"Tanaman Ajaib" dari Tawangmangu

id Tanaman Indonesia Berkhasiat

Tawangmangu (ANTARA Lampung) - Pagi itu, matahari belum lagi tinggi. Namun aktivitas di kebun tanaman obat Tlogodlingo, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, tidak seperti biasanya.

Suara-suara manusia terdengar di antara tiupan angin dingin khas dataran tinggi dan gesekan ranting-ranting pepohonan.

Suara-suara tersebut sedang berdecak kagum, dan bergeming dalam hamparan hijau perbukitan.

Sejauh mata memandang, banyak dominasi warna hijau, lalu hijau muda, hijau tua, kekuningan, kemudian ada merah sebelum akhirnya hilang ditelan batas langit biru.

Semua sangat indah. Termasuk suasana sekitar stasiun kebun Tlogodlingo yang dipenuhi berbagai jenis tanaman.

Tanaman-tanaman tersebut seakan memagari jalan-jalan kecil setapak yang menghubungkan lokasi satu ke lokasi lainnya di Tlogodlingo.

Mulai dari tanaman perdu, tanaman merambat hingga pohon besar ada di sana. Warna-warni daunnya beraneka warna, bentunya bermacam rupa.

Namun demikian, bukan hanya bentuk dan warnanya saja yang indah, tanaman-tanaman tersebut merupakan "tanaman ajaib" yang bisa menjadi penyembuh berbagai penyakit.

Mulai dari Kecubung Gunung untuk obat asma hingga Keji Beling untuk memperlancar air seni.

Selain itu, ada juga Sambang Colok untuk obat radang rahim, Daun Digitalis untuk meningkatkan denyut jantung dan lain sebagainya.

Tanaman-tanaman obat tersebut berada di bawah pengawasan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BBPPTOOT), Balitbangkes di Tawamangu.

Banyaknya tanaman obat tersebut telah membawa Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman datang untuk meninjau secara langsung lokasi pembudidayaannya, pada penghujung Maret 2015.

Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari Kampanye Pelestarian dan Pemanfaatan Jamu di Seluruh Kementerian, khususnya acara Bugar Dengan Jamu (Bude Jamu) III di Kementerian Kesehatan.

Puan Maharani mengatakan, kegiatan kampanye jamu yang akhir-akhir ini disosialisasikan secara gencar semakin membuka pemahaman masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan obat yang juga merupakan bahan utama dalam pengolahan Jamu.

"Untuk itu saya meminta agar semua pihak terkait agar terus meningkatkan kemauan dan komitmen serta mengangkat dan menempatkan tumbuhan obat sebagai arus utama dalam sistem kesehatan," katanya.

                                                Saintifikasi Jamu
Sementara itu, kedatangan Puan Maharani dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman ke Tawangmangu juga dalam rangka peluncuran lima jamu yang telah melalui program saintifikasi dan terbukti aman serta berkhasiat untuk dikonsumsi.

Peluncuran jamu saintifik itu, kata dia, sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam melestarikan dan membudayakan jamu.

Puan Maharani menjelaskan, jamu sebagai tradisi dan budaya kesehatan tradisional sudah diakomodasi dalam sistem kesehatan nasional melalui Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Selain itu, PP Nomor 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan program saintifikasi jamu sejak tahun 2010.

Program itu merupakan aktivitas ilmu pengetahuan hulu hingga hilir untuk membuktikan keamanan, khasiat serta mutu dari seluruh ramuan tanaman obat berbasis etnis di Indonesia.

Hingga 2015, telah dibuktikan keamanan, khasiat dan mutu lima jamu yakni hemordoid atau wasir lalu dispepsia atau nyeri lambung, lalu osteoartristis atau nyeri sendi.

Lalu hipertensi ringan dan hiperurisemia atau kadar asam urat tinggi.

Jamu untuk Hiperurisemi berasa, dari daun tempuyung, kayu secang dan daun kepel.

Jamu untuk Hipertensi Ringan berasal dari daun kumis kucing, daun seledri dan daun pegagan.

Jamu untuk Dispepsia berasal dari daun sembung, rimpang kunyit, rimpang jahe dan biji jinten hitam.

Jamu untuk Hemoroid berasal dari daun iler, daun ungu dan daun duduk.

Sementara jamu untuk Osteoartritis berasal dari rumput bolong, daun meniran, biji ada, rimpang kunyit, rimpang temulawak dan daun kumis kucing.

"Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang obat-obatan dan jamu, maka jamu dituntut harus bersifat aman, berkhasiat dan bermutu," katanya

Dengan demikian, kata dia, perlu dilakukan saintifikasi jamu agar jamu bisa berperan dalam pelayanan kesehatan, baik oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha maupun masyarakat.

                                              Tujuan Saintifikasi
Tujuan saintifikasi jamu, kata dia, adalah untuk memberikan landasan ilmiah penggunaan jamu secara empiris, dengan dilakukan penelitian berbasis pelayanan kesehatan.

"Dengan adanya saintifikasi jamu, maka jamu nantinya menjadi jamu yang aman dikonsumsi, memiliki khasiat yang nyata, yang teruji secara ilmiah, dan pada akhirnya akan bisa dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan perorangan maupun dalam fasilitas pelayanan kesehatan," katanya.

Dengan telah teruji jamu melalui penelitian saintifikasi, tambah dia, maka jamu diharapkan akan dapat menghadapi persaingan global di bidang jamu.

"Apa yang telah dilakukan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan di Tawangmangu ini selayaknya menjadi catatan penting dan pendorong agar semua sektor baik pemerintah, akademisi, ilmuwan, dunia usaha, dan komunitas masyarakat, bekerja bersama dan bergotong-royong dalam membangun negeri," katanya.

Program- program tersebut, kata dia, perlu didukung, hingga pada saatnya nanti bisa direplikasikan di wilayah lain di Indonesia.

Puan berharap, lima sertifikat saintifikasi jamu tersebut nantinya akan mendorong lebih banyak lagi jamu-jamu yang tersertifikasi.

"Saya sangat mengapresiasi komitmen dan upaya Kementerian Kesehatan dalam melestarikan dan membudayakan Jamu," katanya.

Jamu, kata dia, menjadi salah satu pilar membangun kemandirian dan kepribadian bangsa.

"Keberhasilan ini telah menciptakan suasana dan semangat mencintai budaya kesehatan Indonesia," katanya.

Program itu, kata dia, merupakan aktivitas ilmu pengetahuan hulu hingga hilir untuk membuktikan keamanan, khasiat serta mutu dari seluruh ramuan tanaman obat berbasis etnis di Indonesia.