Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan saat ini pihaknya sedang membuat regulasi yang mendukung perekrutan rektor asing untuk memimpin perguruan tinggi di Indonesia.
"Karena rektor dari asing punya 'network' (jaringan) yang baik di dunia, harapannya bisa memperbaiki pendidikan tinggi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, berbagai regulasi yang terkait itu harus kita perbaiki dulu, supaya nanti ada perguruan tinggi yang dipimpin rektor asing itu berjalan dengan baik," kata Nasir kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan sampai saat ini hanya tiga perguruan tinggi di Indonesia yang masuk 500 besar peringkat dunia, padahal Indonesia memiliki banyak perguruan tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan lompatan dan tidak bisa hanya seperti biasa (business as usual). Masalah yang dihadapi antara lain penganggaran dan manajemen.
"'Problem'-nya (masalah) banyak faktor di antaranya masalah penganggaran, itu yang pertama, yang kedua masalah manajemen, kita manajemen yang ada hanya 'business as usual', bagaimana ini kita ubah, kita melihat pengalaman-pengalaman negara lain," tuturnya.
Pendidikan tinggi di Singapura bergerak maju karena banyak dosen dan rektornya dari asing. Begitu juga dengan Taiwan, Hongkong, Arab Saudi juga melakukan hal yang sama dengan mempekerjakan dosen dan rektor asing.
"Ini (rektor asing) adalah alternatif yang saya ambil saat ini. Kita coba bandingkan 2020-2024, kalau ada rektor asing dampaknya apa yang terjadi, karena negara lain telah melakukan hal ini, dampak yang positif, kita kan masih takut," tuturnya.
Dia mengatakan akan menantang universitas untuk siap dipimpin rektor asing. Universitas ini akan mendapatkan anggaran yang lebih untuk menyelenggarakan pendidikan dan riset. Perguruan tinggi yang bisa dipimpin rektor asing harus memenuhi kriteria tertentu, di antaranya mempunyai manajemen universitas yang bagus, akreditasi perguruan tinggi sudah berstandar internasional. Perguruan tinggi tersebut akan dikonsentrasikan untuk pengembangan bidang sains dan teknologi.
"Salah satu penghambat dalam pemilihan rektor selalu Warga Negara Indonesia," ujarnya.
Dia mengatakan jika rektor asing tersebut mampu membawa perubahan positif bagi pendidikan tinggi di Indonesia sesuai dengan yang diinginkan pemerintah, maka dia akan mendapat insentif atau bonus selain gaji.
Berita Terkait
Guna perkuat pertahanan, Dewa United kembali datangkan rekrutan baru
Minggu, 17 Juli 2022 5:41 Wib
Indonesia mendukung resolusi PBB tentang situasi kemanusiaan di Ukraina
Jumat, 25 Maret 2022 11:19 Wib
Meski belum bisa cetak gol, pelatih Persib akui pemainnya sudah kerja keras lawan Persikabo
Selasa, 28 September 2021 5:29 Wib
Direnovasi, Masjid Agung Darunnajah Putussibau, Kapuas Hulu diresmikan penggunaannya
Minggu, 14 Februari 2021 6:20 Wib
UNU Lampung gelar wisuda sarjana perdana
Minggu, 20 Desember 2020 13:52 Wib
Sidik korupsi, KPK panggil mantan anggota DPRD Lampung Tengah Muhammad Nasir
Rabu, 21 Oktober 2020 11:18 Wib
Supardi berharap kompetisi Liga 1 bisa kembali bergulir
Minggu, 31 Mei 2020 20:28 Wib
400.000 orang bakal terima KIP Kuliah pada 2020
Minggu, 13 Oktober 2019 18:46 Wib