OJK: BPD Lampung harus berani keluar dari zona nyaman

id otoritas jasa keuangan, bpd lampung, bank lampung,indra krisna

OJK: BPD Lampung harus berani keluar dari zona nyaman

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Lampung, Indra Krisna (kanan) (Antara Lampung/HO)

Bandarlampung (ANTARA) -

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Lampung Indra Krisna mengharapkan, memasuki usianya yang ke-54 tahun, PT Bank Pembangunan Daerah Lampung (Bank Lampung), harus berani untuk keluar dari zona nyaman berupa pemberian fasilitasi kredit bagi aparatur sipil negara (ASN).

"Selain itu, BPD Lampung juga harus mulai memberikan kredit produktif, serta bekerja keras membenahi kualitas sumber daya manusia," kata dia, via pesan elektronik, Jumat.

Indra mengatakan hal itu, agar bank daerah kebanggaan 9,45 juta jiwa rakyat Lampung itu dapat berkompetisi dengan industri jasa keuangan perbankan lainnya di Lampung.

"Bank Lampung keluar dari comfort zone (kredit ASN) dan mulai untuk memberikan kredit produktif serta berbenah SDM, termasuk IT sehingga dapat berkompetisi dengan bank-bank yang ada di Lampung," ujarnya.

Ketua Badan Pekerja Centre for Democracy and Participative Policy Initiatives Studies (CeDPPIS), Muzzamil juga ikut angkat bicara. 

Dia menegaskan, secara egaliter, HUT ke-54 Bank Lampung patut jadi momentum pelecut keras afirmasi pengarusutamaan percepatan progresif realisasi digitalisasi Bank Lampung sesuai aras transformasi BPD luncuran OJK-Asbanda 26 Mei 2015, dengan menyandang status bank terbaik di seluruh Bank Umum Kategori Buku I.

Selain, mengulang pernyataan menanggapi HUT ke-53 Bank Lampung 2019 lalu, terus mentransformasi diri menjadi lembaga jasa keuangan bertumbuh hingga sukses program good corporate governance (GCG)-nya, makin paripurna proses kapitalisasi aset, kredibel proses redistribusi produk layanan dan inovasi produknya, serta makin cukup "bertaji" dalam kompetisi regional.

Dalam keterangannya di Bandarlampung, Jumat, Muzzamil mengingatkan pula soal jejaring mitra strategis Bank Lampung di Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda). 

Menurutnya, sebagai satu dari 27 anggotanya didukung 4.288 kantor cabang bank anggota, selain mitra strategis, bank daerah lainnya bisa dijadikan sparring-partner dalam proses kreatif pemajuan.

"Bank Sumut, Bank DKI, Bank Kalbar, Bank Sulutgo, Bank Sulselbar, akan melantai di bursa untuk kapitalisasi, menyusul Bank Jabar, Bank Banten, dan Bank Jatim. Belum lagi yang terus berjuang terbitkan obligasi korporasi. Itu keren. Bank Lampung kapan? Ayolah, ini Revolusi Industri 4.0, saya masuk yang tak rela bank daerah kebanggaan tetiba terdisrupsi," ujarnya.

Sesuai penetapan workstream, pencapaian transformasi BPD sejauh ini, peluncuran BPP Kepatuhan --tambahan BPP Good Corporate Governance dan BPP Pengenalan Pegawai (Know Your Employee), Kick Off Asbanda University sebagai upgrading eksisting e-pembelajaran Asbanda Academy, Kick Off Merger UUS/unit usaha syariah BPDSI, Interkoneksi Swicthing BPDSI lewat solusi ekosistem inovasi BPD One bermodalitas 16 BPD terhubung perdana 2019 termasuk interkoneksi e-dagang, cashless payment Bantuan Operasional Sekolah (Dana BOS Non Tunai) berizin Bank Indonesia yang telah aplikatif di 7 BPD.

Meski mengetahui Bank Lampung, sendiri maupun melalui Asbanda, juga mengalami lompatan kemajuan berarti, ia menekankan tiga tahap transformasi BPD --pembangunan pondasi bank daerah periode 2015-2017, lalu percepatan pertumbuhan (2018-2020), dan kepemimpinan pasar guna memelihara dan meningkatkan skala dan kinerja bisnis bank anggota agar bisa kompetitif.

Kemudian berkontribusi optimal bagi perekonomian daerah, serta mampu memenuhi ekspektasi pemangku (2021-2024), butuh totalitas kinerja dan juga sense of belonging seluruh pemangku Bank Lampung demi mewujudkannya.

Diketahui, kendati kontribusi total aset BPD terhadap total aset perbankan nasional baru berkisar 8,02 persen, berdasar data Statistik Perbankan Indonesia rilisan OJK, dengan agregat total aset sebesar Rp646,48 triliun per posisi Desember 2018, tumbuh 8,33 persen secara tahunan, cukup bukti bahwa gambaran umum perkembangan kondisi dan kinerja BPD se-Indonesia trennya positif.

Secara pemeringkatan, Asbanda lima besar dalam valuasi aset perbankan nasional setelah BRI, Mandiri, BCA dan BNI. Meski, masih ada 8 BPD yang beraset Rp1-10 triliun, 15 BPD (mayoritas) atau setara 55,56 persen dari total beraset di antara Rp10-50 triliun, dan baru 4 BPD beraset di atas Rp50 triliun --memenuhi kriteria BUKU III, yaitu Bank BJB, Bank DKI, Bank Jateng, dan Bank Jatim.

Merujuk data capaian kinerja Bank Lampung (6/2/2019), total aset hingga 2018 mencapai Rp7,4 triliun, naik 23,76 persen dari 2017 yaitu Rp5,9 triliun, overtarget dari RBB 2018 sebesar Rp7,3 triliun. Pun, penyaluran kredit naik Rp400 miliar dari Rp4,1 triliun (2017), portofolio Dana Pihak Ketiga (DPK) naik dari Rp4,2 triliun (2017) jadi Rp4,6 triliun (2018).

Lebih lanjut, Muzzamil menyoroti 9 poin inti dan 5 poin tambahan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa atau RUPSLB Bank Lampung 12 Desember 2019, dihadiri oleh Gubernur Lampung/Pemegang Saham Pengendali, dan pemkab/pemkot se-Lampung selaku pemegang saham, direksi dan komisaris. "Saya apresiasi itu," ucapnya.

Termasuk, ajuan 3 opsi peretas bottleneck keterbatasan pengembangan usaha korporat lewat peningkatan infrastruktur teknologi informasi (e-banking, bancassurance, kartu debit, kartu kredit, dll) disampaikan oleh Dirut Bank Lampung Eria Desomsoni saat itu.

"Minimalis, kita menanti kesegeraan realisasi hasil RUPSLB soal penguatan modal menuju Buku II dan GCG. Tiga opsi Pak Dirut, setoran modal pemegang saham (fresh money), reinvestasi dividen 2019, private placement investor strategis dengan skema saham perseorangan/ASN dengan jumlah saham ditawari Rp50 juta seharga Rp10 ribu per lembar saham, jangan tunggu lama," kata dia.

Seolah hendak menganjurkan, ia menyatakan pentingnya diversifikasi agregat modal inti, modal sumbangan/modal donasi, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan, untuk kegunaan perkuatan kapital bagi pemenuhan kebutuhan nasabah segmentif, penjagaan likuiditas dan mengeksekusi ceruk investasi.

"Yakinlah, jika urusan digitalisasi perbankan dan manajerialisasi SDM dan likuiditas kelar, pendalaman segmen khusus pasar syariah dan milenial terjawab, kekompakan kinerja manajemen terkelola baik, bakal akan ada lompatan sejarah Bank Lampung tumbuh lebih cepat, jadi kontributor idola PAD, dan diburu calon nasabah dan investor," pungkasnya.