"Marandang" Tradisi Warga Padang Sambut Ramadan

id Tradisi Marandang, Padang Sumatera Barat

Padang, Sumbar (ANTARA Lampung) - Waktu baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, namun selepas Salat Subuh Yeni telah bersiap dengan pakaian rapi menuju Pasar Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat, sekitar tiga kilometer dari rumahnya.  

Di pagi buta itu, ia bergegas menuju pasar menggunakan angkutan kota hendak membeli daging sapi untuk dibuat rendang sebagai menu istimewa keluarganya menyambut hari pertama bulan Ramadan 1436 Hijriah yang bertepatan dengan 18 Juni 2015.

"Ada yang kurang jika puasa pertama tidak ada rendang di meja makan untuk santap sahur dan berbuka," ujarnya.

"Marandang" seakan sudah menjadi kelaziman saat-saat istimewa seperti menyambut bulan Ramadan, rendang menjadi menu wajib di meja makan bagi warga Padang.

"Ini sebagai wujud syukur dan kebahagiaan menyambut hari baik bulan baik," lanjut ibu dua anak itu.

Setiba di pasar, warga sudah ramai berbelanja, tidak hanya Yeni, para ibu-ibu lainnya ikut antre berbelanja daging sapi segar yang baru saja dipotong.

"Kamarilah buk ko masih segar bantainyo ha," (Ayo ke sini ibu-ibu daging sapinya masih segar), ucap penjual yang terus melayani pembeli.

Kendati harga satu kilogram daging sapi naik dari Rp100 ribu menjadi Rp110 ribu tidak mengurungkan minat para ibu membelinya.

"Kalau tidak membuat rendang di hari pertama tidak lengkap, biarlah sedikit mahal asal ada," lanjut Yeni.

Memang tidak ada yang bisa memungkiri rendang adalah hidangan yang istimewa dan mendapat predikat makanan terenak di dunia versi CNN pada 2011.

Usai membeli daging sapi Yeni kemudian berbelanja bumbu untuk memasak rendang mulai dari kelapa yang sudah tua, cabai giling, bawang merah, bawang putih, kemiri, hingga jahe.

Tidak hanya daging sapi yang naik harganya, cabai pun melonjak menjadi Rp40 ribu per kilogram dari harga normal hanya sekitar Rp28 ribu.

Tepat pukul 09.00 WIB, Yeni kembali ke rumah dan mulai bersiap memasak rendang. Santan kelapa yang telah diperas terus diaduk  dalam kuali dengan api kecil. Bumbu yang telah digiling halus perlahan dituangkan, tangannya pun tak henti mengaduk.

Perlahan aroma harum masakan mulai menyeruak memenuhi ruangan dapur sederhana rumahnya, dengan telaten ia terus mengaduk hingga dua jam berlalu sampai santan yang ada dalam kuali berubah warna menjadi kecoklatan.

Setelah santan tersebut berubah warna menjadi kecoklatan dan kandungan minyaknya mulai keluar, Yeni mulai memasukkan potongan daging sapi berukuran sekepalan tangan sembari terus mengaduk.

Daging sapi tersebut mulai matang, namun belum kering dan baru disebut  kalio atau gulai daging dengan kuah kental berwarna kuning kecoklatan.

Yeni terus mengaduk hingga rendang dalam kuali mulai berubah warna menjadi coklat kehitaman dan rendang yang dimasaknya matang.

Meski lelah, ia senang sebentar lagi Ramadan tiba dan dinihari besok ia sekeluarga akan menyantap sahur dengan rendang buatannya.

Sedangkan Leni, warga Padang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil itu sengaja pulang lebih cepat dan langsung ke pasar berbelanja bahan rendang.

"Menyambut puasa pertama saya selalu memasak rendang, agar makan sahur lebih enak, anak-anak juga suka," kata dia.

Tidak mau ketinggalan warga Padang lainnya Evi mengirimkan paket rendang untuk anaknya yang kuliah di Institut Teknologi Bandung.

Melalui jasa pengiriman ia mengirim satu kilogram rendang yang sudah dikemas rapi sebagai bekal untuk anaknya di Bandung.

"Ini sudah rutin, setiap awal Ramadan anak saya selalu dikirim rendang, biar pun hari pertama puasa tidak bersama, ia bisa makan rendang di rantau," ujar dia.

                                                   Naik Drastis
Sementara pemilik usaha Rendang Minang Culinary Dian Anugerah mengatakan menjelang Ramadhan permintaan rendang naik drastis dibanding hari biasa.

"Di luar Ramadan rata-rata sebulan hanya 60 kilogram terjual, saat Ramadhan bisa mencapai 250 kilogram," ujar dia.

Dian mengatakan permintaan datang menjelang Ramadan karena tradisi masyarakat yang menjadikan rendang menu wajib saat sahur dan buka puasa.

Ia menjual satu kilogram rendang dengan harga Rp325 ribu dan jika harga bahan-bahan naik akan disesuaikan hingga 10 persen.

"Biasanya seminggu menjelang Ramadan permintaan sudah banyak dan ditutup sepekan jelang Lebaran," kata dia.

Dian juga berbagi  rahasia kelezatan rendang sebenarnya adalah memasak dengan api kecil namun dalam waktu yang  lama sehingga masakan matang dengan sempurna dan bumbu benar-benar meresap.

"Ketika rendang dimasak dengan api kecil terjadi proses karamelisasi, minyak santan akan keluar, bumbu  meresap  dan daging matang dengan sempurna sehingga diperoleh sensasi perpaduan rasa bumbu dan daging yang lembut dan spicy," kata dia.

Ia mengatakan saat ini banyak rendang yang dimasak dengan cepat, hanya dalam empat jam sudah selesai, rasanya akan berbeda dengan rendang yang dimasak dengan api kecil dan dalam waktu yang panjang.

Rendang yang dimasak dengan api kecil akan menghasilkan rasa yang segar serta lebih awet karena minyak santan benar-benar sempurna keluar yang merupakan pengawet alami.

Menurut dia, rendang yang dimasak dengan api kecil akan menghasilkan rasa yang segar serta lebih awet karena minyak santan benar-benar sempurna keluar yang merupakan pengawet alami.

Ia melihat rendang akan semakin populer dan bercita-cita  menghadirkan rendang dengan resep yang benar-benar otentik.

Agaknya rendang dan Ramadan adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan bagi warga Padang karena masakan istimewa itu menjadi salah satu menu rutin yang hadir di meja makan menyambut hari baik bulan baik bagi umat Islam.