai teknik dokumentasi seperti foto, video, dan interview sambil mengeksplorasi langsung dengan lingkungan perkotaan dengan berjalan kaki dan bersepeda.

"Kegiatan kami memang dominan dilakukan hari Minggu karena ada car free day atau pada hari libur nasional, karena memungkinkan kami banyak bertemu. Seperti dilakukan pada Minggu (31/7) dari Ruang Publik A di Stadion Pahoman Bandarlampung sampai ke Ruang Publik B Taman Enggal," katanya lagi.

Pada pelaksanaan BLUE itu, juga dilakukan simulasi tingkat aksesibilitas area pejalan kaki.

Disinggung pencapaian yang sudah dilakukan komunitas BLUE selama ini, Fritz membeberkan pihaknya sudah memiliki beberapa catatan tentang pola kebersihan dan penataan lingkungan wilayah yang harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah setempat.

Dia menyebutkan, ada lebih dari 20 tempat sampah dalam jarak sekitar 1 km di jalan yang merupakan salah satu jalan utama di Kota Bandarlampung.

Menurutnya, jumlah tempat sampah tersebut sudah cukup representatif, namun tetap saja masih dijumpai sampah-sampah plastik tidak berada di tempat sampah yang sudah disediakan tadi.

Selain itu, katanya lagi, juga dilakukan simulasi dan testimoni permasalahan di lapangan dari antaranggota komunitas dengan para sukarelawan setelah dilakukan penelusuran.

Hasil itu juga `dishare` di beberapa media sosial dan jaringan sosial komunitas hingga stakeholder berkepentingan.

"Berbagai permasalahan yang banyak kami temukan yakni lubang kontrol drainase yang terbuka, penutup permukaan trotoar yang rusak, adanya penghalang, dan kondisi trotoar yang naik turun dengan ketinggian 40 cm di beberapa lokasi," ujarnya lagi.

Nantinya sebagai wadah formal dari inisiasi riset ini akan dibentuk lembaga riset dan inovasi dengan nama DAUN (Database of Architectural and Urban Niche) UBL.

Secara terpisah, Rektor UBL Dr Ir M Yusuf S Barusman MBA mengapresiasi atas inisiasi positif dari salah seorang dosen di kampus naungannya tersebut.

"Kegiatan itu sangat positif dan dapat menunjukkan kontribusi nyata dunia akademisi terhadap pembangunan kota dan lingkungannya di Provinsi Lampung. Saya harap ini dapat dijadikan inspirasi lebih bagi sivitas akademika UBL khususnya dosen untuk terus meningkatkan kualitas internal dan eksternalnya," ujar Rektor UBL itu pula.