Nanda, ibu pasien bayi itu, di Kotabumi, Senin (25/6) menuturkan kejadian dugaan penelantaran anaknya tersebut.
Dugaan penelantaran pasien oleh pihak puskesmas Kecamatan Sungkai Jaya, terhadap Muhammad Alka Nadinda Frili yang menderita radang tenggorokan (batuk berdahak) dan berakhir kematian tersebut, setelah tiba di RSUD Ryacudu Kotabumi, Selasa (19/5) lalu, sekitar pukul 21.00 WIB.
Bayi dari pasangan Muhammad Dikin (29) dan Nanda (27), warga Cempaka Raja, Sungkai Jaya, Lampung Utara itu diduga mendapatkan penanganan medis selama di puskesmas yang tidak baik, serta diperparah dengan mobil ambulans yang tidak memiliki bensin (BBM) saat pihak keluarganya meminta pertolongan hendak merujuk ke RSUD Ryacudu Kotabumi.
Menurut Nanda, anaknya sebelumnya sempat ditangani oleh bidan desa setempat. Bidan Ely yang merawatnya, menyarankan agar dapat dirujuk ke puskesmas kecamatan dikarenakan kondisi anaknya menghawatirkan.
"Kata bidan agar segera membawa anak saya ke puskesmas, mengingat kondisi anak saya memprihatinkan, atas saran bidan itu, saya bawa Muhammad ke puskesmas," kata Nanda lagi.
Namun menurut Nanda lagi, pihak puskesmas diduga menelantarkan buah hatinya dengan kondisi yang memburuk. "Meski ada dokter jaga, namun hanya ditengok satu kali dan itu pun hanya menekan perut anak saya saja. Selanjutnya dokter itu memberi saran untuk merujuk anak saya ke RSUD Ryacudu Kotabumi dengan alasan fasilitas puskesmas tidak memadai," katanya lagi.
Keluarganya pun bergegas membawa anaknya ke RSUD yang dimaksud dengan meminta pertolongan kepada pihak puskesmas agar dapat diantarkan oleh mobil ambulans yang ada.
"Jawaban yang kami dapatkan, mobil ambulans tidak memiliki bensin dan sopirnya juga sedang keluar, serta meminta uang bensin. Kami disarankan agar dibawa pakai sepeda motor saja, terpaksa dengan kondisi seperti itu kami bawa anak kami dengan motor," ujar Nanda.
Berselang beberapa menit setelah
sampai di RSUD Ryacudu Kotabumi, Muhammad Alka Nadinda Frili akhirnya
meninggal dunia.
"Kami tidak menyesali atas wafatnya anak kami itu, tapi yang kami sesalkan adalah pelayanan tim medis di puskesmas itu yang seharusnya melakukan tindakan medis tanggap darurat saat mendapatkan pasien kritis dan seharusnya lebih diutamakan. Bukan justru mengecewakan. Semogga saja ini menjadi pembelajaran," katanya pula.
Namun secara terpisah, Kepala Puskesmas Sungkai Jaya, Heroyanto, membantah hal tersebut.
Dia mengatakan bahwa saat kejadian tengah berada di luar puskesmas itu.
Ia juga membantah tim medis puskesmas tersebut telah meminta uang bensin kepada keluarga pasien, dikarenakan bensin ambulans saat itu kosong.
"Memang kondisi bensin mobil ambulans saat itu tidak cukup, dan akan beli bensin di tengah perjalanan yang memakan waktu," ujar Heriyanto pula.
Dinas Kesehatan maupun Pemerintah Kabupaten Lampung Utara yang sudah mengetahui kasus dugaan penelantaran pasien itu, menyatakan segera menyikapinya dan berjanji mengambil tindakan tegas yang diperlukan bila benar ada penelantaran seperti disampaikan keluarga pasien bersangkutan. (Baca juga: Bayi 40 Hari Ditelantarkan Puskesmas Sungkai Jaya?)