Pariwisata Indonesia Kian "Moncer" Meski Diterjang Teror

id Pariwisata Indonesia Makin Moncer, Pariwisata Indonesia Diancam Teror, Pariwisata Indonesia

Pariwisata Indonesia Kian "Moncer" Meski Diterjang Teror

Salah satu objek wisata pantai di Lampung yang diminati pengunjuung. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Kinerja pariwisata Indonesia justru semakin moncer dengan sukses menempatkan diri pada peringkat menyabet beragam penghargaan bergengsi...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Tanda pagar #kamitidaktakut dan #menolaktakluk menjadi "trending topic" di dunia maya pascateror dan ledakan di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Tanda pagar itu tidak pelak makin meneguhkan kebersamaan bagi seluruh lapisan masyarakat di Tanah Air untuk bersatu melawan teror.

Semua ingin membuktikan dan menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia tidak takut dengan ancaman terorisme. Serupa dengan sektor pariwisata Indonesia yang menolak takluk pada ancaman teror.

Sekejap pascaterjadi teror yang menewaskan tujuh orang itu, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) langsung mengaktifkan "crisis center" untuk meminimalkan dan mengantisipasi meluaskan dampak teror terhadap sektor pariwisata.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menjamin pariwisata Indonesia telah 100 persen pulih dan normal kembali pascaperistiwa dan ledakan di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Menteri Arief Yahya mengatakan Jakarta pada khususnya Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat pascainsiden teror pada 14 Januari 2016 telah 100 persen pulih dan normal seperti hari-hari biasa atau suasananya sama dengan yang dilaporkan banyak "netizen" di media sosial.

Menurut dia, warga Jakarta benar-benar tidak takut, tidak khawatir, dan tidak ragu-ragu untuk berpose di sana, agar kemudian bisa mengganti profil handphone dan gambar berlatar belakang tempat kejadian perkara teror di media sosial.

"Jadi, suasananya benar-benar sudah normal. Warga sudah bergerak sendiri, melaporkan fakta lapangan dengan akun twitter, facebook, instagram, path, pinterest, dan lain-lain," kata Menpar Arief Yahya.

Ia yakin, status masyarakat di media sosial itu sangat dipercaya oleh publik.

"Laporan media cetak dan elektronik yang sudah normal kembali, juga menguatkan. Keterangan semua pejabat pemerintah dari Pak Presiden, Pak Kapolri, semua juga sudah jelas, aman! Bahkan kami sudah sampaikan 5 jam sudah tuntas, sudah tertangkap semua," ujarnya pula.

Bukan hanya itu, kata dia, kepercayaan masyarakat dunia juga terus pulih.

           "Security-Safety"
Sekecil apapun, ancaman "teror" itu harus dituntaskan hingga ke akar-akarnya. Ibarat nila setitik, merusak susu sebelanga.

Maka aksi teror diakui daya rusaknya sangat kuat dan masif, menyentuh semua sendi perekonomian negeri.

Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo bersama para pimpinan lembaga tinggi negara, pada Rabu, 20 Januari 2016 menyampaikan penting dan mendesaknya upaya pencegahan terorisme.

Peristiwa Thamrin, Jakarta boleh jadi sudah selesai. Namun, kini muncul banyak kabar burung, isu ancaman serupa di tempat lain termasuk Bali.

Entah berupa "hoax", berita iseng, orang "kurang kerjaan" atau ancaman serius, menjadi semakin sulit dipercaya, tetapi isu yang menyangkut "security and safety" itu lebih merusak dari bomnya itu sendiri.

Kepada wartawan, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa payung hukum pencegahan tindak terorisme sangat mendesak untuk segera diselesaikan.

"Karena memang sekarang ini mau tidak mau ada sebuah keperluan yang sangat mendesak untuk segera diselesaikan sehingga polisi bisa melakukan pencegahan-pencegahan dengan diberikan payung hukum yang jelas sehingga ada keberanian bertindak di lapangan," tutur Presiden, beberapa waktu lalu.

Presiden mengatakan, pemerintah sudah berkonsultasi dengan DPR dan juga lembaga negara yang lain untuk memutuskan penguatan dan revisi terhadap UU terorisme.

Salah satu opsi yang mungkin diambil adalah pencabutan status kewarganegaraan bagi pelaku terorisme.

"Nanti di dalamnya yang berkaitan dengan hal itu (pencabutan status kewarganegaraan) nanti juga masuk," ujar Presiden.

Jika hal itu dianggap efektif maka seseorang berpikir ribuan kali untuk melangkahkan kaki menjadi bagian dari jaringan terorisme.

Bahkan hukumannya sangat berat termasuk diusir dari negeri ini dan tidak diakui sebagai warga negara Indonesia.

Menteri Arief Yahya hanya bisa mengelus dada ketika peristiwa Pos Polisi Thamrin itu terjadi, 14 Januari 2016. Menurut dia, tidak mudah meyakinkan dunia internasional maka salah satu upayanya yakni segera mengaktifkan Tim Crisis Center Kemenpar dengan cepat.

"Saya apresiasi langkah cepat Kepolisian menangkap pelaku. Polisi kita hebat dan ganteng-ganteng. Dewan Keamanan PBB mengakui itu. Netizen juga menilai begitu. Saya yakin Polri akan semakin sempurna jika bisa menangkap penyebar berita bohong, surat digital ancaman, tulisan yang meneror yang di-'blast' melalui internet! Upaya preventif atau pencegahan," ujar Arief Yahya.

Hal itu mendesak mengingat dalam bidang pariwisata, "Security and Safety" merupakan satu dari 14 pilar yang dinilai "World Economic Forum" dalam menentukan "Competitiveness Index" tiap dua tahun sekali.

"Kita harus mampu bersaing dalam keamanan dan keselamatan itu. Saya yakin, polisi dan aparat keamanan kita mampu," kata Menpar lagi.

           Peringkat Naik
Teror tidak terbukti mampu merontokkan pariwisata Indonesia karena dampaknya tidak menyebabkan pembatalan kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.

Kinerja pariwisata Indonesia justru semakin moncer dengan sukses menempatkan diri pada peringkat menyabet beragam penghargaan bergengsi, yakni memborong tiga penghargaan tingkat dunia dalam forum UN-WTO (United Nation World Tourism Organization) atau Badan PBB yang mengurus pariwisata.

Penghargaan itu diterima Kabupaten Banyuwangi yang tampil sebagai pemenang "UN-WTO Awards in Innovation in Public Policy and Governance" dengan tema "Re-inventing the Local Government in Tourism, Culture and Tourism Banyuwangi Regency Office, Indonesia".

Penghargaan kedua diterima Indonesia melalui kategori "UNWTO Awards for Innovation in Enterprises". Garuda Indonesia dan Coca Cola Amatil Indonesia menjadi "runner up" pertama dengan tema "Bali Clean Up" dan Runner up keduanya "First Professional Experience Project Melia Hotels International", Spanyol.

Penghargaan ketiga diterima Indonesia adalah Yayasan Karang Lestari, "Coral Reef Reborn in Pemuteran Bali".

Tak berhenti sampai di situ, Indonesia kemudian sukses menyabet tiga dari enam gelar dalam ajang "ASEAN Tourism Award" (ASEANTA) 2015 yang digelar di Manila, Filipina.

Tiga gelar yang disabet Indonesia yakni Kategori "Best ASEAN Tourism Photo Agung Parameswara - Morning In Bromo", Indonesia dan Kategori "Best ASEAN Cultural Preservation Effort Saung Angklung Mang Udjo", Indonesia.

Gelar ketiga yakni Kategori "Best ASEAN Travel Article The Perfect Wave - Colour Magazine", Garuda Indonesia.

Menurut Menteri Arief Yahya mengejar "award" atau anugerah, dengan segala kriteria itu, secara otomatis akan mendekatkan diri pada standar dunia.

"Ada 14 pilar yang kita pakai sebagai acuan, yang juga dijadikan alat ukur 'competitiveness index' oleh World Economic Forum (WEF). Jadi, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui. Membangun destinasi dengan standar dunia, membuat objek wisata semakin bagus, bisa dikompetisikan di tingkat dunia dan berpotensi menang!" papar dia.

Ke depan Menpar bertekad mengembangkan lebih serius 10 destinasi unggulan yang akan menjadi 10 "Bali baru".

Dari Toba, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Jawa Timur, Mandalika Lombok, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra hingga Morotai Maltara.

Pengamat ekonomi yang juga founder MarkPlus Hermawan Kertajaya memperkuat asumsi Menpar Arief Yahya itu.

"Kalau 'Brand Equity' kuat, maka ada beberapa 'benefit'. Indonesia akan makin masuk 'Consideration Set' para turis yang mau milih destinasi. Terutama bagi yang belum punya 'Awareness' tinggi terhadap Indonesia," tutur Hermawan.

Lalu, lanjut dia, "Country Brand Association Indonesia" akan menjadi makin tajam sesuai dengan kategori award yang diperoleh.

"Ini sangat penting untuk masuk dalam segmen yang pas dengan kategori yang bersangkutan," imbuh Hermawan.

Ia menekankan pentingnya memperkuat dan mempertajam "branding Wonderful Indonesia" di semua lini, termasuk memenangi persaingan dalam awarding tingkat dunia.

Hal itu akan semakin meneguhkan bahwa pariwisata Indonesia tak lekang dihantam teror.