Sardono Kusumo Tertarik Garap Syair Lampung Karam

id sardono

Sardono Kusumo Tertarik Garap Syair Lampung Karam

Maestro tari Indonesia, Sardono W Kusumo. (FOTO: ANTARA LAMPUNG/Ist)

Koreografer yang akrab disapa Mas Don ini, menilai, laporan padangan mata tentang bencana Krakatau yang disampaikan dalam bentuk syair oleh Muhammad Saleh sangat humanis."
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Maestro tari Indonesia, Sardono W Kusumo, menyatakan, tertarik menggarap naskah Syair Lampung Karam, kata Christian Cahyo Heru Saputro, dari Jung Foundation Lampung, di Bandarlampung, Selasa (8/5).

Ketertarikan itu diungkapkan Sardono dalam dialog dengan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang Prof Dr Mahdi Bahar SKar MHum, Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL), Hari Jayaningrat, Christian Heru Cahyo Saputro dari Jung Foundation Lampung Heritage, dan koreografer asal Lampung, Helda Yosiana, di Galeri Semarang, belum lama ini.

Naskah Syair Lampung Karam yang ditulis Muhammad Saleh itu, mengisahkan tentang kedahsyatan letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Koreografer yang akrab disapa Mas Don ini, menilai, laporan padangan mata tentang bencana Krakatau yang disampaikan dalam bentuk syair oleh Muhammad Saleh sangat humanis.

Syair Lampung Karam ditulis tak hanya sekadar merekam peristiwa secara romantik, tetapi sangat substansial, kata Heru pula.

Syair Lampung Karam ini merupakan salah satu sumbangan Lampung yang sangat penting untuk mengokohkan bahwa seni Melayu ada di Indonesia.

"Syair Lampung Karam ini bisa digarap menjadi seni pertunjukan dengan kolaborasi melibatkan berbagai tangkai seni dan multimedia," ujar Sardono yang kini juga mengakrabi dunia seni lukis itu.

Dalam dialog itu, Rektor ISI Padangpanjang Mahdi Bahar, mengatakan bahwa Syair Lampung Karam sarat dengan ajaran moral.  

Naskah Syair Lampung Karam yang terdiri dari 375 bait ini, merujuk kepada latar belakang adanya kebobrokan moral masyarakat dan kesewenang-wenangan penjajah, sehingga turunlah azab melalui letusan Gunung Krakatau.

"Syair ini mengingatkan, mengapa bencana gempa bumi dan tsunami sering terjadi akhir-akhir ini. Kejadian ini bukan sekadar fenomena alam, tetapi merupakan azab Tuhan untuk mengingatkan kita agar kembali ke jalan-Nya," ujar Mahdi Bahar pula.

Dia menyatakan, telah menyambangi penerjemah Syair Lampung Karam, Suryadi, peneliti dan ahli naskah kuno (filologi) dan sastra klasik, di Negeri Belanda, belum lama ini.

Mahdi menambahkan, Syair Lampung Karam yang ditulis Muhammad Saleh ini membuktikan bahwa bangsa kita pun ternyata cukup pintar dalam melaporkan suatu peristiwa alam dalam bentuk syair.

"Syair ini sekaligus menunjukkan kearifan lokal Melayu itu sarat dengan kebajikan. Syair ini tak hanya sekadar laporan tetapi berisi muatan moral berupa tuntunan," kata Mahdi.

    
                  Malay Art Festival
Lebih lanjut, Mahdi Bahar berharap, dalam ajang Malay Art Festival yang bakal digelar sekitar bulan Oktober 2012 di Padangpanjang, Lampung bisa mengusung Syair Lampung Karam.

Menurut Mahdi Momen ini sangat tepat untuk mengangkat kehebatan Syair Lampung Karam dalam Festival Seni Melayu yang akan diikuti beberapa negara rumpun Melayu.

"Ini merupakan sumbangan penting dari Lampung untuk eksistensi kemelayuan," ujar Mahdi lagi.

Pada kesempatan itu, Ketua Harian DKL Hari Jayaningrat mengatakan akan membawa program ini ke Pemerintah Provinsi Lampung.

"Saya rasa dengan melihat betapa penting event ini, apalagi seorang maestro seperti Mas Don juga siap menggarap Syair Lampung Karam, ini jelas sebuah kehormatan bagi Lampung," ujar Hari.

Dia juga berjanji akan melaporkan soal ini kepada Gubernur Lampung.

Apalagi kegiatan ini sekaligus bisa dijadikan promosi wisata daerah Lampung yang punya destinasi unggulan kawasan Anak Gunung Krakatau.  

"Mudah-mudahan Bapak Gubernur Lampung Sjachroedin ZP merespon program ini," ujar Hari Jayaningrat.