Dirjen: Inovasi cara ampuh atasi kelambanan birokrasi

id Dirjen: Inovasi cara ampuh atasi kelambanan birokrasi

...Birokrasi Indonesia dikenal dengan birokrasi yang lamban, panjang dan bertele-tele, itu semua harus dapat diatasi dengan cara mengembangkan inovasi...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hediyanto W Husaini mengemukakan munculnya inovasi merupakan cara yang ampuh guna mengatasi kelambanan birokrasi.

"Birokrasi Indonesia dikenal dengan birokrasi yang lamban, panjang dan bertele-tele, itu semua harus dapat diatasi dengan cara mengembangkan inovasi," kata Hediyanto Husaini dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Untuk itu, ujar dia, orang-orang yang berada di Kementerian PUPR juga harus mempunyai inovasi yang tinggi di lingkungan birokrasinya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR Herry Vaza mengingatkan bahwa tuntutan Presiden Joko Widodo dengan fokus Nawacita membutuhkan terobosan dan inovasi untuk mempercepat pembangunan yang efektif dan efisien.

"Selain isu tersebut yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana mengolah manajemen inovasi yang modern yang mendukung munculnya berbagai inovasi tadi," ucap Herry.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, kesamaan yang dimiliki oleh negara-negara maju di seluruh dunia bukanlah karena kaya sumber daya alam, tetapi karena ada semangat berinovasi yang menciptakan nilai tambah dalam perekonomian mereka.

"Apa yang menyamakan negara-negara maju adalah semangat untuk berusaha, semangat untuk berinovasi dalam memajukan bangsanya," tutur Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, Kamis (15/10).

Menurut dia, tidak tepat bila disebutkan bahwa negara-negara yang kaya sumber daya alam adalah kunci untuk negara-negara maju, karena banyak negara-negara di Afrika yang kaya sumber daya alam tetapi tidak maju.

Sedangkan ada sejumlah negara yang miskin sumber daya alam, tetapi menjadi negara yang maju, misalnya, negara Jepang.

Jusuf Kalla juga memahami bahwa kinerja perekonomian biasanya diukur yang paling sering adalah berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang diukur berdasarkan produktivitas dan konsumsi masyarakat.

"Karena itu yang paling pokok di sini adalah produktivitasnya. Timbullah konsep yang kita sebut nilai tambah, yang berasal dari teknologi dan pendidikan atau riset. Nilai tambah membawa pendapatan yang menjadi unsur kemakmuran masyarakat," tuturnya.

Untuk itu, ujar dia, hal yang terpenting saat ini adalah bagaimana meningkatkan "enterpreunership" atau kewirausahaan dengan menekankan kepada aspek inovasi.