Johannesburg (ANTARA) - Afrika Selatan untuk sementara menunda peluncuran vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, kata menteri kesehatan pada Selasa (13/4), setelah badan federal Amerika Serikat meminta penghentian penggunaan vaksin tersebut karena kasus pembekuan darah yang langka.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengatakan jeda di wilayah itu diharapkan dalam hitungan hari. Enam perempuan berusia di bawah 50 tahun mengalami pembekuan darah yang langka di AS, di antara lebih dari 6 juta penerima vaksin COVID J&J sejauh ini."Saya langsung melakukan konsultasi dengan ilmuwan kami, yang menasehati kami agar tidak mudah mengambil keputusan FDA. Berdasarkan imbauan mereka, kami telah menentukan untuk secara sukarela menunda peluncuran kami sampai hubungan kausal antara pembekuan darah dan vaksin Johnson & Johnson cukup diselidiki," kata Menteri Kesehatan Zweli Mkhize kepada awak media.
Menurutnya, tidak ada laporan semacam pembekuan darah di Afrika Selatan setelah hampir 290.000 vaksinasi.
Di Afrika Selatan, vaksin COVID-19 J&J diberikan kepada petugas medis dalam sebuah riset yang kemudian diuji di lapangan. Pemerintah diperkirakan menerima pengiriman dosis komersial pertama pada April ini, sebagai bagian dari kontrak bilateral degan J&J untuk 31 juta dosis vaksin.
Afrika Selatan menjadi negara paling parah terdampak pandemi di benua Afrika dalam hal kasus maupun kematian. Negara itu mengalami "gelombang kedua" infeksi parah, yang disebabkan oleh varian COVID-19 lebih menular yang disebut 501Y.V2.
Afrika Selatan awalnya akan memulai kampanye vaksinasi pada Februari dengan menggunakan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca. Namun, urung dilakukan setelah uji coba lokal berskala kecil menunjukkan bahwa vaksin tersebut memberikan sedikit perlindungan terhadap penyakit ringan hingga sedang akibat varian 501Y.V2.
Baca juga: AS minta penggunaan vaksin COVID Johnson & Johnson segera dihentikan
Sumber: Reuters