Pengguna Transportasi Umum Pertanyakan Standar Keselamatan

id trasnportasi umum, keselamatan, standar, bus, kereta api, pesawat terbang

Bisa saja kaca itu pecah dalam perjalanan atau saat terjadi benturan atau kecelakaan di perjalanan akan sangat membahayakan sopir maupun penumpang yang berada di dekatnya."
Bandarlampung, (ANTARA LAMPUNG) - Para pengguna transportasi umum yang melakukan perjalanan mudik maupun balik pada Lebaran 2014 ini mempertanyakan penerapan standar keselamatan pada moda transportasi yang mereka gunakan, yaitu kereta api, bus, pesawat terbang serta kapal laut.
       
Beberapa pemudik pengguna transportasi bus dari Terminal Induk Rajabasa Bandarlampung menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan, di Bandarlampung, Jumat, menyatakan masih adanya bus reguler trayek Rajabasa-Bakauheni yang tetap beroperasi padahal kondisinya dinilai kurang layak.
        
Amir, salah satu warga pengguna transportasi bus reguler non-AC itu, mengatakan saat mudik Lebaran lalu mengguna bus umum reguler dari Terminal Rajabasa ke Bakauheni, bagian kaca depan bus yang ditumpangi sudah pecah dan retak-retak.
        
Namun bus itu tetap dibolehkan beroperasi melayani angkutan Lebaran, padahal dikhawatirkan dapat menimbulkan celaka bagi para penumpang karena kondisi kaca depan yang seharusnya segera diganti tersebut.
        
"Bisa saja kaca itu pecah dalam perjalanan atau saat terjadi benturan atau kecelakaan di perjalanan akan sangat membahayakan sopir maupun penumpang yang berada di dekatnya," ujar dia pula.
        
Seorang pemudik lainnya, Amran, warga Serang Banten, mengeluhkan saat melakukan perjalanan mudik dari Pelabuhan Bakauheni ke Terminal Rajabasa menggunakan bus reguler ber-AC, justru nyaris mengalami masalah dalam perjalanan berlebaran di kampung halamannya.
        
"Bus yang kami tumpangi tidak kuat saat berjalan menanjak," ujar dia.
        
Sopir bus, menurut dia, sudah berusaha menghubungi perusahaan otobus tersebut, untuk mengantisipasi kondisi tersebut, termasuk kemungkinan memperbaikinya atau mengganti dengan bus lain yang lebih layak jalan.
        
Namun ternyata pengelola bus itu meminta sopir meneruskan perjalanan kendati bus dalam kondisi seperti itu.
        
"Jadinya sepanjang jalan, kami semua penumpang merasa was-was, karena setiap kali melalui tanjakan bus itu terpaksa berjalan merambat perlahan. Bagaimana kalau mogok dan tiba-tiba mundur karena tak kuat menanjak lagi, tentu kami bisa celaka semua," ujar dia lagi.
        
Karena itu, dia berharap pihak berwenang yang mengawasi kelayakan operasional angkutan umum itu, dapat mengontrol dengan baik sehingga bus yang tidak layak beroperasi seharusnya tidak diizinkan dan dilarang melayani penumpang angkutan Lebaran sebelum diperbaiki.
        
Pengelola bus juga diingatkan untuk selalu memperhatikan kondisi kendaraan yang digunakan tak semestinya tidak membiarkan bus rusak atau bermasalah tetap meneruskan perjalanan mengangkut penumpang seperti itu.
        
Sejumlah warga pengguna moda transportasi laut dan kereta api saat Lebaran di Lampung juga mengharapkan penerapan standar keselamatan oleh operator dan instansi berwenang benar-benar diterapkan secara ketat, untuk menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengguna transportasi itu selama dalam perjalanan.
        
Beberapa awak kereta api dari Stasiun KA Tanjungkarang menuju Kertapati Palembang mengakui, masih adanya ancaman pelemparan batu atau benda keras lainnya dalam perjalanan, sehingga dapat mengganggu kenyamanan dan mengancam keselamatan penumpang.
        
Pengguna kapal laut dalam pelayaran dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Lampung Selatan menuju Merak Banten juga mengharapkan penerapan standar keselamatan dan keamanan penumpang dalam pelayaran di Selat Sunda, seperti larangan menghidupkan mesin mobil saat berlayar atau larangan penumpang berada di dalam kendaraan untuk mengantisipasi kebakaran benar-benar dapat diterapkan.
        
"Beberapa kali kebakaran dan kecelakaan dalam pelayaran terjadi karena kurang ketat dalam menerapkan standar jaminan keselamatan seperti itu," kata Yayan, pengguna kapal laut Bakauheni-Merak itu pula.