Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai kebijakan Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar lima persen merupakan langkah tepat.
“Langkah BI sudah ditebak, jadi tidak ada yang mengejutkan,” katanya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Bhima mengatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusan tepat agar dapat memberi waktu untuk mengevaluasi terkait kurang efektifnya kebijakan penurunan suku bunga acuan sebanyak empat kali.
“Justru ini indikasi ada masalah lambatnya transmisi suku bunga BI ke bunga kredit. Ada masalah yang perlu diselesaikan dulu sebelum dipangkas bunga acuan lebih lanjut,” katanya.
Ia menjelaskan ketidakefektifan tersebut antara lain yaitu masih banyak bank yang belum menurunkan bunga kreditnya sebesar 100 basis poin (bps) karena likuiditas mengetat.
“LDR bank di kisaran 94 persen sehingga bank takut kalau buru-buru turunkan bunga sebab deposan akan lari ke bank lain,” ujarnya.
Tak hanya itu, naiknya non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah di beberapa sektor juga menyebabkan banyak perbankan yang sengaja menahan laju kredit.
“Mereka khawatir ketika ada resesi, NPL makin naik,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan BI yang telah menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak empat kali sejak Juli hingga Oktober 2019 dari 6 persen menjadi 5 persen baru akan diikuti secara maksimal oleh pihak perbankan pada empat sampai lima bulan ke depan.
“Itu tergantung likuiditas, tapi diproyeksi bisa 4-5 bulan ke depan baru diikuti penurunan bunga kredit,” katanya.
Bhima menilai peluang Bank Indonesia untuk menurunkan kembali suku bunga acuannya sangat kecil. Namun, hal tersebut dapat dilakukan jika Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) memangkas lagi suku bunga acuan Fed Fund Rate.
“Sepertinya sulit kecuali Fed pangkas lagi 25 bps,” ujarnya.
Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar lima persen dalam Rapat Dewan Gubernur periode November 2019 setelah penurunan empat kali beruntun selama Juli-Oktober 2019 sebesar total 100 basis poin.
Baca juga: BI perkirakan turis muslim global capai 158 juta orang tahun 2020
Berita Terkait
Bank Raya catat laba bersih 109,56 persen di triwulan I 2024
Jumat, 26 April 2024 20:38 Wib
Kejaksaan tetapkan mantan pegawai bank sebagai tersangka dengan kerugian Rp1,2 miliar
Jumat, 26 April 2024 19:15 Wib
BSI catat bisnis emas tumbuh 27,2 persen hingga Februari 2024
Sabtu, 20 April 2024 21:07 Wib
Bank Mitra Agro Usaha Syariah Lampung salurkan zakat perusahaan melalui Dompet Dhuafa Lampung
Minggu, 7 April 2024 6:55 Wib
Bank Raya bagikan sembako di 11 kota selama Ramadhan
Jumat, 5 April 2024 10:32 Wib
Dompet Dhuafa dan Bank Jago berkolaborasi memperluas partisipasi kemanusiaan dan kebaikan sosial
Jumat, 5 April 2024 9:05 Wib
Bank Raya bantu nasabah untuk cairkan dividen BBRI lebih cepat lewat BRIDS
Sabtu, 30 Maret 2024 8:57 Wib
Desa Kelawi Desa BRILiaN Hijau terkenal dengan bank sampah
Rabu, 27 Maret 2024 10:32 Wib