Warga keluhkan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Anak Krakatau

id Lampung Selatan,Erupsi gunungan anak Krakatau

Warga keluhkan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Anak Krakatau

Suasana saat sejumlah warga desa Pulau Sebesi diberi masker oleh tenaga kesehatan setempat. (ANTARA/Riadi Gunawan)

Lampung Selatan (ANTARA) - Sejumlah warga di Desa Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan mengeluhkan abu vulkanik yang terbawa angin akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Hujan abu vulkanik tersebut dirasakan oleh masyarakat setempat sudah lima hari, hingga saat ini banyak warga yang menderita sesak nafas dan sakit mata.

Riko, Kepala Dusun Regan Lada, Desa Pulau Sebesi, mengatakan, masyarakat sudah banyak mengeluhkan gangguan pernafasan akibat abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau.

"Ngeluh, warga akibat abu vulkanik, sekarang ini warga mau beraktivitas keluar rumah sudah tidak bisa leluasa lagi, kita keluar gak bisa naik motor kalau tidak pakai kaca mata abunya masuk mata," kata Riko, di Rajabasa, Sabtu.

Ia mengatakan, saat ini yang diminta oleh masyarakat sekitar adalah bagaimana warga ini mendapatkan masker agar tidak menggangu pernafasan.

"Warga sih ingin adanya bantuan masker, dan kalau ada kaca mata, karena kita dimsini tidak bisa beraktivitas akibat hujan abu vulkanik itu," kata dia.

Menurut dia, masker dan kaca mata sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah.

Selanjutnya salah satu warga Desa Pulau Sebesi, Angga Irawan, mengatakan dirinya sangat merasa terganggu akibat hujan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau.

"Terganggu sekali, bagaimana tidak kita keluar rumah saja yang kita hirup udara itu sudah tidak sehat lagi, udaranya sudah bercampur debu dari abu vulkanik, dan sangat mengganggu jarak pandang," kata Angga.

Untuk diketahui pada hari ini Sabtu tanggal 16 Desember 2023 pukul 08.26 WIB telah terjadi lagi erupsi gunung anak Krakatau dengan lontaran abu vulkanik setinggi 700 meter dari puncak gunung dan 857 m dari permukaan laut.

 

Suasana di Pulau Sebesi. (ANTARA/Riadi Gunawan)