Varian Omicron menyebar cepat, Inggris catat rekor baru kasus COVID-19

id Inggris,Omicron,COVID-19,Natal

Varian Omicron menyebar cepat, Inggris catat rekor baru kasus COVID-19

Warga berjalan di dekat pusat vaksinasi COVID-19 sementara di stadion Chelsea, Stamford Bridge, di London, Inggris, 18 Desember 2021. (ANTARA /Reuters/David Klein/pras/djo)

London (ANTARA) - Inggris melaporkan rekor tertinggi kasus harian COVID-19 pada Jumat saat angka prakiraan baru menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk London membawa virus corona.

Prakiraan itu menandakan bahwa varian Omicron semakin menyebar dengan cepat.

Penyebaran cepat Omicron telah memicu lonjakan kasus selama sepekan, khususnya di ibu kota.

Sekitar satu dari 20 warga London kemungkinan sudah terinfeksi COVID-19 pada 16 Desember dan prakiraan awal yang masih dapat direvisi menunjukkan rasio itu bisa menjadi satu dari 10 orang pada Minggu, menurut studi Badan Statistik Nasional Inggris (ONS), Jumat.

Banyak industri dan jaringan transportasi beroperasi dengan staf terbatas lantaran pekerja yang sakit harus menjalani isolasi mandiri, sementara rumah sakit di Inggris sudah diperingatkan tentang risiko dampaknya terhadap keselamatan pasien.

Namun, Perdana Menteri Boris Johnson pada Selasa mengesampingkan rencana pembatasan yang baru karena tingkat keparahan dan rawat inap akibat Omicron dinilai belum pasti.

Dengan kebijakan itu dia mempertaruhkan modal politik cukup besar dengan menganggap bahwa Natal 2021 “jauh lebih baik” daripada tahun sebelumnya.

Data pemerintah menunjukkan 122.186 kasus baru, naik dari 119.789 kasus pada Kamis dan menandai hari ketiga yang melampaui 100.000 kasus.

Meski penelitian baru tentang Omicron menunjukkan varian itu memiliki tingkat rawat inap yang lebih rendah dari varian COVID-19 sebelumnya, pejabat kesehatan tetap mewaspadai kemungkinan yang bisa terjadi.

“Ada secercah harapan Natal, tetapi itu jelas bukan titik di mana kita bisa menurunkan ancaman serius itu,” kata Kepala Badan Ketahanan Kesehatan Inggris Jenny Harries kepada BBC.

“Apa yang kita dapat sekarang adalah keseimbangan yang sangat baik antara sesuatu yang sepertinya membawa risiko rawat inap lebih rendah --yang merupakan berita gembira-- namun juga dengan tingkat penularan tinggi dan sesuatu yang kita tahu dapat mengurangi pertahanan imunitas kita,” katanya.

Sumber: Reuters