Pekerja Sadap Getah Karet Keluhkan Upah Rendah

id Upah Sadap Karet, Getah Karet, Mesuji Lampung

Mesuji, Lampung (ANTARA Lampung) - Kondisi upah tenaga buruh sadap karet di Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung yang rendah, seiring penurunan nilai jual komoditas perkebunan tersebut dalam beberapa pekan terakhir, dikeluhkan oleh para pekerjanya.

"Hasil sadap karet pada satu hektare lahan selama satu minggu itu terkumpul sekitar 30 kilogram. Nilai jual karet kering dalam dua minggu ini juga hanya sekitar Rp5 ribu per kilogram," ujar Muji, buruh sadap karet dari Kecamatan Simpangpematang Kabupaten Mesuji yang berbatasan Provinsi Sumatera Selatan, Kamis (1/10).

Menurutnya, hasil penjualan tersebut dibagi dua, antara dirinya dengan pemilik kebun.

"Hasil yang didapatkan tentu rendah sekali, Rp5 ribu dikalikan 30 menjadi Rp150 ribu, jadi kerja selama satu minggu dengan waktu tiga jam setiap hari saya mendapatkan hasil Rp75 ribu. Karena itu, jika ada pekerjaan lain saya mau beralih lantaran pendapatan di kebun ini kecil," kata Muji pula.

Hamim, warga Kecamatan Mesuji yang sebelumnya juga mengelola lahan karet milik tetangganya, mengaku sudah tidak lagi menyadap karet.

Dia memilih menjadi buruh bangunan, karena harga karet yang rendah.

"Dalam sehari, saya mendapatkan Rp80 ribu dari bekerja menjadi buruh bangunan," kata Paino, buruh sadap getah karet di daerah ini pula.

Hasil yang didapatkan dari menyadap karet milik tetangganya, dia hanya mendapatkan upah separuh dari hasil penjualan karet, seperti dalam seminggu mendapat satu kuintal, maka hasil jual dibagi dua, antara dirinya dan pemilik kebun karet.

"Saya pamitan pada pemilik kebun karet untuk tidak menyadap dulu, karena harga jual karet yang rendah. Tetapi memang banyak tetangga sebelumnya buruh sadap karet memilih berhenti, dan tiga tetangga justru merantau ke Batam menjadi buruh bangunan di sana," ujar Paino lagi.