Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung mengatakan koreksi harga pangan dan penurunan tarif angkutan menyebabkan deflasi di daerah setempat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Arief Hartawan di Bandarlampung, Rabu mengatakan sesuai dengan pola historisnya di bulan Juli, tekanan inflasi cenderung tinggi dengan rata-rata sebesar 0,90 persen dalam tiga tahun terakhir.
Hal tersebut lanjutnya, berbeda di Juli 2017, koreksi harga setelah Lebaran terjadi cukup dalam bahkan mencatat deflasi sebesar 0,09 persen (mtm).
"Deflasi tersebut merata di dua kota perhitungan inflasi di Lampung, yakni Kota Bandarlampung minus 0,09 persen dan Kota Metro minus 0,07 persen sehingga menjadi salah satu kota dengan inflasi yang cukup rendah di Indonesia," katanya.
Ia menyebutkan terjadinya deflasi pada Juli 2017 terutama disebabkan oleh penurunan tarif pada kelompok administered prices (AP) dan koreksi harga pangan.
Kelompok AP, lanjutnya, pada bulan Juli mencatat deflasi sebesar 0,81 persen (mtm) yang disebabkan oleh koreksi tarif angkutan antarkota pasca Lebaran dengan sumbangan deflasi sebesar minus 0,23 persen.
Penurunan tarif pada kelompok AP tidak terjadi pada semua moda transportasi, bahkan untuk tarif angkutan udara pada bulan ini mengalami kenaikan dengan sumbangan inflasi sebesar 0,06 persen di Kota Bandarlampung.
Kenaikan tarif angkutan udara tersebut antara lain disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat di periode arus balik Lebaran. Sementara di Kota Metro, kenaikan tarif rokok, baik untuk jenis kretek maupun kretek filter masih menjadi penyumbang inflasi yang cukup besar.
Pada kelompok pangan (volatile food) mengalami deflasi sebesar 0,64 persen (mtm), terutama koreksi harga komoditas bawang putih, cabai merah dan bawang merah dengan sumbangan masing-masing sebesar minsu 0,17 persen; minus 0,17 persen dan minus 0,03 persen.
Namun demikian, menurutnya, beberapa komoditas baik di Kota Bandarlampung dan Kota Metro masih mengalami inflasi terutama komoditas beras, telur ayam ras dan tomat sayur. Sementara itu, kelompok inti (core) masih relatif terjaga yakni sebesar 0,47 persen (mtm) yang pada Juli tekanannya disebabkan oleh kenaikan tarif tukang bukan mandor serta tarif bimbingan belajar seiring dengan mulai masuknya tahun ajaran baru anak sekolah.
"Tetap terkendalinya inflasi sampai dengan Juli 2017 tersebut didukung oleh sinergitas antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah dan Satgas pangan yang secara konsisten berupaya mengendalikan inflasi," tambahnya.
(ANTARA)
Berita Terkait
Bank Raya fokus kembangkan bisnis digital sebagai strategi jangka panjang
Jumat, 3 Mei 2024 15:00 Wib
Bank Dunia sebut kondisi ekonomi Indonesia cukup bagus
Rabu, 1 Mei 2024 20:48 Wib
Bank Mandiri catat nilai transaksi Livin' Mandiri capai Rp921 triliun di kuartal I 2024
Selasa, 30 April 2024 20:28 Wib
BI prediksi perekonomian Bengkulu menguat 5,1 persen triwulan II 2024
Selasa, 30 April 2024 19:00 Wib
Bank Raya sepakati rombak jajaran direksi lewat RUPST 2024
Selasa, 30 April 2024 18:45 Wib
BI sebut konsumen optimistis terhadap ekonomi Lampung enam bulan ke depan
Senin, 29 April 2024 18:07 Wib
Bank Raya catat laba bersih 109,56 persen di triwulan I 2024
Jumat, 26 April 2024 20:38 Wib
Kejaksaan tetapkan mantan pegawai bank sebagai tersangka dengan kerugian Rp1,2 miliar
Jumat, 26 April 2024 19:15 Wib