Atlet Lampung di Kancah Dunia

id Atlet asal lampung di Kancah Dunia

Atlet Lampung di Kancah Dunia

Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni dua atlet angkat besi asal Lampung jebolan Padepokan Gajah Lampung di Pringsewu yang berprestasi di Olimpiade Brasil 2016. (FOTO: ANTARA FOTO/Lucky R)

Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, dua atlet asal Lampung yang juga jebolan Padepokan Gajah Lampung binaan Imron Rosadi di Kabupaten Pringsewu, hingga kini terus mencetak atlet angkat besi ditempa keras setiap hari.....
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Empat atlet Indonesia peraih medali Olimpiade Brasil mendapatkan apresiasi dari pemerintah sekembalinya ke Tanah Air.

Indonesia mengumpulkan 3 medali hasil Olimpiade Rio de Janeiro Brasil itu, yaitu satu emas dari ganda campuran bulu tangkis Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, dan masing-masing satu perak dari cabang angkat besi yaitu Eko Yuli Irawan dan Sri Wahyuni, dua atlet asal Lampung yang juga jebolan Padepokan Gajah Lampung binaan Imron Rosadi di Kabupaten Pringsewu  hingga kini terus mencetak atlet angkat besi yang ditempa dengan keras setiap hari.

Penghargaan untuk empat atlet peraih medali Olimpiade Brasil itu diberikan pemerintah, setelah disambut hangat kedatangannya di Tanah Air, melalui arak-arakan ke kantor Kemenpora dan sehari berikutnya diterima Presiden Jokowi di Istana Presiden di Jakarta. Mereka pun mendapatkan bonus masing-masing Rp5 miliar untuk peraih emas (Tontowi dan Liliyana) serta Rp2 miliar untuk peraih perak (Sri Wahyuni dan Eko Yuli) tanpa potongan pajak, selain bonus tambahan rumah tinggal dan tunjangan hidup diberikan setiap bulan seumur hidup mereka.

Atlet asal Lampung kembali berkiprah di kancah kompetisi olahraga dunia, di tengah keterbatasan fasilitas berlatih dan masih minim dukungan pembinaan yang diperlukan mereka. Setidaknya Lampung ikut menyumbang atlet berprestasi untuk beberapa cabang olahraga, selain angkat besi/angkat berat, juga dari panahan dan sedikit cabang olahraga lain yang masih sebatas berprestasi di tingkat nasional.

Sang Merah Putih dikibarkan dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan di Olimpiade Brasil oleh para atlet bulu tangkis dan angkat besi Indonesia

Atlet angkat besi Eko Yuli Irawan meraih medali perak pada kelas 62 kg, hanya terpaut 6 kg dari atlet dari Kolombia Oscar Figueroa yang berhasil meraih medali emas. Sedangkan atlet angkat besi perempuan Sri Wahyuni di kelas 48 kg juga sebelumnya telah meraih medali perak angkat besi Olimpiade Brasil itu. Diketahui Eko dan Sri Wahyuni lahir di Provinsi Lampung dan telah ditempa pada Padepokan Gajah Lampung binaan Imron Rosadi di Kabupaten Pringsewu.

Baik Eko maupun Sri Wahyuni sebelumnya telah pula meraih sejumlah prestasi di tingkat dunia. bahkan Eko dalam beberapa kali olimpiade sebelumnya juga mampu meraih medali untuk kontingen Indonesia, selain berprestasi pula pada ajang SEA Games maupun Asian Games.

         Pemusatan Latihan Olimpiade
Atas keberhasilan itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi segera memusatkan pelatihan cabang-cabang olahraga yang dianggap potensial dan mampu mencetak prestasi di olimpiade akan dipusatkan di Cibubur, Jakarta Timur.

"Saya sudah mempercepat pengambilan keputusan, beberapa cabang olahraga seperti angkat besi, panahan, dan cabang olahraga lainnya kami akan memindahkan ke Cibubur karena kami punya 'olimpic center', pelatnas di sana," kata Imam Nahrawi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (24/8).

Ia mengatakan berbagai fasilitas pelatihan, tempat tinggal, sampai dokter dan fasilitas pendukung lainnya, sudah disiapkan di Olimpic Center Cibubur.

Ia mengaku telah menerima perintah dan instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memprioritaskan pembinaan terhadap cabang olahraga yang potensial mendapatkan medali di olimpiade.

Nahrawi mengatakan hal itu tidak boleh ditunda lagi dan harus sesegera mungkin dilaksanakan.

"Kita akan benar-benar serius pada fokus pendanaan dan kebijakan," katanya pula.

Meski begitu ia menyadari bahwa hal itu membutuhkan dukungan semua pihak karena dari sisi pembinaan sampai kompetisi, penyesuaian, keterampilan, bahkan hingga teknologi terbaru sampai terapan baru dari olahraga, membutuhkan dana besar.

"Alhamdulillah Bapak Presiden baru saja menyetujui agar membentuk yayasan pendanaan olahraga," katanya.

Yayasan itulah, kata Nahrawi, yang nantinya akan menangani pemberian bantuan sekaligus pendampingan kepada atlet berprestasi.

Hal itu diperlukan karena alokasi APBN untuk pos bonus bagi atlet berprestasi tidak sebesar yang diharapkan.

"Termasuk APBN untuk masa depan atlet yang sudah mulai kami anggarkan Tahun 2016 ini harus berjalan sampai kapanpun. Maka harus dibutuhkan yayasan atau lembaga yang 'disupport' oleh semua masyarakat untuk mendanai olahraga," katanya.

Ketika tim Olimpiade Indonesia ke Brasil 2016 dikukuhkan, sebanyak 28 atlet yang akan diberangkatkan adalah andalan di enam cabang olah raga: bulu tangkis, renang, angkat besi, panahan, atletik, dayung, dan balap sepeda.

"Tradisi emas" di cabang bulu tangkis membumbungkan asa Indonesia sehingga jumlah atlet yang dikirim untuk berlaga pun tercatat menjadi yang terbanyak, 10 orang.

Angkat besi juga menjadi tumpuan harapan Indonesia di Rio, karena beberapa kali lifter pria dan perempuan berhasil menorehkan prestasi di cabang ini, total atlet yang diberangkatkan adalah tujuh orang.

Dalam persiapan berlaga di Rio, durasi pelatihan intensif diperpanjang menjadi tujuh bulan--dari yang hanya empat bulan saat mempersiapkan Olimpiade 2012 di London. Sementara total anggaran yang dikeluarkan pemerintah adalah Rp35 miliar. Uang ini digunakan untuk biaya pelatihan intensif, transportasi pulang-pergi menggunakan penerbangan kelas bisnis ke Brasil, dan uang saku atlet selama berlaga di sana.

Bila dihitung rasio anggaran terhadap medali, maka satu medali yang diraih Indonesia rata-rata berharga Rp11,7 miliar. Namun angka ini belum termasuk uang bonus yang dijanjikan bakal diberikan kepada atlet yang sukses membawa pulang medali. Pemerintah lewat Kementerian Pemuda dan Olahraga menyiapkan ganjaran ekstra Rp5 miliar untuk emas, Rp2 miliar untuk perak, dan Rp1 miliar buat perunggu.

Bonus dari pihak-pihak lain, seperti PB PABBSI untuk para atlet angkat besi juga akan mengalir, minimal satu unit rumah buat peraih medali Olimpiade.

Dari tahun ke tahun, Indonesia memasang target yang sangat "realistis" di Olimpiade. Hal ini bisa dimaklumi karena secara statistik memang andalan Indonesia masih terbatas di beberapa cabang saja, yakni bulu tangkis dan angkat besi.    

Tidak ada yang salah dengan fokus itu, tapi dari total 225 juta orang penduduk di Indonesia, tentu potensi yang bisa diasah sangatlah luar biasa.

China dan Amerika dengan populasi besar menunjukkan performa yang bagus di Olimpiade. Kunci suksesnya sebagian terletak di keseriusan pendanaan, dan sebagian lainnya adalah berkat melimpahnya bibit-bibit atlet yang ada di negara mereka.

Seperti dikutip laman News.com.au, Profesor Hans Westerbeek dari Universitas Victoria menyebutkan populasi yang besar sejatinya adalah ladang emas buat perburuan atlet-atlet berkualitas, selain tentu saja ketersediaan sumber daya dana dan riset di cabang-cabang olahraga yang potensial harus terjamin konsistensinya.

Semula, Indonesia menargetkan "hanya" 3 medali emas. Akan tetapi harapan ini pupus seiring kegagalan atlet-atlet Indonesia berlaga secara cemerlang, termasuk ganda putra peringkat dua dunia Hendra Setiawan/Moh Ahsan yang harus angkat koper sejak babak penyisihan grup.

Dengan realisasi 1 emas dan 2 perak, Indonesia menempati posisi 41 dari total 71 negara yang ambil bagian di Olimpiade Rio. Jelas, Indonesia sangat perlu berbenah. Apalagi melihat negeri jiran Thailand bertengger di urutan 26 dengan koleksi dua emas, dua perak, dan dua perunggu.

Boleh jadi, harga per keping medali Indonesia memang relatif lebih murah daripada Australia, Amerika, dan Inggris. Tapi ini patutnya tidak menjadi "penghiburan" buat prestasi yang masih sangat di bawah potensi.

Dalam perjuangan meraih prestasi olahraga terbaik itu, para atlet asal Lampung juga diharapkan memberikan kontribusinya, sehingga sejak awal perhatian dan pembinaan terhadap para atlet muda di daerah ini, khususnya pada cabang olahraga yang potensial berprestasi dan meraih medali seperti pada Pekan Olahraga Nasional (PON) perlu lebih ditingkatkan lagi.

Berkaitan itu, Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menjelang keberangkatan kontingen Lampung menuju PON XIX di Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/8) berjanji akan lebih memperhatikan nasib atlet berprestasi dari daerah ini. Pemerintah Provinsi Lampung, menurut Gubernur Ridho, akan memberikan bonus Rp200 juta bagi atlet Lampung peraih medali emas PON Jabar itu, peraih perak diberi bonus Rp75 juta, dan perunggu Rp30 juta. Atlet berprestasi itu juga akan diupayakan bisa diangkat menjadi PNS.

Menurut Ridho, para atlet Lampung itu bertanding membawa nama Provinsi Lampung, sehingga pantas mendapatkan penghargaan yang tinggi, sehingga prestasinya juga ditunggu dan diharapkan oleh masyarakat Lampung.

Hasil yang dicapai atlet Indonesia, termasuk yang berasal dari Lampung, pada ajang Olimpiade Brasil membuktikan pula bahwa selain penghargaan berupa materi yang akan terus berdatangan, prestasi puncak yang diraih juga layak menerima predikat sebagai "Pahlawan Olahraga Nasional" sebagai penghargaan tak ternilai harganya bagi atlet bersangkutan.