Pemudik yang Pilih Moda Transportasi Udara

id Mudik Moda Transportasi Udara, Mudik Pakai Pesawat

Pemudik yang Pilih Moda Transportasi Udara

Aktivitas di Bandara Radin Inten II Lampung. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Bagi yang tergolong mampu, dipastikan akan memilih mudik lebaran dengan menggunakan pesawat udara atau angkutan travel antarjemput penumpang. Alasan lain karena faktor kenyamanan, keamanan dan keselamatan di jalan....
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Tradisi mudik di Indonesia menjadi ritual wajib yang harus dijalani banyak orang setiap kali lebaran.

Tak terkecuali bagi sejumlah warga Lampung yang selama ini bekerja, sekolah atau kuliah dan telah tinggal sementara maupun menetap di sejumlah kota di Pulau Jawa.

Saat lebaran, warga perantau karena kepentingan masing-masing itu, harus menjalani mudik dengan memilih moda transportasi yang disesaikan kemampuan keuangan dan alasan lainnya.

Kebanyakan pemudik dari Pulau Jawa ke Lampung yang tidak memiliki kendaraan sendiri atau memperhitungkan keterbatasan biaya yang dimiliki memilih mudik menggunakan bus angkutan umum dan harus berlayar pula di Selat Sunda melalui Pelabuhan Merak (Banten) ke Bakauheni (Lampung).

Mudik menggunakan moda transportasi darat dan melalui pelayaran Selat Sunda itu, dianggap lebih murah dan relatif aman walaupun harus menempuh perjalanan lebih lama dibandingkan menggunakan moda transportasi udara.

Namun bagi sebagian pemudik menggunakan moda transportasi pesawat udara justru menjadi pilihan utama, karena dipastikan lebih cepat sampai dan praktis serta juga nyaman dan aman, kendati harus mengeluarkan biaya lebih besar.

Menurut Dian, warga Lampung yang tinggal di Yogyakarta, saat berada di Bandarlampung untuk merayakan lebaran, bersama istri dan anaknya telah tiba di ibu kota Provinsi Lampung untuk mudik Lebaran 2016 beberapa hari menjelang Idulfitri 1437 Hijriah tidak menggunakan mobil pribadi seperti biasanya.

"Tahun ini saya dan keluarga mudik naik pesawat saja, bisa bebas dari rasa lelah, tidak terjebak kemacetan dan masalah dalam perjalanan darat seperti umumnya," ujarnya lagi.

Dia mengaku selama di Lampung kendati tak membawa mobil sendiri, juga tidak merasa terganggu mobilitasnya selama berlebaran di daerah ini mengingat bisa menggunakan mobil milik anggota keluarganya yang lain.

"Nggak ada masalah dengan kendaraan untuk bepergian selama di Lampung," kata dia pula.

Ia berencana akan kembali ke Yogya beberapa hari usai lebaran ini, kembali menggunakan penerbangan dari Bandara Radin Inten II Lampung.

Pilihan mudik ke Lampung menggunakan moda transportasi udara juga dilakukan Regi yang bersama seorang anak dan istrinya dari Jakarta terbang ke Lampung.

"Biasanya memang mudik lebaran bawa kendaraan sendiri ke Lampung, tapi kali ini pakai pesawat saja," kata dia pula.

Ia mengaku mudik menggunakan pesawat udara itu lebih cepat dan lebih praktis, kendati perlu menyiapkan biaya lebih besar.

Namun menurutnya, besar biaya yang harus dikeluarkan sebenarnya relatif sebanding dengan keuntungan yang diperoleh dibandingkan mudik membawa kendaraan sendiri atau menggunakan bus reguler menyeberangi Selat Sunda dari Pelabuhan Penyeberangan Merak (Banten) ke Pelabuhan Bakauheni (Lampung).

Keuntungan itu, menurutnya lagi, tidak akan terjebak kemacetan dalam kendaraan umum di jalan-jalan utama dan terhindar dari masalah dalam perjalanan mudik menggunakan jalur darat.

"Kalau dihitung-hitung sebenarnya sebanding keuntungan mudik naik pesawat udara dibandingkan pakai bus atau bawa kendaraan sendiri," kata dia pula.

Sukram, pekerja perusahaan tambang di Provinsi Kalimantan Timur juga memilih mudik ke Lampung menggunakan penerbangan reguler tiket terusan (connecting flight) sampai ke Lampung.

Menurutnya, mudik menggunakan penerbangan udara dari Kaltim ke Lampung lebih cepat, aman, dan nyaman walaupun harus mengeluarkan biaya besar dibandingkan menggunakan moda transportasi darat lainnya.

"Selama ini saya juga selalu rutin pulang ke Lampung pakai pesawat, karena keluarga tidak ikut tinggal di Kaltim," ujarnya pula.

Karena itu, dia mengaku harus menyiapkan bekal pembiayaan agar bisa mudik ke Lampung naik pesawat pulang pergi. "Biayanya lumayan besar, tapi bila memesan tiket pesawat jauh hari sebelumnya, relatif lebih murah," katanya pula.

         Mudik ala mahasiswa
Sejumlah pelajar dan mahasiswa asal Lampung yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi di Pulau Jawa, seperti Bogor, Bandung, Jakarta, Surabaya, Solo, Semarang dan beberapa kampus lain di Jawa, saat ditemui di sejumlah tempat di Lampung mengaku memilih cara mudik saat lebaran dan libur sekolah/kuliah dengan moda transportasi pilihan masing-masing.

Pilihan moda transportasi mudik bagi para pelajar mahasiswa itu sangat bergantung pada kemampuan keuangan orang tua mereka, selain alasan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam perjalanan.

Bagi orang tua mereka yang tergolong mampu, dipastikan akan memilih mudik lebaran dengan menggunakan pesawat udara atau angkutan travel antarjemput penumpang.

Namun bagi mereka yang tergolong pas-pasan atau untuk menghemat biaya, akan memilih menggunakan moda transportasi bus umum maupun kereta api.

Beberapa pelajar dan mahasiswa asal Lampung yang menempuh pendidikan di sejumlah kota Pulau Jawa, saat ditemua mengaku memilih mudik menggunakan penerbangan udara karena merasa lebih aman dan nyaman.

"Biayanya memang lebih besar, tapi sebanding dengan keuntungan yang diperoleh," ujar Sari, salah satu mahasiswi asal Lampung yang kuliah di salah satu kota di Jawa Tengah itu pula.

Dia menuturkan, sejumlah temannya yang kuliah di kampus yang sama juga mudik menggunakan pesawat udara, antara lain ke Jakarta dan tempat lain di Sumatera.

Ia dan teman-temannya itu juga telah mempersiapkan mudik ke kampung halaman masing-masing dengan memesan tiket pesawat jauh hari sebelumnya, sehingga mendapatkan harga relatif lebih murah.

"Saya sudah pesan tiket beberapa minggu sebelumnya, setelah ada kepastian libur kuliah dari kampus," ujar dia lagi.

Pemesan tiket itu menggunakan jaringan online, sehingga tidak dikenakan lagi biaya jasa pengurusan bila menggunakan biro jasa perjalanan (travel biro). "Bisa menghemat biaya sampai ratusan ribu rupiah," katanya.

Namun dia juga membenarkan, beberapa teman lainnya memilih mudik menggunakan bus umum dan kereta api.

Jalur mudik utama warga dari Pulau Jawa ke Lampung dan wilayah di Pulau Sumatera lainnya selama ini bertumpu pada jalur pelayaran Selat Sunda Pelabuhan Merak-Bakauheni pulang pergi. Pelayaran selama sekitar 1,5 hingga dua jam itu banyak dipilih warga khususnya para pekerja asal Lampung dan Sumatera di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Karena itu, kepadatan arus pemudik dan balik setiap kali lebaran di Bakauheni-Merak selalu menjadi masalah dan perhatian berbagai pihak tiap kali menjelang dan usai lebaran setiap tahunnya.

Berkaitan kondisi Bandara Radin Inten II Lampung yang sedang dalam tahap renovasi jelang arus mudik Lebaran 2016, sebelumnya otoritas bandara itu menjanjikan renovasi sejumlah fasilitas di bandara setempat tidak mengganggu pelayanan penumpang mudik maupun balik Lebaran 2016.

Kepala Bandara Radin Inten II Lampung Satimin di Branti, Lampung Selatan, mengatakan kondisi bandara yang masih dalam tahap renovasi diupayakan tidak akan mengganggu kelancaran pelayanan selama arus mudik dan balik Lebaran.

Renovasi Bandara Radin Inten II dilakukan dalam rangka peningkatan status bandara tersebut menjadi bandara internasional.

Renovasi itu, meliputi perpanjangan landasan pacu, terminal, dan tempat parkir. Saat ini panjang landasan pacu Bandara Radin Inten II baru mencapai 2.500 meter dan akan diperpanjang menjadi 3.000 meter.

"Kami usahakan barang lancar, penumpang arusnya cepat, `drop zone` kita batasi sekian menit jadi tidak sampai terjadi penumpukan," ujarnya.

Ia menyatakan kondisi puncak arus mudik Lebaran 2016 di Bandara Radin Inten II Lampung pada H-4 Lebaran 2016.

Pada puncak mudik itu, lima 5 ribu lebih penumpang penerbangan akan memenuhi bandara tersebut, berdasarkan jumlah tiket yang terjual pada periode tersebut dan seterusnya yang sudah mencapai 100 persen.

Dia mengatakan setidaknya sekitar 5.956 penumpang pesawat udara memadati Bandara Radin Inten II pada periode tersebut.

Kondisi itu nampak kontras dengan kondisi bandara yang sedang melaksanakan renovasi terkait dengan peningkatan status bandara.

Sejumlah penumpang di bandara itu telah mengeluhkan kenyamanan mereka yang terganggu akibat renovasi tersebut, sehingga kondisi di sekitar bandara nampak semrawut.

Namun, pihak otoritas bandara itu mengupayakan gangguan kenyamanan bagi penumpang akibat renovasi bisa diminimalkan dan tidak mengganggu kualitas pelayanan bandara, seperti saat "check in", ruang transit, dan parkir di bandara.

Selama ini, fasilitar parkir di Bandara Radin Inten II selalu menjadi sorotan karena cenderung sempit, sehingga menjadi tidak beraturan, dan masih banyak kendaraan terpaksa parkir di jalan luar bandara.

Saat ini Bandara Radin Inten II Lampung melayani penerbangan dari tujuh maskapai dengan tujuan penerbangan Lampung-Jakarta, Lampung-Batam, Lampung-Bandung, Lampung-Palembang, dan Lampung-Bengkulu.

Penerbangan tujuan Jakarta masih menjadi favorit pemudik karena penerapan sistem "connecting flight".

Setiap hari ada 17 penerbangan Lampung-Jakarta yang dilayani oleh tiga maskapai dengan kapasitas kursi antara 72 hingga 189 tempat duduk.

Kenaikan jumlah pemudik pengguna jasa penerbangan di bandara itu pada musim mudik Lebaran 2016 dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai satu persen.

Tradisi mudik selalu berlangsung setiap lebaran, sehingga pilihan moda transportasi apa pun yang dipilih pemudik sudah seharusnya diimbangi dengan ketersediaan fasilitas memadai dan pelayanan terbaik bagi mereka agar bisa melakukan perjalanan mudik yang praktis, nyaman, dan aman sampai tempat tujuan dan kembali lagi dengan selamat.

Seharusnya tradisi mudik dengan moda transportasi apa pun di Tanah Air tidak lagi dipenuhi problematika dan keluh kesah berkepanjangan.