Trenggiling sitaan di Vietnam jadi 'host' SARS-CoV-2

id SARS-CoV-2,trenggiling

Trenggiling sitaan di Vietnam jadi 'host' SARS-CoV-2

Seorang warga memperlihatkan seekor trenggiling yang masuk pemukiman di Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/9/2021). Warga mengamankan mamalia dilindungi yang masuk ke pemukiman di kawasan Tabing Padang, yang kemudian diserahkan ke BKSDA Sumbar untuk kembali dilepaskan ke alam agar terhindar dari perburuan. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp)

Jakarta (ANTARA) - Studi baru dalam jurnal Frontiers in Public Health yang dikeluarkan oleh para ilmuwan dari Wildlife Conservation Society (WCS) mengkonfirmasi bahwa trenggiling yang disita dari perdagangan satwa liar ilegal di Vietnam menjadi rumah (host) bagi SARS-CoV-2.

“Kami tahu bahwa virus corona mirip SARS (SARS-CoV-2 dan SARS-CoV-1) dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia. Studi ini mengkonfirmasi keberadaan virus corona dalam keluarga SARS-CoV pada trenggiling yang diperdagangkan di Vietnam," kata penulis utama studi tersebut, Nguyen Thi Thanh Nga dari Program WCS Vietnam dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan menghilangkan perdagangan trenggiling dan mamalia liar serta burung lainnya akan menghilangkan jalur berisiko tinggi untuk penyebaran virus dan munculnya patogen.

Sebelumnya diketahui hanya trenggiling yang disita di China yang dinyatakan positif virus corona terkait SARS-CoV-2.
 

Para penulis penelitian mengatakan bahwa temuan tersebut adalah bukti lebih lanjut bahwa sifat transnasional dari perdagangan satwa liar dapat memfasilitasi penularan dan amplifikasi virus corona dan virus lainnya di sepanjang rantai perdagangan, memberikan bukti lebih lanjut bahwa pencegahan pandemi dan epidemi juga harus difokuskan pada limpahan patogen dari margasatwa.

Studi tersebut mendeteksi virus corona terkait SARS-CoV-2, yang beredar di Trenggiling Sunda (Manis javanica) yang disita dari perdagangan satwa liar ilegal di Vietnam. Analisis mengungkapkan bahwa virus corona yang diidentifikasi pada trenggiling itu terkait erat dengan virus corona yang sebelumnya terdeteksi pada trenggiling sitaan dari perdagangan satwa liar ilegal di provinsi Yunnan dan Guangxi, China.

Kedelapan spesies trenggiling telah terdaftar di Appendix I CITES sejak 2017, dilarang di semua perdagangan internasional untuk tujuan komersial. Keempat spesies trenggiling Asia, termasuk trenggiling Sunda dan Cina (Manis pentadactyla) dianggap Terancam Punah atau Sangat Terancam Punah di seluruh rentang geografisnya.

Penulis penelitian menguji spesimen dari total 246 trenggiling dari peristiwa penyitaan satwa liar yang terjadi di Vietnam pada tahun 2016 hingga 2018. Spesimen yang dikumpulkan dari tujuh individu trenggiling pada tahun 2018 dinyatakan positif virus corona terkait SARS-CoV-2.

Selain menguji trenggiling untuk virus corona terkait SARS-CoV-2, penulis meninjau laporan media tentang kasus perdagangan trenggiling yang melibatkan Vietnam antara tahun 2016 dan 2020. Beberapa peristiwa penyitaan trenggiling yang dijadikan sampel dalam penelitian tersebut di Vietnam melibatkan satwa liar hidup lainnya termasuk campuran primata non-manusia, reptil, dan burung.

Hasil pengamatan itu mendukung kekhawatiran lama bahwa perdagangan satwa liar hidup, memindahkan hewan liar keluar dari habitat alami mereka dan ke lanskap yang didominasi manusia dan pusat kota besar, menimbulkan risiko serius dan meningkatkan memulai epidemi dari patogen yang muncul dalam populasi manusia.*