Epidemiolog sebut pencegahan DBD perlu peran pamong desa

id Antisipasi DBD, peran pamong desa, pemberantasan jentik

Epidemiolog sebut pencegahan DBD perlu peran pamong desa

Ilustrasi- Salah satu area perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Bandarlampung (ANTARA) - Epidemiolog Lampung Ismen Mukhtar mengatakan upaya mengurangi kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu segera dilakukan pemerintah daerah setempat dengan
melibatkan pamong desa lebih aktif.

"Kita sudah tahu DBD datang di musim hujan yang bisa diprediksi, namun reaksi kita agak lambat sehingga baru bertindak saat kasus meningkat," ujar Ismen Mukhtar saat dihubungi di Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan, adanya DBD sebagai penyakit musiman dapat dicegah dengan berbagai langkah pencegahan dan peran serta semua pihak salah satunya pamong desa.

"Ini bisa dicegah kalau pamong desa seperti lurah, RT bisa jadi agen pemberantasan jentik nyamuk. Sebab DBD ini bisa dicegah karena yang dihadapi nyamuk yang tinggal serta hidup di genangan air bersih dan biasanya manusia yang membuat genangan itu," kata dia.

Dia melanjutkan, langkah pemberantasan jentik nyamuk pun harus diinisiasi dan di awasi langsung oleh pamong desa sebagai bagian terdekat dengan masyarakat.

"Pemberantasan sarang nyamuk ini tidak semua diserahkan ke petugas kesehatan saja, tapi pamong desa, lurah, RT harus ikut berjalan. Semua orang harus sadar membentuk gerakan pemberantasan jentik nyamuk, lalu ada pengukuran melalui angka bebas jentik," ucapnya.

Menurut dia, pengukuran angka bebas jentik tersebut di setiap desa atau kelurahan dilakukan untuk mengetahui tingkat persebaran DBD.

"Sebaiknya ada survei setiap tiga bulan untuk mendapatkan angka bebas jentik, kalau yang datanya rendah maka ini jadi rapor buruk untuk lurah karena garda terdepan untuk menjaga kesehatan masyarakat di wilayahnya adalah mereka," katanya lagi.

Ia melanjutkan, dengan adanya gerakan serempak pengentasan jentik nyamuk dan pendataan bebas jentik secara berkala dapat mencegah merebaknya warga yang terkena DBD di musim tertentu.

"Dengan adanya angka bebas jentik tersebut langkah intervensi, dan pengambilan kebijakan untuk mengantisipasi adanya DBD bisa dilakukan, sebab epidemiologi itu melihat sesuatu karena ada penyebab dan setelahnya langsung dikendalikan penyebab itu," katanya lagi.

Dia melanjutkan ketika kasus ditemukan terus di satu lokasi seharusnya dilihat penyebabnya dan menentukan langkah intervensi dengan bantuan sistem surveilans di puskesmas yang mengolah data jadi informasi untuk bertindak, dan mengedukasi masyarakat.

"Masyarakat juga harus peduli genangan air di kaleng bekas, tempat minum, ember, dan beragam wadah harus dibersihkan jangan sampai ada jentik nyamuk, kita lakukan langkah pencegahan bersama untuk menghindari keluarga atau kolega terkena DBD," ujar dia.