Unicef: Pemberian Asi Di Asia Timur Menurun

id Unicef: Pemberian Asi Di Asia Timur Menurun

Unicef: Pemberian Asi Di Asia Timur Menurun

Ibu menyusui (www.google.co.id).

Penurunan laju menyusui di seluruh wilayah Asia Timur menunjukkan tanda bahaya."
PBB (ANTARA/Xinhua-OANA) - Dana Anak PBB (UNICEF), Selasa, mengeluarkan tanda bahaya mengenai penurunan tingkat pemberian air susu ibu (ASI) dan menekankan pemberian jaminan bahwa para ibu menyusui memahami manfaat jangka panjang kebiasaan penting itu demi kelangsungan hidup dan perkembangan anak.

Menurut UNICEF, fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI ekslusif selama enam bulan pertama kepada bayi tidak hanya memperbaiki masa pertumbuhan dan prestasi pendidikan, tapi juga mengurangi biaya kesehatan nasional dan membantu mencegah kurang gizi kronis.

Laju menyusui yang rendah di kawasan Asia Timur diakibatkan dari perkembangan ekonomi yang memungkinkan lebih banyak perempuan bekerja, serta tingginya angka pemasaran susu formula di kawasan tersebut, demikian pernyataan yang dikeluarkan UNICEF.

"Penurunan laju menyusui di seluruh wilayah Asia Timur menunjukkan tanda bahaya," kata penasehat nutrisi UNICEF untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, France Begin.

Hanya lima persen dari jumlah total ibu di Thailand menyusui anak mereka, sementara sekitar 10 persen ibu di Vietnam memberikan ASI kepada anak mereka. Di China, 28 persen bayi mendapat asupan ASI.

"Para ibu di wilayah tersebut mengalami tuntutan waktu yang semakin tinggi. Mereka seringkali harus segera kembali bekerja sesaat setelah melahirkan dan memiliki kesempatan terbatas untuk menyusui atau memeras air susu di lingkungan kerja," kata Begin.

"Sementara itu perusahaan makanan bayi menargetkan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Asia Timur dengan melakukan kampanye pemasaran, membujuk para ibu untuk berhenti menyusui dan membeli produk mereka meskipun itu berbahaya bagi anak-anak," tambahnya.

Untuk menghentikan laju penurunan pemberian ASI di kawasan tersebut, UNICEF meminta perusahaan makanan bayi mengikuti anjuran Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI. Peraturan tersebut tidak melarang penjualan susu formula, tetapi praktek pemasaran yang menjerat para ibu menggantikan ASI dengan makanan pengganti komersial.

"Jika perusahaan makanan bayi menaati Kode Pemasaran tersebut, maka para ibu akan lebih mudah membuat pilihan yang berdasarkan informasi," tegas Begin.

"Tidak ada formula yang dapat menggantikan pentingnya menyusui bagi keberlangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak," tambahnya.

UNICEF juga sedang bekerja sama dengan pengusaha di kawasan itu untuk memastikan bahwa para perempuan dapat menikmati hak cuti hamil dan menyusui.

Badan PBB yang didirikan pada 1946 itu merupakan kekuatan penggerak dalam membantu pembangunan dunia dengan pemenuhan hak anak. (ANTARA).