76 Persen Hutan Lindung Batutegi Rusak

id 76 Persen Hutan Lindung Batutegi Rusak

76 Persen Hutan Lindung Batutegi Rusak

Kondisi hutan lindung di Lampung (Foto ANTARA/Hisar Sitanggang)

Bandarlampung (Antara Lampung) -  Kepala Kesatuan Pengelola Hutan Batutegi Lampung, Ruchyansyah menyebutkan kondisi hutan lindung itu makin memprihatinkan dan hampir 76 persen dari total luas lahannya sudah rusak atau berubah fungsi.
         
"Berdasarkan pantauan citra milik Kementerian Kehutanan, sekitar 78 persen areal Batutegi sudah nonhutan, kondisi ini sangat memprihatinkan bagi keberlangsungan pengembangan energi terbarukan geotermal," katanya.
         
Luas hutan lindung Batutegi sekitar 58.173 hektare.
         
Menurutnya dalam kawasan tersebut terdiri dari tiga register yakni 39, 32 dan  22 yang berada dalam wilayah empat kabupaten, yakni Lampung Barat, Lampung Tengah, Tanggamus dan Pringsewu.
         
Ia menyebutkan hampir 76 persen dari areal hutan yang berubah fungsi itu digunakan untuk tanaman kopi.
         
"Sekarang ini sudah ada 28 kelompok hutan kemasyarakatan yang siap dibina agar hutan kembali bagus," ucapnya.
         
Dia menambahkan, pembinaan dengan metode "multiple cropping" itu, selain dapat memulihkan kondisi hutan, masyarakat juga akan memperoleh keuntungan secara ekonomis.
         
"Metode yang digunakan saat ini monokultural, masyarakat hanya menanam kopi saja dan dampaknya secara ekonomis dalam setahun hanya dapat memanen sekali saja," ujarnya.
         
Saat ini, masyarakat hanya membutuhkan sebuah pembuktian saja, dengan tanaman multiple cropping maka kesejahteraan akan semakin meningkat.
         
"Dengan demikian, dalam jangka panjang fungsi hutan akan kembali pulih dan pengembangan energi geotermal akan berlangsung lebih lama," ujarnya.
         
Sementara itu, General Manajer Pertamina Geothermal Energy (PGE) unit Ulubelu, Tanggamus, Khairul Razak mengatakan, produksi energi geotermal sangat tergantung dengan kondisi alam.
         
"Kami melihat kondisi Batutegi lebih baik. Jika kondisinya tetap seperti ini, maka kami dapat beroperasi maksimal 30 tahun," kata dia.
         
Namun, jika kondisi hutan tempat pengembangan energi itu lebih ditingkatkan lagi kelestarian lingkungannya, maka keberlangsungan pengembangan energi geotermal di sana mungkin akan lebih lama lagi.
         
"Kami berharap pada pemerintah untuk terus meningkatkan upaya penjagaan kondisi hutan agar tidak gundul," ujarnya.
         
Selain itu, dia menambahkan, perlu juga kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pengrusakan hutan dengan alasan apapun.