Tahun Monyet Api dan Doa Perdamaian-Kemakmuran

id Tahun Baru Monyet Api, Tahun Baru Imlek 2567, Perayaan Imlek 2016

"Gus Dur memang yang paling berjasa tetapi bukan Gus Dur saja, orang-orang itu berjasa pada kita. Mereka sadar bahwa mereka yang jumlahnya besar melindungi yang kecil. Dengan mengakui mereka itu adalah cerminan jati diri kejujuran....
Jakarta (ANTARA Lampung) - Setelah "kambing kayu mewarnai" tahun 2566 atau bersamaan dengan tahun 2015 Masehi, maka pada 2567 atau bertepatan dengan tahun 2016 Masehi kali ini bakal diwarnai dengan yang namanya "monyet api".

Menurut Ketua II Pengurus Wihara Darmayana Kuta Luwih Berata, tahun baru ini sesuai dengan kalender Tionghoa dikenal sebagai tahun Monyet Api.

Dia menjelaskan bahwa monyet dikatakan sebagai hewan yang memiliki sifat lincah dan kreatif bersama kelompok namun monyet terkadang hewan yang "nakal" dengan lincah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Untuk itu, lanjut dia, tahun Monyet Api ini diharapkan seluruh elemen masyarakat bekerja sama untuk mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian.

Pemimpin negara seperti Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melalui media sosial Twitter juga turut mengucapkan selamat Tahun Baru Imlek.

Wapres juga mendoakan agar perayaan tahun ini terus diwarnai dengan kedamaian dan kemakmuran. "Semoga selalu damai, makmur dan bahagia," ujarnya.

Sebagaimana diwartakan, suasana perayaan Imlek terasa di berbagai tempat di Tanah Air, seperti pengunjung di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada hari Imlek ini mendengar suara riuh tetabuhan Barongsai dan atraksi Wushu serta tempat foto bertemakan kostum Cheongsam.

"Hal ini merupakan salah satu kegiatan rutin manajemen Bandara Soekarno-Hatta dalam memperingati hari-hari besar nasional, termasuk dalam menyemarakkan Hari Raya Tahun Baru Imlek. Namun, tahun ini memang sedikit berbeda dan semuanya gratis," kata Senior General Manager Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Zulfahmi, dalam siaran pers.

Pada hari pertama Tahun Baru Imlek 2016 tersebut PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta memang menghadirkan sesuatu yang lain dalam memperingati Imlek.

Menurut Zulfahmi, berbagai hiburan tersebut bertujuan untuk memeriahkan suasana Tahun Baru Imlek yang kerap menjadi momen keluarga untuk berlibur menghabiskan waktu bersama.

Zulfahmi mengimbau agar pengguna jasa penerbangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta jangan sungkan untuk menghampiri tempat foto dan turut berfoto dengan pakaian Cheongsam pada hari tersebut.

Sedangkan seluruh pertunjukan dapat dinikmati mulai pukul 09.30 sampai 17.00 WIB.

              Wisatawan Mancanegara
Selain itu, diberitakan pula bahwa ribuan wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok merayakan tahun baru Imlek di Bali dengan menggunakan pesawat charter dari sejumlah maskapai termasuk Garuda Indonesia.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Senin (8/2), mengatakan pihaknya mendapatkan laporan sedikitnya 65 charter flight, yang mengangkut 23.000 wisman Tiongkok dari 11 kota sudah mendarat di Pulau Dewata.

"Sepertinya Bali betul-betul menjadi destinasi favorit dari Negeri Tirai Bambu yang setiap tahun lebih dari 114 juta orang outbond itu," katanya.

Tidak hanya di Bali, tetapi di bagian lain dari Tanah Air juga semarak merayakan imlek. Ratusan warga etnis Tionghoa di Kota Gorontalo merayakan Tahun Baru Imlek 2567 di Klenteng Tulus Harapan Kita, Senin dini hari.

Sejak Minggu (7/2) sore, kelenteng yang berada di Ibu Kota Provinsi Gorontalo itu sudah mulai ramai dengan hadirnya warga etnis Tionghoa yang akan merayakan Imlek.

Warga Gorontalo pun mendatangi tempat peribadatan umat Konghuchu tersebut untuk melihat kegiatan menyambut tahun baru China itu.  Saat menjelang malam pergantian tahun, pengurus kelenteng menampilkan atraksi Barongsai dan hiburan sembari menanti pukul 00.00 tiba.

Sementara di Mataram, Nusa Tenggara Barat,  warga keturunan Tionghoa mendoakan agar kondisi Indonesia menjadi lebih baik lagi di Tahun Baru Imlek 2567 atau "Tahun Monyet Api" yang penuh dengan semangat bekerja.

"Kita doakan Indonesia menjadi semakin damai dan makmur. Saya kira di Tahun Monyet Api ini kondisi ekonomi dan keamanan di Indonesia, akan bergerak lebih cepat," kata tokoh masyarakat Tionghoa, S Widjanarko.

Menurut dia, situasi perpolitikan di Indonesia, juga sudah menjadi lebih baik. Kondisi itu ditandai dengan sejumlah partai politik yang sebelumnya menjadi oposisi, sudah bergabung dalam koalisi pemerintahan untuk mendukung program pembangunan, demi kesejahteraan rakyat.

              Hujan
Di beberapa tempat di Sumatera seperti di Lampung dan Bengkulu, perayaan tahun baru imlek diwarnai hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Namun, cuaca dingin itu tidak mengurangi semangat dan sukacita warga keturunan Tionghoa yang beragama Buddha untuk merayakan tahun baru itu dengan beribadah di wihara.

"Hujan berarti berkah dalam kepercayaan umat Buddha jadi hujan yang turun hari ini harus disyukuri," kata Biksu Nyana Sukha usai memimpin ibadah ucapan syukur di Wihara Buddha-Yana di Jalan DI Panjaitan, Kota Bengkulu, Senin.

Sedangkan Sekretaris Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Santoso Tanuwibowo mengimbau agar umat Konghucu menjadikan Imlek sebagai momen untuk berintrospeksi diri serta "kembali ke titik nol".

"Saat Imlek ini, mari kita kembali pada jati diri kita sebagai manusia yang rendah hati. Kita sebagai manusia harus sadar kembali ke titik nol bahwa kita bukan siapa-siapa," kata Budi saat perayaan Tahun Baru Imlek 2567 di Klenteng Kong Miao Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin.

Budi juga mengajak para umat Khonghucu agar senantiasa bersyukur. Ia mengatakan apa yang dimiliki manusia di dunia tidak akan dibawa mati.

Pada kesempatan tersebut, ia juga mengatakan agar umat Konghucu di Indonesia tidak melupakan orang-orang yang berjasa mengembalikan hak-hak sipil mereka di masa Orde Baru.

Menurut Budi, selain almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang paling berjasa pada umat Konghucu di Indonesia, terdapat tokoh-tokoh lain yang juga turut berperan membela Konghucu.

Ia menyebut sejumlah nama seperti Presiden Indonesia kelima Megawati Soekarno Putri, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Menteri Sekretaris Negara RI kesembilan Djohan Effendi, Yusril Ihza Mahendra, Menteri Sekretaris Negara kedelapan Bondan Gunawan, Marsillam Simanjuntak, Ali Rahman, Malik Fajar, Maftuh Basyuni, Amien Rais, Din Syamsuddin, Akbar Tandjung, Nurcholish Madjid dan lainnya.

"Gus Dur memang yang paling berjasa tetapi bukan Gus Dur saja, orang-orang itu berjasa pada kita. Mereka sadar bahwa mereka yang jumlahnya besar melindungi yang kecil. Dengan mengakui mereka itu adalah cerminan jati diri kejujuran," ujar Budi.

Budi yang mengaku cukup dekat dengan Gus Dur itu mengutip kembali ucapan Gus Dur bahwa menjaga umat Konghucu sudah menjadi kewajibannya sebagai pemimpin umat Islam yang merupakan agama terbesar di Indonesia.