BPDAS Way Seputih-Sekampung Tanam 12.000 Bibit Bakau

id tanam bakau, tanam mangrove,hutan way kambas, way kambas

BPDAS Way Seputih-Sekampung Tanam 12.000 Bibit Bakau

Penananaman bibit bakau di pantai kawasan hutan Way Kambas pada peringatan Hari Bakti Rimbawan ke-36 di Kabupaten Lampung Timur, Sabtu (16/3). (Foto: ANTARA Lampung/Muklasin) (FOTO: ANTARA Lampung/Muklasin)

Lampung Timur (ANTARA) - Balai Pengembangan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Way Seputih-Way Sekampung Lampung bersama Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, LSM mitra TNWK, polisi hutan (polhut), aparat TNI, Polri dan warga serta pelajar setempat menanam sebanyak 12.000 bibit pohon bakau (mangrove) jenis rhizophora.

Penanaman bibit bakau itu dilaksanakan di kawasan pantai areal hutan TNWK di Kabupaten Lampung Timur, Sabtu, bertepatan dengan peringatan Hari Bakti Rimbawan setiap tanggal 16 Maret.

Pelaksanaan penanaman bibit bakau itu dimulai secara seremonial di kawasan pantai TNWK, di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Sabtu pagi.

Kegiatanya kembali dilanjutkan pada Minggu (17/3) besok oleh warga, pelajar, dan unsur pemerintah daerah setempat.

"Kegiatan hari ini intinya edukasi dalam rangka memperingati Hari Bakti Rimbawan," kata Idi Bantara, Kepala BPDAS Way Seputih-Way Sekampung ditemui di lokasi penanaman bibit bakau itu.

Idi Bantara menjelaskan, semangat yang diusung pada kegiatan ini, yakni menjaga lingkungan untuk mengembalikan lingkungan yang rusak. "Kita ingin perbaiki lahan yang rusak dengan cara penghijauan," katanya pula.

Dia menyebutkan, sebanyak 12.000 bibit pohon mangrove spesies rhizophora akan ditanam di atas lahan seluas 30 hektare dan sudah dimulai hari ini.

Kepala Balai TNWK Subakir menyebutkan panjang pantai TNWK yang gundul sepanjang 75 kilometer.

Subakir menyatakan, manfaat adanya hutan bakau selain menjaga lahan dari abrasi, juga sangat mendukung kelestarian satwa-satwa liar yang hidup di sekitarnya.

Menurut Subakir, hutan Way Kambas memiliki lima ekor satwa kunci, yaitu badak, harimau, gajah, tapir, beruang. Satwa-satwa besar tersebut sering keluar ke hutan bakau manakala hutan bakaunya tumbuh rimbun dan rindang.

"Hutan bakau ini sangat bagus untuk kelestarian ekosistem, terutama untuk satwa-satwa besar, kalau pantainya tertutup mereka akan datang mencari makan dan minum, tapi kalau lahanya terbuka mereka tidak akan mau keluar," ujarnya lagi.

Ke depan, kata Subakir, kawasan pantai TNWK seluruhnya bakal dihijaukan  supaya hutannya terlindungi berikut satwa di dalamnya agar terjaga kelestariannya.